Akhir bulan Ramadhan 1437 H/2016 saat seluruh umat Islam seantero dunia sedang berada pada puncak pelaksanaan ibadah Ramadhans ebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah swt., guna meraih predikat taqwa di sisi-Nya sebagaimana yang dijanjikan dalam Alquran, kesucian bulan Ramadhan dinodai dengan aksi bom bunuh diri di Jeddah, Madinah dan Qatif. pelaku bom bunuh diri tidak lagi memilih tempat dan waktu beraksi, pelaku beraksi di bulan Ramadhan saat semua makhluk mendapat rahmat, ampunan dan pembebasan dari ancaman siksaan api neraka.
Pelaku beraksi di tanah suci dan disucikan, tanah haram, tempat yang dijadikan semua umat Islam menjalani proses transformasi diri mengikuti jejak napak tilas nabi Ibrahim sekeluarga hingga tempat yang Allah pilih sebagai lokasi tujuan nabi Muhammad saw., melakukan perjalanan hijrah dalam menyiarkan risalah yang diamanatkan oleh Allah kepadanya.
Pelaku aksi bom bunuh diri semakin memperteguh eksistensi dirinya sebagai makhluk yang aneh, uniq dan bukan manusia. Aksi yang dilakukan merupakan kejahatan luar biasa, bukan hanya luar biasa dampak dan akibatnya, serta luar biasa sasarannya, tetapi juga luar biasa targetnya.
Pola aksi bom bunuh diri teroris di Madinah dan Jeddah telah melampaui batas cita-cita para teroris yang telah beraksi di banyak wilayah dan negara, yang ingin syahid, masuk surga dan dijemput 73 orang bidadari atau memiliki ilusi mendirikan negara Islam. Hanya saja negara Islam yang dicita-citakannya mustahil terwujud sebab mereka melakukan bom bunuh diri, pertanyaan yang tidak bisa dijawab, siapa yang akan mendirikan negara Islam kalau mereka melakukan bunuh diri? Pelaku tersebut boleh dibilang lebih teroris dari teroris, atau terorisnya para teroris.
Di kota Madinah al Munawwarah terdapat masjid Nabawi yang di dalamnya terdapat raudah, taman dari taman-taman surga, tempat yang tidak pernah sepi sepanjang masa, tempat yang diperebutkan para tamu Allah swt., yang ingin melaksanakan salat sunnah, melantunkan doa dan harapan kepada Allah swt., agar mendapat ampunan, kasih saying dan berjumpa dengan nabi Muhammad saw., kelak di dalam surga.
Namun kenyataan yang kita saksikan sekarang, mereka menjadikan sasaran bom bunuh diri, taman dari taman-taman surga juga sudah menjadi sasaran aksi bom bunuh diri.
Kelompok anarkis beserta simpatisannya beraksi dan melakukan bom bunuh diri semakin meluas sasarannya, sebab aksi-aksi bom sebelumnya dilakukan di antaranya karena berharap masuk surga, akan tetapi ‘potongan’ taman-taman surga pun dijadikan sasaran pelampiasan birahi nafsu politiknya.
Kini, bukan hanya penguasa yang thogut, bukan hanya yang tidak bersimpati kepada perjuangan mereka yang masuk dalam daftar thogut, tetapi sebentar lagi mungkin Tuhan pun akan dimasukkan dalam daftar yang ditoghut-toghutkan, sebab mengapa Tuhan dalam anggapan mereka tidak membantu perjuangan mereka dalam menegakkan kebenaran meskipun dengan jalan yang menyesatkan.
Kewaspadaan semua pihak mutlak ditingkatkan terutama aparat keamanan bukan hanya di wilayah Madinah dan Mekkah, akan tetapi juga di seluruh wilayah yang terdapat keramaian di dalamnya.
Pelaku anarkis yang banyak beraksi di wilayah Timur Tengah bahkan di negara dan benua lainnya rata-rata mengatasnamakan agama tertentu atas dasar pemahaman yang tidak komprehensif, holistic dan integral, namun hanya mengandalkan semangat yang melangit yang tidak diiringi dengan pemahaman yang humanis kompromis. Kemudian semakin parah lagi sebab dalam banyak media, penanggungjawab aksi tersebut yang diutamakan untuk diekspos dan ujung-ujungnya disebut-sebutlah kelompok pemberontak ISIS sebagai aktor yang bertanggung jawab di balik kejahatan tersebut.
Mengungkap pelaku dan penanggung jawab setiap aksi termasuk yang pernah terjadi di Indonesia, penting diketahui dan diidentifikasi agar dapat diwaspadai, namun yang lebih utama adalah mencegah strategi penyebaran permusuhan dan penanaman kebencian agar akar masalah tidak menjalar seperti tumor yang merusak seluruh jaringan tubuh manusia.
Demikian pula dalam mengungkap aktor penanggung jawab dibalik setiap aksi bom bunuh diri, secara spontan disebut-sebut kelompok ISIS, bisa jadi dua kemungkinan yaitu, ISIS memang sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas aksi bom bunuh diri dengan dasar ledakan bom bunuh diri sebelumnya dilakukan secara langsung oleh mereka, atau bukan ISIS secara tidak langsung, namun mereka berharap disebut banyak media sebagai bagian dari aksi mereka, dengan harapan masyarakat dunia dapat mengakui eksistensinya sebagai kelompok pemberontak atau ada saja yang tidak memahami aksinya sehingga masyarakat menganggapnya sebagai gerakan jihad sesungguhnya.
Jika fenomena tersebut yang terjadi, maka organisasi anarkis dan pemberontak tersebut akan menyampaikan rasa syukur kepada banyak media karena secara tidak langsung banyak media yang bisa menjadi corong mereka, memberitakan mereka akan aksi anarkisnya sebagai tanda bahwa mereka masih ada, mereka masih dapat dengan mudah menghancurkan tempat-tempat yang suci.
Selain kewaspadaan aksi dan kewaspdaan dampak yang ditimbulkan secara langsung bagi masyarakat Islam Indonesia yang ingin melaksanakan ibadah umrah, yang perlu ditingkatkan pula adalah informasi dari berbagai media yang harus diperjelas agar masyarakat tidak mudah terprovokasi.
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…