Keagamaan

Dakwah yang Menghibur agar Jamaah Tidak Kabur

Dakwah merupakan tindakan komunikasi. Seorang juru dakwah sedang mengkomunikasikan kebenaran ajaran kepada audiens dengan tujuan menginformasikan, mengedukasi dan merubah persepsi. Dakwah pada esensinya adalah mengajak kepada kebaikan dan mencegah manusia dalam kemungkaran. Tugas seorang pendakwah adalah tugas mulia.

Sebagai tindakan komunikasi, dakwah bukan sekedar tentang apa yang diajarkan, tetapi bagaiamana dan dengan apa ajaran itu disampaikan. Islam tidak memberikan pedoman yang kaku dan rigid tentang metode ini. Al Quran hanya memberikan garis besar dan prinsip universal tentang metode dakwah yang harus menggunakan pendekatan hikmah, lemah lembut dan metode argument yang jelas (An-Nahl : 125).

Dakwah harus disampaikan dengan kesantunan dan kelembutan, tetapi memiliki kedalaman hikmah dan argument yang bagus. Ajaran keagamaan harus disampaikan dengan cara yang baik dengan memakai metode apapun selama tidak melanggar syariat. Bukan persoalan besar jika dakwah disampaikan dengan cara kesenian, budaya dan musik sekalipun selama tidak melanggar batas syariat.

Karena esensi dakwah adalah mengajarkan dan mengajak, maka membuat audiens lebih nyaman dan menyenangkan adalah bagian dari cara berdakwah. Dakwah harus mampu menghibur agar audiens tidak kabur. Dakwah harus mampu memberikan rasa bahagia agar audiens tidak kemana-mana.

Karena itulah Islam menekankan pentingnya dakwah dengan tidak memberikan ketakutan berlebihan. Muadz bin Jabal ketika hendak diutus sebagai juru dakwah, Nabi menasehati dengan kalimat : Permudahlah, jangan mempersulit; berilah kabar gembira, dan jangan membuat orang lari (HR Bukhari dan Muslim).

Jadi, berdakwah adalah mengajak orang masuk dalam Islam dengan penuh kenyamanan dan kegembiraan. Jangan berdakwah dengan terus menerus memberikan peringatan dan menakut-nakuti, meskipun salah satu unsur dalam agama adalah memberikan peringatan.

Berdakwah berarti membuat orang merasa bagian dari apa yang disampaikan. Karena itulah, Teknik menghibur dalam berdakwah menjadi sangat penting. Dakwah bukan sekedar mengajarkan ajaran agama, tetapi bagaimana orang menjadi tertarik dengan ajaran agama.

Karena itulah, Saya sepakat dengan Gus Baha yang pernah mengatakan bahwa mendakwahkan Islam itu harus mampu memberikan harapan, hiburan, kenyamanan dan optimisme. Misalnya, beliau menyampaikan ketika agama seperti Kristen selalu yakin dan optimis bahwa ketika meninggal bersama Bapa di Surga. Kalimat ini adalah seperti memberikan rasa keyakinan, optimisme dan hiburan bahwa setiap orang yang meninggal masuk surga.

Sementara juru dakwah Islam, dalam konteks tertentu, terlalu mengumbar ancaman neraka. Seolah semua orang Islam masuk neraka. Tidak ada optimism misalnya seluruh orang Islam yang membaca syahadat atau kalimat tahlil pasti masuk surga. Kalimat pasti masuk surga akan memberikan penghiburan dan berita gembira.

Jadi, simpelnya adalah mengajak orang untuk berbuat baik. Ketika kalian berbuat baik dan tetap teguh dalam Islam, maka kalian akan masuk surga. Kabar gembira ini mesti disampaikan, bukan dengan pesimisme umat Islam belum tentu masuk surga. Apalagi dengan ancaman kalian semua akan dihukum di neraka. Tentu hal ini akan memberikan keraguan untuk memilih jalan lain selain Islam yang jelas menjamin surga.

Teknik menghibur dan memberikan kabar gembira adalah bagian dari cara dakwah. Apalagi dakwah dengan disertai candaan dan humor. Semua adalah bagian dari Teknik bagaimana dakwah disampaikan dengan nyaman, berisi kabar gembira dan dapat menghibur masyarakat dalam aspek batin.

Maka berikanlah hukum dan ajaran dengan mudah. Jangan hanya mengumbar : ini haram, ini haram, ini sesat, ini kafir, ini masuk neraka dan sebagainya. Permudahlah dalam berislam sehingga manusia menjadi tertarik. Jangan membuat urusan manusia menjadi sempit dengan berislam. Justru dengan berislam secara baik, manusia menjadi lebih mudah, lebih berkualitas dan lebih bersahabat.

Farhah Sholihah

Recent Posts

Menganulir Komodifikasi Hadis Glorifikasi Syam

Penggulingan rezim Bashar Assad oleh Hayyat Tahrir as-Syam (HTS) banyak dipersepsi sebagai glorifikasi kota Suriah…

5 jam ago

Menjernihkan Realitas Konflik Politik Suriah

Jatuhnya rezim Bashar al-Ashad di Suriah rasanya terlalu simplifikatif jika dilihat lewat kacamata agama, tetapi…

5 jam ago

Indonesia Negeri Damai, Jangan Terpedaya Negara Ilusi

Di hamparan bumi yang terbentang luas ini, Indonesia adalah satu mozaik keindahan yang sulit ditandingi.…

5 jam ago

Membaca Efek Domino Kemenangan Hayat Tahrir al-Sham di Suriah terhadap Kebangkitan Radikalisme di Indonesia

Kemenangan kelompok oposisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dalam menggulingkan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, telah memunculkan…

1 hari ago

Tidak Ada Alasan Syar’i untuk Jihad dan Hijrah ke Suriah

Konflik di Suriah telah memasuki babak baru dengan runtuhnya rezim Bashar al-Assad. Kemenangan ini diraih…

1 hari ago

Jangan Masuk Jebakan Hijrah Jilid 2 untuk Konflik Suriah: Belajar dari Kasus ISIS

Runtuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah pada 8 Desember 2024 yang lalu menjadi rentetan dari…

1 hari ago