Narasi

Menyikapi Distorsi AI sebagai Alat Baru Propaganda Radikal di Era Digital

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kecerdasan buatan (AI) kini menjadi alat yang mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk cara kelompok ekstremis menyebarkan propaganda. Baru-baru ini, terungkap bahwa kelompok Islamic State (ISIS) memanfaatkan AI untuk menciptakan konten media yang memanipulasi dan menyesatkan.

Salah satu inovasi terbaru mereka adalah program “News Harvest,” di mana AI digunakan untuk memproduksi siaran berita palsu yang tampaknya sahih. Dengan menggunakan teknik seperti deepfake dan generative adversarial networks (GANs), ISIS mampu membuat video yang tidak hanya menarik tetapi juga sangat meyakinkan, menampilkan jurnalis buatan yang tampak nyata dan kredibel. Hal ini menunjukkan bagaimana teknologi mutakhir dapat disalahgunakan untuk menyebarluaskan ideologi ekstremis dan propaganda radikal dengan cara yang lebih efektif dan efisien daripada sebelumnya.

Berita terbaru mengenai penggunaan AI oleh ISIS menggambarkan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk distorsi realitas dan menyebarkan kebohongan dengan cara yang sangat canggih. Pada Maret lalu, video berdurasi 92 detik menampilkan seorang pembaca berita dalam helm dan pakaian militer, yang mengklaim bahwa serangan teror di Rusia bukanlah tindakan teroris, melainkan bagian dari “konteks normal” perang antara ISIS dan negara-negara yang memerangi Islam. Video ini adalah contoh jelas bagaimana AI dapat digunakan untuk membuat konten yang seolah-olah sahih dan meyakinkan, menyebar melalui platform online dan mempengaruhi audiens yang rentan.

Dalam konteks ini, saya ingin menegaskan bahwa AI tidak hanya digunakan untuk menciptakan video propaganda, tetapi juga untuk mempercepat penyebaran informasi dan merekrut anggota baru. Program “News Harvest” dari ISIS, yang meniru siaran berita Al Jazeera, menunjukkan bagaimana AI dapat membuat konten yang sangat mirip dengan berita sebenarnya, membuatnya lebih sulit untuk dideteksi dan dimoderasi oleh perusahaan teknologi. Teknik-teknik ini memungkinkan ISIS untuk menyebarkan pesan mereka ke hampir setiap sudut dunia, menggunakan alat-alat canggih untuk mempercepat dan memperluas dampak propaganda mereka.

Fenomena yang terjadi menggarisbawahi akan kebutuhan mendesak untuk mengawal dan mengatasi distorsi yang dihasilkan oleh teknologi AI. Di Indonesia, dengan populasi yang besar dan beragam, serta akses yang semakin meluas ke teknologi digital, risiko penyebaran propaganda radikal melalui AI sangat signifikan. Banyak kelompok ekstremis telah memanfaatkan platform online untuk menyebarluaskan ideologi mereka, dan AI hanya meningkatkan kemampuan mereka untuk melakukannya dengan cara yang lebih efektif dan berbahaya.

Salah satu langkah penting dalam menghadapi tantangan ini adalah membangun masyarakat yang lebih cerdas dalam memahami media digital saat ini. Peningkatan literasi menjadi kunci bagaimana masyarakat tidak cepat mengambil kesimpulan terhadap konten yang bertebaran di media sosial.

Karena itulah, melibatkan berbagai pihak dalam upaya ini, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat sipil, dan sektor swasta menjadi sangat penting. Pemerintah Indonesia, misalnya, dapat bekerja sama dengan platform media sosial untuk memantau dan menghapus konten yang mencurigakan, serta menyediakan pelatihan kepada para pendidik dan orang tua tentang cara mengenali dan mengatasi propaganda digital.

Penegakan hukum juga memerlukan perhatian khusus. Pihak berwenang harus memastikan bahwa ada mekanisme yang efektif untuk menangani penyebaran konten radikal dan mengidentifikasi pelanggaran yang dilakukan oleh kelompok ekstremis. Penegakan hukum yang tegas, disertai dengan upaya preventif yang berbasis pada pemahaman agama yang moderat, dapat membantu mengurangi dampak dari propaganda ekstremis dan memastikan bahwa teknologi AI digunakan untuk tujuan yang konstruktif, bukan untuk merusak.

Perlunya penelitian dan kajian yang lebih mendalam mengenai dampak penggunaan AI dalam konteks propaganda ekstremis dan cara-cara baru yang dapat diambil untuk melawannya. Kolaborasi internasional juga penting untuk berbagi informasi dan pengalaman dalam menghadapi tantangan ini. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berbasis pada paham keagamaan moderat, Indonesia dapat memperkuat ketahanan nasionalnya terhadap ancaman propaganda radikal dan memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kebaikan bersama.

Pengawasan terhadap distorsi produk AI merupakan langkah krusial dalam menghadapi ancaman propaganda radikal. Dengan memanfaatkan teknologi untuk tujuan yang positif dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam upaya pencegahan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan harmonis. Upaya kolektif yang melibatkan pemerintah, lembaga keagamaan, dan masyarakat luas akan sangat menentukan dalam menjaga integritas dan keamanan bangsa di era digital yang semakin kompleks ini.

Ernawati Ernawati

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

15 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

15 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

15 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago