Narasi

Santri Sebagai Patriot-Nya Negeri

“pesantren adalah kancah untuk menggodok kader-kader muslim sejati, yang sanggup hidup di atas kaki sendiri, dan bisa turun ke bawah, bisa naik ke atas”

Moh. Ilyas Ruhiyat (Rais Aam PBNU, 1994-1999)

                                                                                                

Baru-baru ini Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., mengatakan, sejarah mencatat bahwa para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. para santri kala itu, dengan caranya masing-masing bergabung dengan seluruh elemen bangsa menyusun kekuatan sampai ke daerah-daerah terpencil, mengatur setrategi, mengajarkan arti kemerdekaan, kebhnekaan dan kedaulatan bangsa indonesia. Dicetuskannya Resolusi Jihad 22 Oktober pada masa perjuangan merebut kemerdekaan, oleh pendiri NU, K.H. Hasyim Asy’ari telah menbakar semangat patriotisme dan nasionalisme, menggerakkan santri, pemuda dan masyarakat indonesia, bahu membahu melawan pasukan kolonial.

Sebuah perjuangan panjang nan heroic hingga puncaknya 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Para tokoh santri seperti K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Ahmad Hasan, syech Ahmad Suropati, Bung Tomo dan banyak pejuang-pejuang santri tak terhitung jumlahnya, mereka telah berkontribusi yang besar dalam menjaga keutuhan NKRI. Sehingga ditetapkan Hari Santri Nasional Tanggal 22 Oktober 2015 adalah untuk selalu mengingat dan meneladani semangat jihad ke-Indonesiaan para Santri. (disampaikan saat sambutannya selaku Inspektur pada upacara memperingati Hari Santri Nasional UIN Sunan Kalijaga bertempat di halaman Gedung Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, kampus setempat, Senin, 23/10/17).

Berangkat dari paparan di atas tentunya tidak diragukan lagi aksi nyata dari kaum santri, berkorban seluruh jiwa dan raganya demi satu tujuan yang mulia, melepaskan indonesia dari belenggu dan penistaan terhadap nilai kemanusiaan. Santri adalah aktor yang tersembunyi dalam sebuah file legenda tentang “sejarah kelam bangsa ini” dimana pada saat itu semangat santri bagaikan api yang berkobar ditengah hiruk pikuknya bangsa ini. Permainan santri dalam melawan penjajahan adalah bentuk kepedulian dan tanggung jawab terhadap “ibu kandung” mereka, berani berkorban nyawa adalah taruhannya. dan itu sering didengungkan oleh para aktivis pesantren, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah seharga dengan nyawa kita.

Patriot Sejati

Sering kita dengar bahwa santri adalah kader muslim sejati, senada dengan apa yang disampaikan oleh KH. Ilyas Ruhiyat bahwa pesantren adalah tempat untuk menggodok-godok kader menjadi muslim yang sejati. Maksud dari kader itu tidak lain dan tidak bukan mereka adalah santri, kaum sarungan dari gubuk yang sederhana. lepas dari pandangan itu dinamika yang terjadi diarus perdebatan atas nama agama membenarkan diri sendiri, mengklain sesama muslim kafir, murtad dan sebagainya. Mempercayai hukum negara adalah bagian dari kemusrikan, hukum Thugot dan jalan kesesatan. Negara diadu domba dengan  agama, menghilangkan muka agama dalam negara. begitulah sebaliknya. Tapi para santri siap mengawal perjalanan panjang bangsa ini meskipun darah bercucuran, nyawa melayang tetaplah menjadi patriot sejati.

Ada sebuah puisi tentang bagaimana santri membela negara, karya Arif Rahmawan, diterbitkan Oktober/19/2017 dalam rangka penyambutan Hari Santri Nasional 22/10/17.

Santri dan Bela Negara

Melalui sejarah bangsa indonesia

Kita melihat begitu banyak yang berperan

Dalam merebut kemerdekaan

Sebuah peristiwa Heroik

Telah terjadi di negeri ini

Pada tanggal 22 Oktober 1945 Resolusi Jihad

Digelorakan oleh K.H. Hasyim Asy’ari

Bersama dengan alim ulama, santri dan masyarakat Surabaya

Pekik takbir berkumandang memenuhi angkasa

Penjajahan harus dieyahkan

Dan dimusnahkan dari bumi nusantara

Dan puluhan tahun setelah itu

Bangsa ini mengenang peristiwa penting tersebut

Dengan menandai tanggal tersebut

Sebagai hari Santri Nasional

Rayakan!

Namun ingatlah sejarahnya

Peperangan antara hidup dan mati

Pernah terjadi pada hari itu

Puisi tentang menggelorakan semangat jihad ala santri membela tanah airnya, mengeyahkan penjajah dan memusnahkan mereka dari bumi nusantara. Patut diacungi jempol para patriot bangsa dimana mereka menenggelamkan ambisi dan egoisme mereka demi cita-cita yang besar nan mulia. Dengan adanya hari santri paling tidak kita sudah mengetahui perjuangan mereka (para santri) dan posisi santri tidak terasingkan dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Selamag Hari Santri 22 Oktober 2017 !!

Amiruddin Mb

Recent Posts

Malam Tirakatan 17 Agustus Sebagai Ritus Kebangsaan Berbasis Kearifan Lokal

Momen peringatan Hari Kemerdekaan selalu tidak pernah lepas dari kearifan lokal. Sejumlah daerah di Indonesia…

1 hari ago

Dialog Deliberatif dalam Riuh Pesta Rakyat

Di tengah riuh euforia Kemerdekaan Republik Indonesia, terbentang sebuah panggung kolosal yang tak pernah lekang…

1 hari ago

Pesta Rakyat, Ritual Kebangsaan, dan Merdeka Hakiki

Tujuh Belasan atau Agustusan menjadi istilah yang berdiri sendiri dengan makna yang berbeda dalam konteks…

1 hari ago

Selebrasi Kemerdekaan Sebagai Resiliensi Kultural di Tengah Ancaman Ideologi Transnasional

Peringatan HUT RI ke-80 tahun berlangsung meriah sekaligus khidmat di seluruh penjuru negeri. Di tengah…

2 hari ago

Mengapa Kita Masih Lomba Makan Kerupuk? : Ritual Kemerdekaan dan Persatuan

Setiap Agustus tiba, ada sensasi déjà vu yang unik. Jalanan tiba-tiba dipenuhi bendera, gapura dicat ulang, dan…

2 hari ago

Pesta Rakyat dan Perlawanan Terhadap Perpecahan

Pada tahun 2025, Indonesia merayakan usia kemerdekaannya yang ke-80. Pesta Rakyat yang digelar setiap tahunnya…

2 hari ago