Narasi

Tabayyun di Tengah Arus Hoax dan Sentiment Kebencian Menjelang Pemilu 2024

Gemuruh kontestasi politik menjelang pemilu 2024 tampaknya mulai terasa. Hal yang menjadi penyakit dan perlu kita waspadai adalah arus hoax dan sentiment kebencian di dalamnya. Sebab, hoax dan sentiment kebencian menjelang pemilu selalu menjadi penyebab kita sering-kali konflik, bermusuhan dan selalu muncul pertikaian.

Oleh sebab itu, sangat penting (tabayyun) itu sebagai benteng diri. Di tengah arus hoax dan sentiment kebencian di berbagai platform menjelang pemilu 2024. Guna, menciptakan persaingan politik yang sehat, kondusif, berakhir damai, aman dan tanpa permusuhan serta perpecahan. Hal itu bisa kita bangun dengan komitmen diri untuk membentengi diri dengan tabayyun.

Dalam praktiknya, hindari mudah emosi dan kedepankan seleksi. Ini adalah modal tabayyun penting menjelang pemilu. Agar, kita tidak terpengaruh dengan narasi/informasi yang bernuansa fitnah/menyulut api amarah. Sebab, akan ada banyak produksi hoax/fitnah kebohongan yang sengaja dibuat agar lawan politiknya jatuh dan orang-orang yang ada di bawah bisa bertengkar.

Oleh karenanya, menahan diri untuk tidak mengedepankan emosi itu sangatlah penting. Mencoba untuk menyeleksi sebuah informasi/narasi yang ada. Agar kita tidak salah mengambil kesimpulan dan agar tidak keliru dalam mengambil sebuah keputusan. Akibat kita terjebak oleh narasi fitnah-kebohongan yang ada.

Kalau kita mengaca terhadap kontestasi politik di tahun-tahun sebelumnya. Banyak di antara kita yang tersulut api emosi di tengah beragam sentiment kebencian bernuansa politik identitas itu. Entah persoalan kualitas dan identitas agama pihak yang akan mencalonkan diri. Hingga, aliran dan ajaran juga menjadi sentiment-eksklusif hingga kita sering-kali berkelahi dan bahkan penuh konflik.

Selain tidak mengedepankan emosi dan pentingnya seleksi. Kita juga perlu untuk tidak tergesa-gesa dalam memutuskan sebuah sikap/tindakan yang sekiranya sangat merugikan. Beragam narasi/konten di media sosial yang berkaitan dengan kontestasi politik menjelang pemilu 2024. Selalu menarik perhatian kita untuk melakukan tindakan yang tergesa-gesa.

Kita sering-kali dipancing agar melakukan tindakan yang berujung konflik akibat kita tergesa-gesa mengambil keputusan. Dengan hanya mengandalkan berita/informasi yang ada di media sosial itu. Maka, cobalah untuk lebih mengedepankan rasa untuk mencerna segala informasi/narasi yang ada lalu tanamkan dua hal.

Pahami semua narasi/informasi yang ada. Lalu, jika karakter narasi/informasi itu mengacu ke dalam: pertama, berusaha untuk menggugah amarah kita atau mencoba memancing emosi kita, maka hal yang dapat kita lakukan adalah tetap diam dan jadikan itu sebagai sesuatu yang tidak penting. Karena, ketika kita merasa penting dengan narasi yang semacam itu, di situlah kita terkena jebakan yang semacam itu sehingga kita mudah melakukan aksi berupa konflik/permusuhan tadi.

Kedua, jika narasi/informasi itu mengajak kita untuk fanatik dalam berpolitik yang sifatnya eksklusif dalam beragama. Maka, yang dapat kita lakukan adalah menjernihkan pola-pikir kita dari segala bentuk sentiment berkedok keagamaan itu. Tanamkan semangat pembebasan diri dari segala politik identitas dan mengedepankan semangat perdamaian yang kondusif dengan melonggarkan diri untuk membuang rasa fanatisme itu.

Prinsip pengenalan karakter dari sebuah informasi/narasi yang semacam ini akan menjadi satu paradigma penting. Bagaimana kita bisa membentengi diri kita dari beragam narasi hoax dan sentiment kebencian berbungkus agama menjelang pemilu 2024 nanti. Maka, tanamkan tabayyun dalam diri menjelang pemilu 2024 demi terbangunnya pesta demokrasi yang sehat, kondusif, aman dan tanpa perpecahan serta konflik.

This post was last modified on 9 Mei 2023 2:18 PM

Amil Nur fatimah

Mahasiswa S1 Farmasi di STIKES Dr. Soebandhi Jember

Recent Posts

Soft Terrorism; Metamorfosa Ekstremisme Keagamaan di Abad Algoritma

Noor Huda Ismail, pakar kajian terorisme menulis kolom opini di harian Kompas. Judul opini itu…

14 jam ago

Jangan Terjebak Euforia Semu “Nihil Teror”

Hiruk pikuk lini masa media sosial kerap menyajikan kita pemandangan yang serba cepat berubah. Satu…

16 jam ago

Rejuvenasi Pancasila di Tengah Fenomena Zero Terrorist Attack

Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Peringatan itu merujuk pada pidato Bung Karno…

16 jam ago

Menjernihkan Makna “Zero Terrorist Attack” : Dari Penanggulangan Aksi Menuju Perang Narasi

Dalam dua tahun terakhir, Indonesia patut bersyukur karena terbebas dari aksi teror nyata di ruang…

16 jam ago

Sesat Pikir Pengkafiran terhadap Negara

Di tengah dinamika sosial dan politik umat Islam, muncul kecenderungan sebagian kelompok yang mudah melabeli…

6 hari ago

Dekonstruksi Syariah; Relevansi Ayat-Ayat Makkiyah di Tengah Multikulturalisme

Isu penerapan syariah menjadi bahan perdebatan klasik yang seolah tidak ada ujungnya. Kaum radikal bersikeras…

6 hari ago