Narasi

Ali Fauzi: Pionir Masa Depan Pembawa Perdamaian

Ali Fauzi, lahir dan besar di desa Tenggulun, kecamatan Solokuro, berjarak sekitar 9 km dari bibir pantai utara Lamongan. Beliau adalah sosok inspiratif yang mengalami gejolak perubahan dan mampu menyelamatkan banyak orang dari doktrin terorisme. Besar menjadi sosok teroris yang hebat, dan berubah seketika dengan ikut menyadarkan banyak orang tentang jalan terorisme yang selama ini mereka anut adalah sebuah kesalahan.

Dulunya Ali Fauzi besar di pendidikan pondok pesantren yang sama sekali tidak pernah mengajarkan tindakan terorisme ataupun ekstremisme. Dirinya sangat tekun mempelajari ilmu agama yang ada di pondok pesantren, dan bahkan banyak disiplin ilmu yang dia ambil dari sana. Akan tetapi, surat dari kakaknya, Mukhlas, pada tahun 1991 mengubah arah hidupnya, dan membawanya menjadi anggota organisasi bawah tanah seperti Al-Qaidah di Asia Tenggara dan Jemaah Islamiyah.

Ali Fauzi dan kakaknya kemudian terlibat dalam aksi kekerasan, termasuk perang di Filipina Selatan dan di kawasan Timur Indonesia, seperti Ambon dan Poso. Mereka juga turut andil menjadi pelaku utama dalam serangan Bom Bali 2002. Kisah kekerasan mereka akhirnya harus terhenti, setelah Ali Imran dan Amrozi tertangkap oleh aparat kepolisian tahun 2003. Mereka berdua harus terkurung dalam penjara dalam kurun waktu yang lama.

Tidak berselang lama, Ali Fauzi akhirnya berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian di Filipina pada tahun 2004. Kemudian oleh pihak Filipina diekstradisi ke Indonesia tahun 2007 dengan kondisi fisik yang buruk. Keadaan tersebut membuat Ali Fauzi merenung dan mulai memikirkan ulang tentang beberapa perbuatan teror yang sebelumnya pernah ia lakukan.

Titik Balik Ali Fauzi

Ali Fauzi sadar, bahwa kegiatan teror yang telah ia lakukan merupakan tindakan tidak manusiawi. Setelah tertangkap dan mendapatkan perlakuan yang hangat dari pihak yang sebelumnya dianggap sebagai musuh, Ali Fauzi mengalami perubahan dalam pandangannya terhadap dunia. Kakaknya, Ali Imran, memerintahkan agar semua muridnya, termasuk Ali Fauzi, meninggalkan ideologi ekstrem dan kembali pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Meskipun tidak mudah, Ali Fauzi berkomitmen untuk merubah pemikiran murid-muridnya.

Perubahan signifikan terjadi pada tahun 2013, ketika Ali Fauzi merenungkan dosa-dosanya dan bertekad untuk tidak lagi diam. Ia mulai aktif memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui berbagai media dan forum, menjelaskan tentang kelompok teroris, pemahaman ideologi mereka, dan bahayanya bagi agama, masyarakat, dan negara.

Ali Fauzi bergabung dengan tim perdamaian AIDA pada tahun 2014, bekerja sama dengan korban terorisme untuk mempromosikan pesan damai. Ia meminta maaf kepada puluhan korban terorisme, dan sebagian besar menerima dan merangkulnya. Pada November 2016, bersama dengan rekan-rekannya, Ali Fauzi mendirikan Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) di Lamongan.

YLP menjadi lembaga yang berfokus pada kegiatan deradikalisasi berbasis komunitas, membina narapidana teroris di Lapas-lapas, mendukung proses reintegrasi sosial mantan napiter dan kombatan beserta keluarga mereka, dan mempromosikan perdamaian. Ali Fauzi dan kawan-kawannya mencoba secara strategis mengajak anggota kelompok yang masih keras untuk bertobat dan kembali ke masyarakat.

Dampak YLP Untuk Perdamaian Indonesia

Sejak berdiri, YLP telah menjadi salah satu lembaga yang membina ratusan mantan napiter dan kombatan di Lamongan dan sekitarnya. Mereka juga terlibat dalam kegiatan yang melibatkan korban terorisme, dengan tujuan membawa transformasi dari lingkaran kekerasan menjadi lingkaran perdamaian. Ali Fauzi sendiri sering menyebut YLP sebagai adiknya AIDA, menggambarkan hubungan erat antara tim perdamaian AIDA dan pendiri YLP.

Keterlibatan dan kerjasama antara kedua entitas ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antarlembaga dapat memperkuat upaya deradikalisasi dan membangun perdamaian. YLP bukan sekadar yayasan, tetapi sebuah komunitas yang berkomitmen untuk membentuk masa depan yang lebih baik dan damai.

Melalui inisiatif YLP, Ali Fauzi dan rekan-rekannya mengambil peran proaktif dalam menanggulangi ideologi ekstrem dan kelompok teroris di tingkat komunitas. Mereka tidak hanya memberikan pemahaman mendalam tentang bahaya radikalisme, tetapi juga mengajak aktifitas-aktivitas positif yang memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan kebhinekaan. Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, YLP menjadi agen perubahan yang berdampak nyata.

Kisah hidup Ali Fauzi menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, menunjukkan bahwa perubahan dan perdamaian bukanlah mimpi belaka, melainkan hasil dari tekad dan upaya nyata. Di tengah-tengah tantangan yang berat, Ali Fauzi dan YLP mampu memberikan gambaran tentang transformasi positif dapat terjadi asalkan ada niat tulus dan upaya bersama. Dengan demikian, mereka menjadi pionir yang memandu jalan menuju masa depan Indonesia yang lebih aman, harmonis, dan damai.

This post was last modified on 24 Januari 2024 11:35 AM

Nur Faizi

Recent Posts

Sadd al-Dzari’ah dan Foresight Intelijen: Paradigma Kontra-Terorisme di Tengah Ilusi Zero Attack

Selama dua tahun terakhir, keberhasilan Indonesia menangani terorisme dinarasikan melalui satu frasa kunci: zero terrorist…

22 jam ago

Membaca Narasi Zero Terrorist Attack Secara Konstruktif

Harian Kompas pada tanggal 27 Mei 2025 lalu memuat tulisan opini berjudul "Narasi Zero Attack…

24 jam ago

Merespon Zero Attack dengan Menghancurkan Sekat-sekat Sektarian

Bagi sebagian orang, kata “saudara” sering kali dipahami sempit, hanya terbatas pada mereka yang seagama,…

24 jam ago

Soft Terrorism; Metamorfosa Ekstremisme Keagamaan di Abad Algoritma

Noor Huda Ismail, pakar kajian terorisme menulis kolom opini di harian Kompas. Judul opini itu…

2 hari ago

Jangan Terjebak Euforia Semu “Nihil Teror”

Hiruk pikuk lini masa media sosial kerap menyajikan kita pemandangan yang serba cepat berubah. Satu…

2 hari ago

Rejuvenasi Pancasila di Tengah Fenomena Zero Terrorist Attack

Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Peringatan itu merujuk pada pidato Bung Karno…

2 hari ago