Kebangsaan

Candi Borobudur Dinobatkan sebagai Destinasi Spiritual Tourism Terindah di Dunia: Inilah Bukti Pentingnya Paham Keagamaan yang Ramah Kebudayaan

Candi Borobudur kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Situs warisan dunia yang berdiri megah di Magelang, Jawa Tengah, ini dinobatkan sebagai destinasi spiritual tourism terindah di dunia oleh The Financial Times, surat kabar asal Inggris. Penghargaan prestisius ini menempatkan Borobudur di puncak daftar 31 destinasi spiritual lainnya dari berbagai belahan dunia. Penobatan ini tidak hanya membuktikan keindahan arsitektur dan nilai sejarah Borobudur, tetapi juga menegaskan pentingnya keharmonisan antara nilai-nilai spiritual dan kekayaan budaya dalam membangun daya tarik wisata.

 

Sebagai situs warisan dunia yang diakui oleh UNESCO, Candi Borobudur memang memiliki daya tarik yang tak terbantahkan. Dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra, Borobudur mencerminkan kebesaran peradaban Nusantara pada masa lalu. Stupa-stupa megahnya, relief yang sarat makna, serta simbolisme ajaran Buddha yang mendalam menjadikan Borobudur tidak hanya sebagai monumen sejarah, tetapi juga sebagai pusat spiritual yang memancarkan pesan perdamaian universal. Pengakuan sebagai destinasi spiritual terbaik ini meneguhkan posisi Borobudur sebagai tempat yang tidak hanya dikunjungi untuk menikmati keindahan arsitektur, tetapi juga untuk menemukan kedamaian batin.

 

Borobudur adalah salah satu simbol nyata dari harmoni antara agama dan budaya yang telah terjaga selama berabad-abad. Dalam sejarahnya, Candi Borobudur hidup berdampingan dengan berbagai tradisi agama lainnya, yang tumbuh subur di Nusantara. Keberadaan candi ini mencerminkan toleransi yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Sikap saling menghormati dan menerima perbedaan ini adalah esensi dari paham keagamaan yang ramah terhadap budaya, seperti yang diajarkan oleh Aswaja (Ahlussunnah wal Jamaah).

 

Dalam konteks Aswaja, agama dipahami sebagai sebuah jalan hidup yang tidak hanya berorientasi pada hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga pada hubungan antarmanusia dan lingkungan sekitarnya. Pendekatan ini menekankan pentingnya menghormati tradisi dan budaya lokal sebagai bagian dari manifestasi keimanan. Borobudur, dengan segala keindahannya, adalah contoh nyata bagaimana nilai-nilai spiritual dapat menyatu dengan kekayaan budaya, menciptakan harmoni yang membawa manfaat bagi semua pihak.

 

Keberhasilan Borobudur menjadi destinasi spiritual terbaik ini menjadi cerminan dari cara Indonesia memposisikan diri di mata dunia. Indonesia bukan hanya dikenal sebagai negara dengan kekayaan alam yang melimpah, tetapi juga sebagai pusat peradaban yang mampu memberikan kontribusi dalam menyebarkan nilai-nilai universal seperti perdamaian, toleransi, dan keberagaman. Di tengah dunia yang sering kali diwarnai oleh konflik dan perpecahan, Borobudur menjadi simbol harapan dan inspirasi untuk membangun perdamaian.

 

Karena itu, penghargaan harus menjadi pengingat bagi kita bahwa menjaga kekayaan budaya dan spiritual seperti Borobudur membutuhkan komitmen yang berkelanjutan. Tidak cukup hanya dengan melestarikan situs fisiknya, tetapi juga dengan menanamkan pemahaman kepada generasi muda tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini, pendekatan Aswaja yang moderat, inklusif, dan menghormati keberagaman dapat menjadi model yang relevan dalam menanamkan nilai kebudayaan dan keagamaan bagi generasi muda.

 

Keberhasilan Borobudur di kancah internasional ini adalah keberhasilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini adalah bukti bahwa kekayaan budaya dan sejarah kita tidak hanya memiliki nilai lokal, tetapi juga diakui dan dihargai di tingkat global. Lebih dari itu, ini adalah pengingat bahwa tanggung jawab untuk menjaga dan merawat kekayaan ini ada di tangan kita semua. Dengan memahami pentingnya harmoni antara agama dan budaya, serta dengan menerapkan nilai-nilai inklusivitas dan toleransi, kita dapat memastikan bahwa Borobudur dan warisan budaya lainnya akan terus menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang.

susi rukmini

Recent Posts

Kaum Muda Sebagai Game Changer; Masih Relevankah Sumpah Pemuda bagi Gen Z?

Di peringatan Hari Sumpah Pemuda, Alvara Institute merilis whitepaper hasil riset terhadap generasi Z. Riset…

4 jam ago

Sumpah Pemuda di Medan Juang Metaverse: Menjaga Kedaulatan Digital Menuju Indonesia Emas 2045

Dunia metaverse yang imersif, kecerdasan buatan (AI) yang kian intuitif, dan komunikasi interaktif real-time telah…

4 jam ago

Manusia Metaverse; Masihkah Gen Alpha Butuh Nasionalisme?

Beberapa tahun lalu, gambaran dunia virtual tiga dimensi seperti dalam film Ready Player One hanyalah…

4 jam ago

Penguatan Literasi Digital untuk Ketahanan Pemuda Masa Kini

Kita hidup di zaman yang oleh sosiolog Manuel Castells disebut sebagai Network Society, sebuah jejaring…

1 hari ago

Kontra-Terorisme dan Urgensi Mengembangkan Machine Learning Digital Bagi Pemuda

Di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi, ancaman radikalisme tidak lagi terbatas pada ruang fisik, tetapi…

1 hari ago

Dari Jong ke Jaringan: Aktualisasi Sumpah Pemuda dalam Membangun Ketahanan Digital

Sembilan puluh tujuh tahun silam, para pemuda dari berbagai penjuru Nusantara berkumpul, mengukir sejarah dengan…

1 hari ago