Narasi

Sinergi Ulama, NKRI, dan Pancasila

Indonesia ini kuat salah satunya karena memiliki ulama-ulama hebat. Dalam proses perjuangan kemerdekaan tidak sedikit ulama yang terlibat secara langsung. Ulama turut berperan membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam melawan berbagai bentuk penjajahan. Posisi ulama sendiri menjadi tokoh kunci dalam tekad perjuangan bangsa waktu itu.

Hingga kini pun ulama tetap dalam posisinya yang teramat penting. Ulama kunci melahirkan mental kebangsaan yang kokoh. Tradisi ketundukan kepada ulama merupakan perwujudan tekad dalam satu perjuangan bangsa. Ulama memiliki peranan dalam menguatkan nasionalisme, kebangsaan, dan semangat berpancasila. Melalui sinergi materi keIslaman, spirit kebangsaan dapat menjadi sebuah narasi besar dalam membangkitkan patriotisme demi kemajuan bangsa.

Keberadaan NKRI ini juga bagian dari perjuangan dari para ulama. Ada sinergi perjuangan yang luar biasa, melalui spirit keagamaan dan kebangsaan. Maka terang bahwa agama menjadi semangat penggunggah gerakan perjuangan yang melahirkan kemerdekaan. Agama dan negara bersinergi dengan sangat baik dalam membangun Indonesia sebagai sebuah bangsa. Maka, dapat diartikan bahwa ulama dan konsepsi negara tidak bisa dipisahkan, hubungan keduanya jelas, merupakan hubungan sebuah perjuangan bangsa.

Sinergi Ulama dan NKRI tidak bisa digugat dengan narasi apapun. Munculnya gerakan terorisme anti NKRI merupakan bentuk penghianatan kepada negara. Ulama menjadi garda paling depan melawan radikalisme atas nama agama. Tidak pernah ada sejarah yang menjelaskan posisi ulama (agama) membawa narasi kebencian. Sebaliknya, sejarah mencatat ulama berkiprah mendasar dalam perebutan kemerdekaan sekaligus mempertahankannya.

Ulama telah berhasil menanamkan cara beragama yang santun dan moderat. Ulama memperkanalkan dialog agama dan budaya secara unik. Agama dan budaya di Indonesia berjalan beriringan saling melengkapi tanpa saling menundukkan. Ulama di Indonesia berhasil memperkenalkan cara beragama yang menjunjung tinggi nilai saling hormat-menghormati dalam keberagaman.

Bahkan dalam perumusan pancasila, ulama juga turut terlibat di dalamnya. Kiyai Wahid Hasyim menjadi salah satu dari tim sembilan yang terlibat dalam perumusan pancasila sebagai dasar negara. ini menandakan bahwa pancasila lahir dari rahim para ulama. Ide kebangsaan yang tertuang dalam pancasila merupakan mutiara hikmah dari ulama-ulama moderat tanah air. Maka demikian itu bukti nyata bahwa pancasila tidak ada pertentangan sama sekali dengan ulama, berarti juga dengan agama.

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan spirit ulama dalam kehidupan berbangsa. Konstitusi yang telah berjalan selama ini merupakan langkah ulama terdahulu. Kini, warisan baik berupa narasi kebangsaan oleh para ulama patut untuk diteruskan demi menjaga semangat kebangsaan yang terus menerus menyala.

Masalah-masalah yang bermunculan ke depan akan semakin banyak. Jika kini kita semua dihadapkan dengan radikalisme-terorisme, ke depan akan lebih menguat lagi yang mananya politik identitas. Narasi ideologis yang berseberangan dengan spirit kebangsaan mesti dihadapi secara tegas. Seperti halnya melawan terorisme, tidak bisa dilawan secara sepihak, kerja membendung terorisme mestinya dilakukan secara kolektif, kerjasa sama linta identitas-kebudayaan.

Ulama telah mengajarkan kepada kita semua, melalui perumusan pancasila dan semangat nasionalisme. Bahwa apapun identitas kita, urusan kebangsaan jauh lebih penting dan wajib untuk didahulukan. Hari ini kita harus mementingkan urusan-urusan kebangsaa, kita mesti bekerja secara kolektif bersama komunitas yang beragam. Melalui spirit pancasila itu kita diwariskan semangat kebangsaan yang luhur, kini lah waktunya kita menjaga dan merawat bangsa kita dari penjajahan-penjajahan bentuk baru, seperti terorisme dan radikalisme.

Atas berkah perjuangan para ulama Indonesia menjadi bangsa maju dan berkembang seperti saat ini. Kita patut mensyukuri berkah ulama-ulama Indonesia dengan cara menjaga dan terus merawat Indonesia, tetap damai, dan tetap berpancasila.

 

Febri Hijroh Mukhlis

Alumni pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Pendiri Yayasan Umm al-Bilaad

View Comments

Recent Posts

Bahaya Provokasi Digital; Dari Mobilisasi Massa ke Monetisasi Kekerasan

Aksi demonstrasi massa yang terjadi di banyak kota tempo hari tentu tidak terjadi secara kebetulan.…

19 jam ago

Tradisi Muludan; Strategi Resolusi Konflik Berbasis Lokalitas ala Muslim Pedesaan

Jika kita rutin membuka media sosial belakangan ini, maka kita akan disuguhi berbagai informasi dan…

19 jam ago

Menerjemahkan Pesan Maulid Nabi di Kebisingan Kerusuhan dan Kekerasan

Pada tanggal 5 September, umat Islam di seluruh dunia akan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW,…

19 jam ago

Harga Sebuah Amarah; Melihat Efek Demonstrasi Destruktif dari Sisi Ekonomi dan Psikologi

Dalam sepekan terakhir kita disuguhi pemandangan brutal ketika gerombolan massa meluapkan amarah kolektifnya. Ada yang…

2 hari ago

Agar Aspirasi Tak Tenggelam dalam Kebisingan Anarkisme

Gelombang demonstrasi terjadi di berbagai kota di Indonesia. Pada dasarnya, demonstrasi adalah hak konstitusional warga…

2 hari ago

Kampanye Khilafah; Gejala FOMO Kaum Radikal Menunggangi Fenomena Demonstrasi

Akun TikTok @ekalastri333 dengan pengikut 12, 9 ribu dan menulis di bio profilnya sebagai “pengemban…

2 hari ago