Telah jamak diketemukan situasi dan kondisi integritas bangsa yang merunyam. Berita-berita di media yang simpang siur mengabarkan pemberitaan yang memojokkan negara ke sudut bersalah. Seperti, negara salah memakai sistem demokrasi, setiap masalah pelik yang menimpa bangsa ini karena akibat tidak memakai sistem khilafah, dan seterusnya.
Informasi seperti itu di media bukan barang baru yang timbul di dalam kehidupan bernegara kita. Pluralisme bangsa Indonesia yang telah menjadi kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) semenjak proklamasi diproklamirkan sering mengalami ujian disintegrasi bangsa di era disrupsi informasi sekarang ini.
Manipulasi informasi di media sosial memiliki pengaruh dan dampak besar terhadap persatuan. Di negara ini media massa sering terlibat dalam manipulasi informasi untuk mempengaruhi opini publik, dan informasi tersebut sering membuat onar dengan mengipasi bara kebencian serta permusuhan. Alhasil, seringkali masyarakat terpengaruh sehingga menimbulkan pertentangan dan mengancam persatuan.
Hal seperti itu sangat perlu diwaspadai sebab media massa seperti medsos memiliki kemampuan untuk memilih isu-isu yang diprioritaskan. Media bisa mengarahkan perhatian publik pada isu tertentu sekalipun hoaks, dan isu-isu yang sebenarnya diabaikan. Di era yang kaya akan informasi seperti sekarang ini, media memainkan peran penting serta mampu mengarahkan situasi publik dalam suatu kondisi yang diinginkan.
Informasi dapat dikendalikan oleh pemilik media massa dan pemilik kepentingan; agama, politik dan ekonomi. Sudah lazim terdengar dan terekspos di media bagaimana agama berhasil dibuat legitimasi untuk suatu kepentingan, dan itu terjadi tanpa disadari sehingga banyak yang terpengaruh. Pemberitaan disesuaikan dengan kepentingan mereka, sementara sudut pandang yang berbeda diabaikan.
Lihat misalnya massifnya gerakan kelompok radikal yang berhasrat merusak tatanan persatuan di Indonesia. Betapa, ajaran agama dibajak untuk kepentingan mereka sekalipun berbelok dari penafsiran yang sebenarnya. Sekalipun disuguhkan argumen dalam perspektif yang lain mereka tetap menolak karena memang niat awal hanya untuk memecah belah persatuan rakyat Indonesia.
Ulama dan umara sebagai dua pilar penting mensterilkan media dari informasi yang tak bertanggungjawab, keduanya memiliki pengaruh besar untuk menyadarkan masyarakat dari manipulasi informasi di media, utamanya media sosial.
Ulama dengan kharisma dan keilmuannya sehingga dijadikan rujukan oleh masyarakat, tempat bertanya tentang agama dan bahkan tentang kehidupan ini. Ulama yang dapat maksud disini adalah mereka yang memiliki keluasan ilmu agama dengan sanad atau transmisi keilmuan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Sementara Umara atau pemimpin memiliki potensi besar menyelamatkan masyarakat dari ketersesatan informasi di media sosial berbekal kebijakan yang dimiliki. Misalnya dengan kebijakan mengedepankan informasi yang penting secara objektif, dan meminimalisir atau bahkan menutup sama sekali media yang sering menayangkan informasi yang memiliki potensi merusak situasi. Pemerintah dengan menggunakan kekuasaan mereka hendaknya menyortir informasi dan berita yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Ulama dan umara berpeluang besar menanamkan kesadaran terhadap masyarakat dari isu-isu dan berita yang memanipulasi persepsi publik. Dengan demikian, masyarakat menjadi kritis dan waspada terhadap setiap berita yang disajikan ke publik. Masyarakat juga diberi pemahaman pentingnya mencari sumber informasi yang beragam untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat dan lengkap.
Sehingga masyarakat memiliki kemampuan untuk memahami dan terlibat dalam diskusi yang substansial tentang isu-isu dan berita yang sedang beredar. Pemahaman mereka yang multi sumber terhadap suatu informasi dengan sendirinya memberikan penyadaran terhadap suatu kebenaran. Sengketa dan perpecahan bisa dihindarkan. Hal ini akan mendorong pemikiran kritis dan partisipasi publik yang seimbang.
Sehingga, manipulasi informasi di media tidak mampu untuk merongrong prinsip masyarakat Indonesia yang cinta damai, bersatu dan merasa sama-sama sebagai anak bangsa yang mendiami satu rumah besar bernama Indonesia. Kokohnya persatuan rakyat Indonesia yang menemukan momentumnya pada saat Sumpah Pemuda mampu bertahan dan tidak bisa digoyahkan hanya oleh informasi dan isu-isu yang dimanipulasi oleh media.
This post was last modified on 24 November 2023 11:52 AM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…