Narasi

Semangat Sumpah Pemuda; Tangguh Melawan Ideologi Transnasional

Hari Sumpah Pemuda yang rutin diperingati setiap 28 Oktober menjadi salah satu momentum penting generasi bangsa untuk menempa semangat melanjutkan langkah mengisi kemerdekaan. Spirit ini harus terus didengungkan untuk mengokohkan nasionalisme Ke-Indonesia-an.

Pemuda Indonesia yang merupakan pilar modal manusia (human resource), posisinya menjadi sangat strategis dan sekaligus tumpuan harapan bangsa untuk dapat memajukan negara dan menjaga keutuhan NKRI. Pesan yang harus abadi dari nilai sumpah pemuda diantaranya adalah semangat nasionalisme.

Di tengah dinamika dunia yang terus mengglobal serta lintasan waktu yang demikian cepat, pemuda Indonesia dihadapkan pada neo-imperialisme dan neo-kolonialisme. Tentu yang dimaksud dalam hal ini bukan penjajahan dalam bentuk fisik sebagaimana model kolonialisme lampau. Namun, kolonialisme kini sudah bertransformasi dalam bentuk gempuran ideologi trans-nasional atau penjajahan karakter, dan neo-kolonialisme lainnya.

Hakikat imperialisme global adalah “perang” terhadap bentuk apapun dari pengaruh global. Nasionalisme pemuda Indonesia kembali diuji, apakah masih kokoh dan nyata, ataukah sebaliknya yakni mengalami kekaburan. Merespon persoalan tersebut, sikap patriotisme harus menjadi bagian dari prioritas bangsa yang harus diperhatikan. Pentingnya menanamkan sikap kecintaan terhadap tanah air akan mempengaruhi kualitas bangsa menjadi bangsa yang maju karena dengan sikap patriotisme segala bentuk tindakan semuanya demi kemajuan dan keutuhan NKRI.

Ahmad, et. al. (2024) menegaskan bahwa patriotisme adalah kunci dalam membentuk generasi muda yang berkarakter dan berintegritas tinggi. Sikap ini mencakup cinta tanah air, rasa bangga terhadap budaya dan sejarah bangsa, serta kesediaan untuk berkontribusi bagi kemajuan negara. Dengan menanamkan nilai-nilai patriotisme sejak dini, generasi muda akan memiliki rasa tanggung jawab yang kuat terhadap bangsa dan negara. Mereka akan tumbuh menjadi individu yang tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat luas.

Selain itu, patriotisme mengajarkan pentingnya persatuan dan kesatuan, yang merupakan fondasi bagi stabilitas dan kemajuan suatu negara. Dengan jiwa patriotism juga pemuda akan kebal dari gempuran ideologi transnasional. Artinya, dalam konteks globalisasi yang semakin mendunia, membangun sikap patriotisme pada generasi muda juga berfungsi sebagai benteng terhadap pengaruh negatif budaya asing yang dapat menggerus identitas nasional. Generasi muda yang memiliki rasa cinta tanah air yang kuat cenderung lebih kritis dalam menyaring informasi dan budaya yang datang dari luar. Termasuk ideologi trans-nasional yang amat berbahaya bagi keutuhan bangsa.

Mereka yang hari ini disebut pemuda berjiwa patriotisme adalah pemuda yang mampu menjaga nilai-nilai luhur bangsa dan tetap mengedepankan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan demikian, patriotisme tidak hanya membentuk karakter individu yang tangguh, tetapi juga memperkokoh eksistensi dan kedaulatan bangsa di tengah dinamika global.

Melalui momentum Hari Sumpah Pemuda ini, ikhtiar membangun spirit patriotisme pada generasi muda dapat dilakukan melalui beberapa cara yakni dengan menanamkan nilai kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai budaya sangat berperan penting terhadap pembangunan spirit patriotisme generasi muda. Kemudian dengan melibatkan generasi muda pada tiap agenda sosial kemasyarakatan dan kegiatan kebangsaan (Ahmad, 2024).

Lebih lanjut, dengan terus terlibat berbagai kegiatan tersebut tentu nilai humanis semakin kuat serta rasa cinta tanah air akan kokoh, sehingga menjadi bagian terpenting dalam hidupnya. Manakala demikian, peran generasi muda terhadap pembangunan bangsa akan optimal. Dengan tugas dan tanggung jawab kebangsaan senantiasa melekat dalam diri. Menjunjung tinggi nilai patriotis sebagai wujud komitmen terhadap bangsa. Melalui momentum Sumpah Pemuda ini harapannya peran tersebut senantiasa dijalankan oleh generasi muda secara sadar sebagai wujud sikap patriotisme, semoga.

Suwanto

Penulis merupakan Peneliti Multiple-Representation Learning di PPs Pend.Kimia UNY, Interdisciplinary Islamic Studies di Fak. Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, dan Culture Studies di UGM

Recent Posts

Cara Islam Menyelesaikan Konflik: Bukan dengan Persekusi, tapi dengan Cara Tabayun dan Musyawarah

Konflik adalah bagian yang tak terelakkan dari kehidupan manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan, keyakinan, dan bahkan…

1 hari ago

Beragama dalam Ketakutan: Antara Narasi Kristenisasi dan Persekusi

Dua kasus ketegangan umat beragama baik yang terjadi di Rumah Doa di Padang Kota dan…

2 hari ago

Bukti Nabi Sangat Menjaga Nyawa Manusia!

Banyak yang berbicara tentang jihad dan syahid dengan semangat yang menggebu, seolah-olah Islam adalah agama…

2 hari ago

Kekerasan Performatif; Orkestrasi Propaganda Kebencian di Ruang Publik Digital

Dalam waktu yang nyaris bersamaan, terjadi aksi kekerasan berlatar isu agama. Di Sukabumi, kegiatan retret…

2 hari ago

Mengapa Ormas Radikal adalah Musuk Invisible Kebhinekaan?

Ormas radikal bisa menjadi faktor yang memperkeruh harmoni kehidupan berbangsa serta menggerogoti spirit kebhinekaan. Dan…

2 hari ago

Dari Teologi Hakimiyah ke Doktrin Istisyhad; Membongkar Propaganda Kekerasan Kaum Radikal

Propaganda kekerasan berbasis agama seolah tidak pernah surut mewarnai linimasa media sosial kita. Gejolak keamanan…

2 hari ago