Categories: Narasi

Belajar untuk tidak membenci

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti berhubungan dengan banyak orang. Dari hubungan tersebut muncul berbagai hal, ada yang positif tapi tak sedikit pula yang negatif. Hal-hal positif akan mendorong kita untuk mencintai, sementara sesuatu yang negatif malah menjerumuskan kita untuk membenci. Salah paham dan dengki adalah dua hal utama yang paling gampang menjadikan hubungan sosial tidak menghasilkan apa-apa selain kebencian. Padahal membenci sesama tidak akan membantu kita untuk menjadi orang yang lebih berguna. Oleh karenanya kita perlu untuk selalu menjaga diri agar tidak mudah membenci. Paling tidak ada 7 alasan kenapa kita tidak perlu membenci;

  1. Membenci bikin capek

Percaya atau tidak, membenci orang nyatanya menguras banyak energi, karena kita dituntut untuk selalu fokus dan konsentrasi penuh terhadap hal-hal buruk yang ada pada orang lain. minimal agar kita selalu punya alasan untuk membenci. Energi yang dibutuhkan untuk membenci bisa jadi lebih besar dari pada energi yang dibutuhkan untuk mencintai orang lain. Jadi, kenapa juga masih mau membuang-buang energi?

  1. Mempersempit dunia kita

Berbeda dengan orang yang memiliki banyak teman, orang yang memilih untuk lebih ‘rajin’ membenci akan merasakan dunianya semakin sempit, karena ia akan terus-terusan berusaha untuk menghindari bertemu dengan orang lain. Semakin banyak orang yang dibenci, semakin banyak pula tempat-tempat yang ia hindari. Dunia yang sebenarnya luas hanya akan dirasanya tak lebih dari selembar kertas.

  1. Membuat hidup makin repot

Salah satu kebiasaan yang dilakukan para penggila benci adalah membuat ranking tentang siapa yang paling dibenci. Semacam top ten daftar orang-orang untuk dibenci. Aktifitas ini tentu sangat merepotkan –dan tentu saja tidak berguna–, karena orang yang gemar membenci akan mulai membuat kriteria, lalu indikasi, dan berbagai index lain untuk menentukan ranking dalam list to hate. Fiuh,, membenci memang merepotkan!

  1. Mempersempit potensi diri

Percaya atau tidak, teman ternyata dapat membantu kita mengembangkan potensi. Jika kita berteman dengan musisi misalnya, teman tersebut bisa membantu kita untuk menumbuhkan potensi kita di bidang musik. Kalau temannya adalah pelukis, mereka juga bisa bantu kita mengembangkan diri di bidang itu. Itu kalau punya banyak teman, nah, kalau tidak punya teman berarti tak akan ada banyak potensi yang bisa dikembangkan. Satu-satunya aktifitas yang bisa dilakukan adalah membenci, aduh!

  1. Membenci membuat raut wajah redup

Ini beneran loh, orang-orang yang gemar membenci jarang menghiasi wajahnya dengan aura ceria dan senyum. Mereka lebih banyak cemberut dan murung. Hal ini ternyata berimbas langsung pada raut wajah. Tak peduli kosmetik apa yang mereka gunakan, raut wajah redup tak bisa disembunyikan oleh mereka yang sudah lupa cara berbahagia. Jika tidak percaya, cobalah amati wajah orang-orang yang gemar membenci, redup dup dup dup!

  1. Membenci adalah bukti kalau kalian kolot

Salah satu hal yang membuat manusia mengalami kemajuan adalah akses informasi. Orang-orang dengan informasi yang baik dapat segera melakukan hal-hal baik dan menghindarkan mereka dari sesuatu yang tidak baik. Salah satu sumber informasi adalah relasi, yakni dari hubungan sosial. Orang yang memiliki banyak teman akan memiliki banyak informasi, sementara mereka yang lebih senang membenci akan minim informasi. Sehingga orang-orang yang model-model begini tidak akan bisa menjadi orang yang maju. Mau? Saya sih ogah.

  1. Membenci sama dengan membunuh diri sendiri

Manusia itu adalah makhluk sosial, tidak bisa hidup sendiri. Artinya, hidup akan susah tanpa adanya orang lain. Jika masih gemar membenci, itu sama artinya dengan bunuh diri. Karena membenci orang lain sama halnya dengan memutus hubungan baik dengan sosial kita, padahal itu adalah hal yang paling mendasar. Tanpa orang lain kita tidak bisa hidup, kalau sekedar bernafas dan up date status sih paling masih bisa, tapi kalau hidup yang beneran hidup, nggak akan bisa!

This post was last modified on 21 Mei 2015 9:00 AM

Khoirul Anam

Alumni Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS), UGM Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Salafiyah Syafiyah, Sukorejo, Situbondo, Jatim dan Ponpes al Asyariah, kalibeber, Wonosobo, Jateng. Aktif menulis untuk tema perdamaian, deradikalisasi, dan agama. Tinggal di @anam_tujuh

View Comments

  • Ulangan 17:2-5 (TB) "Apabila di tengah-tengahmu di salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, ada terdapat seorang laki-laki atau perempuan yang melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahmu, dengan melangkahi perjanjian-Nya,
    dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu;
    dan apabila hal itu diberitahukan atau terdengar kepadamu, maka engkau harus memeriksanya baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di antara orang Israel,
    maka engkau harus membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kaulempari dengan batu sampai mati.

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

20 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

21 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

21 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

2 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

2 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

2 hari ago