Narasi

Refleksi Jumat Agung : Derita Palestina yang Melahirkan Harapan

Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus Kristus di kayu salib, tapi juga mengajak kita merenungi makna terdalam dari penderitaan. Di balik tragedi, ada cinta. Di balik luka, ada harapan. Di balik kematian, ada kehidupan baru.

Jumat Agung merepresentasikan makna bahwa penderitaan bukan berarti kekalahan. Ini tentang bagaimana penderitaan yang dijalani dengan cinta dan kesetiaan bisa melahirkan sesuatu yang jauh lebih besar: pengampunan, kehidupan, dan kemenangan.

Palestina dan Jalan Salib Penderitaan

Kalau dulu Yesus memanggul salib menuju Golgota, hari ini kita melihat “jalan salib” lain terjadi di berbagai belahan dunia—salah satunya di Palestina. Puluhan tahun hidup dalam bayang-bayang konflik, pengusiran, dan kekerasan, rakyat Palestina menghadapi penderitaan yang nyaris tak berujung.

Namun yang luar biasa, mereka tetap hidup, tetap berharap, tetap mendidik anak-anak mereka untuk bermimpi. Dari reruntuhan rumah, lahir inovasi dan kreasi. Dari suara bom, tumbuh tekad untuk tetap mencipta. Dalam banyak hal, Palestina menunjukkan pada dunia bahwa harapan itu bukan soal kondisi, tapi soal pilihan.

Harapan untuk hidup adalah sebuah kemenangan. Mempunyai alasan untuk selalu bertahan langkah awal untuk menuju kesuksesan. Banyak cerita penderitaan yang melahirkan kesuksesan.

Nelson Mandela, 27 tahun di penjara, keluar bukan dengan dendam, tapi dengan visi besar tentang perdamaian. Oprah Winfrey, yang mengalami kekerasan di masa kecil, menjadikan luka itu sebagai energi untuk menyembuhkan orang lain.

Kisah-kisah ini mengingatkan kita bahwa penderitaan, sekeras apa pun, bisa jadi titik balik. Bukan akhir, tapi awal dari sesuatu yang besar—kalau kita memilih untuk tidak menyerah.

Salib, Harapan, dan Kemanusiaan

Jumat Agung menyampaikan pesan yang melampaui sekat agama: bahwa penderitaan adalah bagian dari hidup, dan dari situ bisa lahir kekuatan yang luar biasa. Penderitaan bisa bikin kita marah, tapi juga bisa membentuk kita jadi lebih bijak, lebih peka, lebih manusiawi.

Dalam dunia yang penuh luka hari ini—dari perang, ketidakadilan, sampai krisis kemanusiaan—kita diingatkan bahwa harapan itu tetap ada. Dan sering kali, justru tumbuh dari tempat yang paling gelap.

Yesus wafat di salib dalam keyakinan Kristen, tapi tidak berhenti di sana. Ia bangkit. Kebangkitan adalah makna yang begitu mendalam. Inilah inti dari iman Kristiani: bahwa di balik penderitaan, selalu ada kemungkinan untuk bangkit. Itu bukan dongeng rohani, tapi pesan universal—yang bisa kita temukan di mana pun, bahkan di Palestina hari ini.

Kebangkitan bukan pula melahirkan dendam. Orang yang menderita pertama yang harus diselesaikan adalah persoalan diri. Mengalahkan diri menjadi penting dari pada mengalahkan orang lain.

Dunia ini butuh lebih banyak orang yang tidak menyerah pada luka. Yang memilih bangkit, mencinta, dan memberi harapan. Karena seperti yang ditunjukkan oleh kisah Jumat Agung, penderitaan bukan akhir dari segalanya. Kadang, itu justru awal dari kemenangan.

M Nimah

Recent Posts

Rebranding Pancasila 5.0: Memviralkan Kebangsaan Gen Z di Era Digital

Mari kita bayangkan Indonesia bukan dilihat dari 10 atau 20 tahun yang lalu. Tetapi, bayangkan…

16 jam ago

Dakwah Nge-Pop ala Influencer HTI; Ancaman Soft-Radicalism yang Menyasar Gen Z

Strategi rebranding Hizbut Tahrir Indonesia alias HTI tampaknya cukup berhasil. Meski entitas HTI secara fisik…

19 jam ago

Performative Male: Ruang Gelap Radikalisasi yang Menggurita di Era Gen Z

Validasi adalah sebuah elemen yang melekat pada Generasi Z. Keduanya berkelindan. Tak terpisahkan. Beberapa tahun…

19 jam ago

Membedah Anatomi Gerakan Gen Z; Membangun Imajinasi Keindonesiaan yang Otentik

Geliat gerakan yang dimotori gen Z di sejumlah negara ternyata tidak dapat dipandang sebelah mata.…

2 hari ago

Wajah Baru Radikalisasi di Dunia Game

Gen Z lahir dengan dua kewarganegaraan. Indonesian citizenship dan internet citizenship (netizen). Bagi mereka, tidak…

2 hari ago

Gen-Z dan Islam Moderat; Bagaimana Ekologi Media Membentuk Identitas Beragama yang Inklusif?

Hasil survei dari Alvara Institute pada tahun 2022 lalu menyebutkan bahwa agama menjadi salah satu…

2 hari ago