Narasi

Cegah Laten Terorisme, Viralkan Ayat Damai di Dunia Maya

Sepanjang sejarah, aksi terorisme selalu meninggalkan luka mendalam, baik pada keluarga korban maupun masyarakat secara umum. Bayangkan saja, ketika kita sedang khusyuk mengajar anak didik di sekolah, lalu tiba-tiba mendengar kabar tewasnya saudara kita lantaran ledakan bom teroris? Kira-kira, bagaimana perasaan kita waktu itu? Tentu tidak karuan, dan secara perlahan, tumbuh benih kebencian dalam diri kepada teroris dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

Begitu juga yang dialami para keluarga korban. Di antara mereka ada yang kehilangan tulang punggung keluarga, buah hati yang selalu bisa menerbitkan kebahagiaan, atau mungkin juga kekasih yang lama tak berjumpa. Maka, benar bila dikatakan bahwa terorisme adalah kejahatan luar biasa. Ini karena, efeknya tidak terbatas pada satu-dua orang saja, melainkan meluas sampai ke masyarakat secara umum. Selain merugikan secara materi, juga yang lebih parah lagi adalah rugi secara psikis; berupa trauma psikologis yang mendalam dan bertahan lama.

Berdiam diri dan hanya mengandalkan pemerintah untuk memberantas terorisme, bukanlah sikap yang bijak. Justru, keterlibatan kita sangat dibutuhkan, karena terorisme bukanlah tindakan yang serampangan, melainkan terorganisir. Pelakunya bukan hanya “pengantin” yang rela bunuh diri dengan jalan meledakkan diri, tetapi juga ada penghimpun dana, perakit bom, dan penyurvei. Oknum-oknum tersebut bertanggung jawab atas teror yang dimunculkan, sehingga semuanya mesti ditindak.

Menurut Imam Ansori Saleh (2017), teroris memiliki jargon atau slogan yang membuat mereka bersemangat dalam menjalankan misi. Jargon tersebut diambil dari khazanah klasik Islam, yakni perkataan isy kariman au mut syahidan (hidup mulia atau mati syahid). Slogan perjuangan ini muncul pertama kali dari seorang ibu kepada putranya, Abdullah bin Zubair. Slogan tersebut terbukti ampuh untuk memupuk militansi dalam diri remaja Ibnu Zubair waktu itu.

Pun yang terjadi hari ini. Bahwa teroris berlaku nekad bunuh diri demi “tugas suci”, adalah didorong oleh slogan tersebut. Slogan tersebut ditafsirkan secara ekstrim, lalu didoktrinkan kepada calon “pengantin”, atau dalam istilah lain brain washing (cuci otak). Orang yang sudah dicuci otaknya, sulit bahkan mustahil untuk menerima kebenaran lain di luar versinya. Aksi bom bunuh diri, dengan demikian, dipahami sebagai jalan paling efektif dalam menunaikan tugasnya sebagai hamba, yang menghendaki kemuliaan para mujahid.

Viralkan Ayat Damai

Legitimasi ayat-ayat al-Qur’an terhadap aksi terorisme amatlah berbahaya, karena bisa mendorong orang untuk melakukan jihad dengan kekerasan. Terlebih, keberadaan dunia maya yang semakin mempermudah gerakan radikalisme dan terorisme menyebarkan doktrin sesatnya, dan yang paling terancam adalah generasi muda –generasi milenial. Merekalah yang kerap bersinggungan dengan dunia maya, sehingga sangat potensial menjadi korban doktrin.

Maka dari itu, kita mesti bergerak. Terutama, melakukan kampanye perdamaian di dunia maya, dengan menampilkan ayat-ayat damai. Bahwa seorang muslim tentu taat kepada firman Allah Swt. yang termaktub dalam al-Qur’an. Kenyataan inilah yang mesti kita sadari, agar ‘ketaatan’ ini tidak dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk melakukan indoktrinasi paham radikalisme-terorisme dengan ayat-ayat pedang. Sehingga, tak ada alasan lagi bagi kita untuk menunda melakukan kampanye ayat-ayat damai di dunia maya.

Misalnya, perintah untuk mengajak seseorang memeluk Islam hendaknya dilakukan dengan santun, bukan melalui paksaan atau bahkan aksi kekerasan. Sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 256: Tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang salah. Karena itu, siapa saja yang ingkar kepada thogut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada tali Allah yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa yang dialami Hashin dari kalangan Anshar. Ketika itu, ia memiliki dua orang anak beragama Nasrani. Kemudian Allah Swt. menurunkan ayat ini sebagai jawabannya, bahwa umat Islam (termasuk Rasulullah Saw.) tidak dibolehkan memaksa seseorang untuk memeluk Islam.

Logikanya, memaksa anak sendiri untuk memeluk Islam saja tidak boleh, apalagi orang lain. Ayat inilah yang kerap luput dari perhatian terorisme, karena mereka telah tertutup matanya pada ayat-ayat selain yang didoktrinkan. Mereka terlalu bersemangat untuk melakukan jihad yang keliru, padahal ada ayat lain yang mengandung pesan damai.

Berdakwah dengan jalan damai juga ditegaskan dan ditekankan dalam al-Qur’an: Serulah (manusia) kepada ajaran Tuhamnu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (QS. an-Nahl: 125)

Maka dari itu, marilah kita melakukan dakwah bilhikmah dengan cara memviralkan ayat-ayat damai. Selamatkan saudara kita dari bahaya laten terorisme!

This post was last modified on 10 Juli 2018 12:49 PM

Imron Mustofa

Admin Online Blog Garawiksa Institute. PU LPM Paradigma Periode 2015/2016

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

1 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

1 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

1 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago