Narasi

Cerdas Merespons Hasutan

Perilaku hasut-menghasut seakan mengikuti kecepatan perkembangan teknologi informasi. Setiap hari, sosial media kita dijejali dengan beragam informasi yang banyak mengandung hasutan. Dan hasutan ini melanda pada semua lingkup kehidupan. Mulai dari isu politik, ekonomi, sosial, agama, dsb. Akibat dari tindakan menghasut sangatlah besar. Sebab bisa memicu seseorang/ kelompok melakukan perbuatan anarkis dan kekerasan. Akibat lanjutannya, dapat merenggangkan, bahkan memutuskan, rajutan persatuan yang telah terbentuk di masyarakat. Bagi negara kita, perilaku ini menjadi paradoks yang sangat vulgar. Sebab dalam Islam, doktrin tentang kasih sayang, cinta kasih, dan perdamaian dapat dengan mudah ditemukan. Baik dalam Alquran, Hadist, maupun perkataan-perkataan ulama.

Menghasut memiliki beberapa kesamaan dengan memprovokasi. Menurut KBBI, hasut adalah membangkitkan hati orang agar menjadi marah. Sementara provokasi adalah perbuatan untuk membangkitkan kemarahan; tindakan menghasut; penghasutan; pancingan. Jadi menghasut merupakan salah satu bagian dari provokasi. Menghasut melibatkan 3 unsur: orang yang menghasut; orang yang dihasut; informasi yang berisi hasutan. Meskipun kedua pihak tersebut sama-sama bersalah, tetapi porsi terbesar ada pada pihak penghasut. Kesalahan orang yang menghasut adalah membangkitkan amarah orang lain sekaligus. Sementara orang yang dihasut, meskipun bisa juga dianggap sebagai korban, akan tetapi dia bersalah karena begitu mudahnya terprovokasi untuk melakukan tindakan yang tidak manfaat.

Dalam Islam, orang yang melakukan penghasutan diancam dengan hukuman yang tidak main-main. Dalam sebuah hadist riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Raasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang suka menghasut tidak akan masuk syurga”. Pada hadist lain, rasulullah berkata, “Maukah kalian aku beritahukan,tentang orang yang paling buruk perbuatannya di antara kalian? Mereka adalah orang yang berjalan di atas muka bumi sambil menghasut,, yang merusak hubungan orang-orang yang awalnya saling mencintai, dan hanya ingin menceritakan aib orang yang tidak bersalah” (Hadist Riwayat Ahmad).

Terhadap pihak yang ingin dihasut, maka perlu kita belajar dari teladan Nabi Muhammad. Rasulullah sendiri sering sekali mendapatkan hasutan dari orang-orang yang menyukainya. Berdasarkan penuturan Ibnu Ishaq, seperti dikutip al-Mubarakfury (2008: 87), tetangga rasulullah pun sering menyakiti beliau. Diantara mereka, ada yang melemparkan perut seekor domba ketika Nabi Muhammad sedang sholat. Ada juga yang meletakannya di periuk rasulullah. Jika rasulullah dilempari kotoran-kotoran tersebut, maka beliau keluar rumah sambil memegangi sepotong dahan, lalu berdiri di ambang pintu sambil membersihkan  kotoran tersebut. Rasulullah hanya bersabda, “Wahai Bani Abdi Manaf, tetangga macam apakah ini?”  Kemudian rasul pun membuang kotoran-kotoran tersebut.

Pada kasus di atas, setidaknya ada hal yang bisa ditiru oleh kita dalam menghadapi para penghasut. Pertama, kita harus mampu menahan diri agar tidak terjebak dalam hasutan orang lain. Sebab ketika kita terjerumus dalam hasutan pihak lain, maka sama saja kita menyerah kalah. Dan tentu saja, hanya orang-orang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik saja yang bisa melakukannya. Kedua, kita harus menegur pihak lain yang mencoba menghasut. Jangan sampai kita membiarkan para penghasut berkeliaran di sekitar kita. Dalam konteks kekinian, saat kita mendapat informasi yang berisi hasutan di media sosial, maka kita tidak boleh turut serta menyebarkannya. Selain itu, terhadap pihak yang memposting dan membagikan informasi hasutan, kita wajib menegurnya.

Sementara terkait dengan informasi yang diberikan orang lain kepada kita, Islam mengajarkan agar melakukan tabayyun (klarifikasi). Dalam surah Al-Hujurat (49: 6) disebutkan, “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Jadi saat kita mendapatkan berita dan informasi, kita wajib untuk menelusuri kebenaran materi yang disampaikan. Berita pada ayat tersebut bersifat umum. Artinya meliputi berita baik atau pun berita buruk. Dengan kata lain, terhadap berita baik saja kita diperintahkan untuk melakukan tabayyun, apalagi terhadap berita buruk.

Bagi mereka yang telah termakan hasutan, rasulullah pun mengajarkan bagaimana cara untuk mengatasinya. Salah satunya dengan sabar dan menahan amarah (sebab tujuan dari menghasut adalah membangkitkan amarah seseorang/kelompok). Menurut Antonio (2007: 192), amarah merupakan perasaan dalam jika. Amarah akan menyebabkan hilangnya kontrol diri. Selain itu, orang yang sedang dilanda amarah akan menyebabkan dirinya lemah dalam melihat kebenaran. Dan tentu saja dampak dari amarah akan sangat menghinakan dirinya sendiri.

 

Rachmanto M.A

Penulis menyelesaikan studi master di Center for Religious and Cross-cultural Studies, Sekolah Pascasarjana UGM. Jenjang S1 pada Fakultas Filsafat UGM. Bekerja sebagai peneliti.

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago