Narasi

Sejarah, Nusantara, dan Pentingnya Sekolah Ramah Perbedaan

Di Indonesia, sejarah mencatat, bahwa sejak zaman prasejarah sudah berkembang berbagai agama dan kepercayaan. Baik agama asli animisme, dinamisme, ataupun agama impor yang dibawa oleh pendatang dari bara maupun timur. Agama-agama ini dibawa melalui jalur perdagangan, politik, imperialisme, dan misi agama. Dari situlah agama-agama yang ada di Indonesia terus berkembang dan diikuti oleh semakin bertambahnya jumlah para pemeluk, hingga saat ini tak kurang ada enam agama resmi yang diakui negara, di antaranya Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghuchu. Meskipun demikian situasi kerukunan umat beragama di Indonesia bisa terpelihara dengan baik.

Nusantara juga memberikan sebuah catatan, bahwa bangsa Indonesia terdiri berbagai perbedaan, baik dalam agama, ras, kebudayaan. Sudah sejak dari dulu perbedaan ini hidup berdampingan, saling menguatkan, yang kemudian menjadi dasar untuk bangsa Indonesia. Semua sudah sepakat, bahwa perbedaan yang ada di Indonesia merupakan keunikan yang harus dijaga. Semua berdiri dalam ikrar yang sama, yaitu menjaga persatuan berbangsa dan bernegara dengan menghargai perbedaan. Keragaman yang dimiliki setiap daerah harus menjadi pilar bagi kemajuan bangsa.

Dalam buku Literasi Politik karya  Dr. Gun Gun Heryanto, M. Si dkk, mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari tujuh belas ribu pulau, lebih dari lima ratus suku bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya, dan terdiri atas enam agama resmi dan beragam kepercayaan. Keragaman ini menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan keragaman kebudayaannya sebagai tanda jati diri bangsa. Dari situ bisa dikatakan, nusantara mengajarkan mengandung sebuah kesatuan sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem budaya, sampai dengan sistem pertahanan dan keamanan negara. Selaras dengan itu, kita juga harus sadar, bahwa nusantara itu lahir dari pengalaman pahit sejarah bangsa Indonesia akan penjajahan yang terjadi berabad-abad lamanya. Kondisi sosial budaya yang majemuk, konstelasi geografis yang berupa kepulauan yang luas dan besar, dan tata hukum internasional memberikan peluang dan memudahkan perpecahan dan penguasaan oleh penjajah.

Kondisi inilah yang seharusnya menjadi bahan ajar dalam membingkai tatanan bangsa Indonesia. Bangsa ini pernah mengalami kepahitan yang mendalam, dan sudah semestinya kita memberikan sumbangsih dengan menjaga perbedaan yang diwariskan oleh para pejuang. Dan, melalui sekolah ramah perbedaan atau peraturan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri, memberikan indikasi sekaligus jalan tengah dalam meneruskan estafet dari peninggalan nenek moyang, yaitu persatuan dalam perbedaan.

Sederhananya, sejarah mengajarkan kepada kita tentang pentingnya perubahan di masa yang akan datang, Nusantara memberikan sebuah penjelasan tentang betapa bernilainya bangsa Indonesia, dan sekolah ramah perbedaan memberikan titik terang bagaimana mengenal Indonesia lebih dekat. Sebuah kedekatan yang bersumber dari falsafah bangsa, di mana perbedaan adalah jalan terbaik untuk menemukan kedamaian. Sudah seharusnya setiap dari kita memahami tentang nusantara dan sejarah. Agar mudah memahami betapa pentingnya sekolah ramah perbedaan.

Indonesia itu beragam, tugas kita ialah menjaga kerukunan yang sudah diwariskan oleh orang-orang terdahulu, kemudian mewariskan kembali pada generasi yang akan datang. Inti sarinya akan banyak perubahan dan perkembangan di dunia, tetapi sebagai bangsa Indonesia jangan pernah melupakan sejarah. Karena itulah titik awal kita bisa merasakan bahagia di era sekarang. Dan melalui sejarah nusantara inilah kita akan bisa memahami peran penting sekolah ramah perbedaan. Karena dari situ tidak akan ada lagi sikap saling menyalahkan dan menganggap benar di dalam lingkungan sekolah. Sebab, yang paling utama dan pertama ialah bagaimana sekolah mampu melahirkan generasi yang cerdas dalam bersosial dengan santun, tanpa harus mengedepankan ego yang bisa memecah belah bangsa.

This post was last modified on 11 Februari 2021 12:58 PM

Sudiyantoro

Penulis adalah Penikmat Buku dan Pegiat Literasi Asli Rembang

Recent Posts

Pembubaran Doa Rosario: Etika Sosial atau Egoisme Beragama?

Sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) yang sedang berdoa Rosario dibubarkan paksa oleh massa yang diduga diprovokasi…

2 jam ago

Pasang Surut Relasi Komitmen Kebangsaan dan Keagamaan

Perdebatan mengenai relasi antara komitmen kebangsaan dan keagamaan telah menjadi inti perdebatan yang berkelanjutan dalam…

2 jam ago

Cyberterrorism: Menelisik Eksistensi dan Gerilya Kaum Radikal di Dunia Daring

Identitas Buku Penulis               : Marsekal Muda TNI (Purn.) Prof. Asep Adang Supriadi Judul Buku        :…

2 jam ago

Meluruskan Konsep Al Wala’ wal Bara’ yang Disimplifikasi Kelompok Radikal

Konsep Al Wala' wal Bara' adalah konsep yang penting dalam pemahaman Islam tentang hubungan antara…

1 hari ago

Ironi Kebebasan Beragama dan Reformulasi Hubungan Agama-Negara dalam Bingkai NKRI

Di media sosial, tengah viral video pembubaran paksa disertai kekerasan yang terjadi pada sekelompok orang…

1 hari ago

Penyelewengan Surat Al-Maidah Ayat 3 dan Korelasinya dengan Semangat Kebangsaan Kita

Konsep negara bangsa sebagai anak kandung modernitas selalu mendapat pertentangan dari kelompok radikal konservatif dalam…

1 hari ago