Narasi

Tantangan AI dan Media Animasi dalam Meradikalisasi Anak dan Remaja

Di era digital yang semakin maju ini, teknologi AI telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk cara kelompok teroris seperti ISIS menyebarluaskan propaganda mereka. Salah satu strategi baru yang mereka gunakan adalah memanfaatkan karakter kartun populer, seperti SpongeBob SquarePants, untuk menyebarkan pesan radikal kepada anak-anak dan remaja.

Fenomena ini tidak hanya mengkhawatirkan karena penggunaan karakter yang umumnya dianggap aman, tetapi juga menunjukkan betapa cerdasnya teknik propaganda modern dalam menargetkan audiens yang masih sangat muda. Penelitian oleh Smith et al. (2023) dalam studi mereka yang berjudul “AI-Driven Propaganda and its Impact on Youth” mengeksplorasi bagaimana teknologi kecerdasan buatan (AI) digunakan untuk mempersonalisasi dan menyebarluaskan pesan ekstremis yang menargetkan anak-anak dan remaja melalui media visual yang mereka sukai.

Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa AI memungkinkan pembuatan konten propaganda yang sangat menarik dan relevan secara personal dengan memanfaatkan algoritma yang dapat menganalisis preferensi media individu. Dengan demikian, kelompok ekstremis dapat menyajikan pesan radikal dalam format yang disukai oleh audiens muda, seperti karakter kartun atau video musik, sehingga lebih efektif dalam mempengaruhi dan merekrut.

Seperti halnya video propaganda yang baru-baru ini dirilis oleh ISIS, yang memperlihatkan sebuah episode kartun komedi Family Guy yang berjudul “Turban Cowboy” (2013), di mana karakter utama, Peter Griffin, digambarkan mengendarai mobil van berisi bom. Namun, audio dari video tersebut telah diubah, dengan Peter Griffin menyanyikan lirik-lirik ekstremis yang mengandung pesan radikal.

Dengan kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI), kelompok ekstremis kini dapat menciptakan konten propaganda yang sangat berkualitas tinggi dan sulit dibedakan dari produksi media profesional. Dengan demikian, propaganda ekstremis bisa dengan mudah menyusup ke dalam konsumsi media sehari-hari dan mempengaruhi pikiran serta perilaku audiens tanpa terdeteksi.

Pengaruh visual media terhadap anak-anak dan remaja sangat kuat. Generasi Z dan Alpha, yang dikenal sebagai generasi yang tumbuh bersama teknologi, sangat terpengaruh oleh gambar dan ilustrasi yang mereka konsumsi. Dengan visual yang menarik memiliki kekuatan signifikan dalam membentuk persepsi dan sikap anak-anak dan remaja. Gambar, video, dan animasi yang dirancang dengan estetika menarik dapat secara cepat mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku generasi muda, karena media visual cenderung lebih mudah dicerna dan diingat daripada teks atau informasi verbal.

Hal ini disebabkan oleh kecenderungan otak manusia untuk memproses dan menyimpan informasi visual dengan lebih efektif, sehingga konten yang disajikan dalam format visual yang menarik dapat dengan cepat membentuk opini dan sikap. Generasi Z dan Alpha, yang dikenal sebagai generasi yang tumbuh dengan teknologi dan media digital, sangat tertarik pada media visual dan interaktif.

Ketertarikan mereka pada teknologi membuat mereka lebih rentan terhadap propaganda yang disajikan dalam bentuk yang akrab dan menyenangkan, seperti kartun atau video game. Ketertarikan mereka pada media digital dan keterampilan mereka dalam menggunakan teknologi sering kali disertai dengan kurangnya kemampuan kritis dalam menilai konten yang mereka konsumsi. Akibatnya, mereka lebih mudah terpengaruh oleh pesan radikal yang disajikan dalam format yang disukai dan dianggap aman, sehingga meningkatkan risiko terpapar propaganda ekstremis.

Tantangan yang dihadapi dalam melawan propaganda radikal yang menggunakan teknologi AI dan media kartun memerlukan kerjasama dari berbagai pihak. Upaya bersama antara pemerintah, lembaga intelijen, dan masyarakat sangat penting untuk melindungi generasi muda dari pengaruh ekstremis.

Penting bagi kita untuk selalu memperbarui strategi dan teknologi yang digunakan untuk memerangi terorisme, terutama dalam menghadapi metode baru seperti propaganda berbasis AI. Pendidikan dan kesadaran publik adalah kunci utama dalam menghadapi ancaman yang semakin canggih ini. Dengan pendekatan yang cermat dan berfokus pada pemahaman mendalam mengenai pengaruh teknologi terhadap anak muda, kita dapat lebih efektif dalam melawan propaganda radikal dan menjaga masa depan yang lebih aman bagi generasi mendatang.

Melalui upaya yang terkoordinasi dan komprehensif, kita dapat membangun pertahanan yang kuat melawan taktik propaganda yang terus berkembang, memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya terlindungi dari pengaruh berbahaya, tetapi juga tumbuh dalam lingkungan yang mendukung nilai-nilai positif dan aman.

Rufi Taurisia

Recent Posts

Bahaya Pemahaman Tekstual Al Wala’ wal Bara’ Untuk Perdamaian Antar Agama

Secara etimologi, al Wala' berarti kesetiaan. Sedangkan al Bara' artinya terlepas atau bebas. Istilah ini…

2 hari ago

Cinta dan Kasih Mempertemukan Semua Ajaran Agama

Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, kasih sayang dan persaudaraan antar umat beragama menjadi salah satu…

2 hari ago

Lebih dari Sekadar Salaman dan Cium Tangan, Telaah Gestur Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal

Momen simbolis penuh hangat antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar bukan…

2 hari ago

Membaca al Wala’ wal Bara’ dalam Konteks Ke Indonesiaan

Yang harus ditegaskan adalah, apakah al wala' wal bara' kontradiktif dengan ajaran Islam? Tidak. Selama…

3 hari ago

Regenerasi Kepala BNPT dan Agenda Penanggulangan Terorisme di Era AI

Rabu, 11 September 2024, Presiden Joko Widodo secara resmi melantik Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol)…

3 hari ago

Risalah Rasulullah kepada Kristen Najran; Dokumen Perdamaian Berharga Islam-Kristen di Abad ke-7 M

Ada semacam paradoks di tengah kultur sosial keagamaan kita, yaitu munculnya kelompok-kelompok yang mengaku mengikuti…

3 hari ago