Belum lama ini masyarakat dunia dikejutkan dengan robohnya crane di Masjid al Haram. Ambruknya alat berat berupa tangga dan katrol raksasa itu ditengarai karena derasnya angin dan cuaca buruk di Makkah dan sekitarnya. Setidaknya 48 orang menjadi korban dari musibah tersebut, Sebanyak tujuh di antaranya meninggal dunia, 31 orang masih dirawat di rumah sakit setempat, serta 10 lainnya sudah pulih dan kembali ke pemondokan.
Respon terhadap peristiwa ini begitu beragam, ada yang menganggapnya sebagai ujian, namun tidak sedikit pula yang menganggapnya sebagai kutukan. Bagi mereka yang menganggap jatuhnya crane sebagai ujian, mereka sabar dan berdoa kepada Tuhan. Sementara bagi mereka yang menganggap peristiwa ini sebagai kutukan, mereka malah sibuk mencari kambing hitam untuk disalahkan. Hal ini terlihat dari ulah beberapa netizen yang mulai menyebar pandangan bahwa jatuhnya crane di tengah-tengah prosesi haji adalah akibat dari kedatangan Presiden RI, Joko Widodo di Arab Saudi.
Menyalahkan pihak lain atas terjadinya sebuah musibah tentu sebuah tindakan yang sangat tidak terpuji. Selain karena sikap tersebut kontra produktif dengan penanganan musibah, menghubungkan musibah dengan menganggap seseorang sebagai pembawa sial adalah sikap naïf. Sikap seperti itu sering kali diambil oleh mereka yang malas mencari tahu penyebab sebenarnya. Sikap-sikap kontra produktif ini sangat tidak disarankan dalam ajaran Islam. Ibn Athaillah, dalam kitabnya al hikam, memberikan ulasan soal ini. Ibn Athaillah menulis bahwa Tuhan selalu berkehendak untuk hal terbaik bagi hamba-Nya.
Dengan demikian peristiwa apapun harus diyakini sebagai takdir terbaik bagi seorang Muslim. Selanjutnya, al hikam juga mengulas bahwa sabar dan doa adalah respon terbaik dalam menghadapi musibah. Sabar dan doa sepintas tampak sebuah tindakan yang naïf, namun jika diperhatikan, sabar dan doa adalah sebuah sikap akhir dari ihktiar yang maksimal. Seseorang hanya bisa bersabar dengan keihlasan yang total setelah melakukan ikhtiar. Demikian juga dengan doa, ia adalah paket spiritual yang tidak mungkin dipisahkan dengan usaha.
Ibn Athaillah menambahkan, dengan berdoa manusia akan terhindar dari musibah, atau jika mereka tertimpa musibah maka Allah akan memberikan kemampuan mengatasinya. Kepada mereka yang berdoa dan bersabar, Allah akan berikan kekuatan menghadapi musibah. Semoga kita semua terhindar dari segala musibah dan dapat selalu merespon musibah dengan tindakan yang produktif. Mereka yang mengumpat atau menyalahkan orang lain saat tertimpa musibah adalah orang-orang yang gagal dalam menjalankan perintah sebagai hamba Allah.
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…