Narasi

Dakwah yang Tidak Sekadar Adsense dan Popularitas

Di tengah realitas yang tidak terbatas (Global Village). Media digital akan selalu membawa masyarakat ke dalam sebuah “kemudahan” yang akan mengantarkan ke dalam siklus kebebasan yang tidak akan terbendung. Kebebasan berekspresi di ruang digital dan cepatnya perputaran arus informasi akan semakin sedikit orang yang berbicara tentang manfaat dan kemudharatan. Kebebasan dan kemudahan ekspresi akan memudahkan seseorang untuk bergerak sesuai keinginan dan kepentingannya masing-masing.

Begitu banyak orang yang terjun di platform media YouTube, tampil sebagai “Juru Dakwah” dengan ceramah yang mencaci, memprovokasi, menghina atau bahkan hanya sekadar sensasi demi panjatkan sosial (popularitas) lalu ribuan dan bahkan jutaan orang yang like, view dan subscribe hingga akan mendapatkan (Adsense) tinggi. Sehingga dengan cara itulah mereka bisa mendapatkan uang dan popularitas. Tanpa memikirkan dampak persinggungan sosial yang akan terjadi. Serta efek kebodohan yang akan diberikan kepada publik. Serta pencemaran terhadap relasi yang akan terbuat, demi sebuah tujuan uang dan popularitas.

Puluhan dan bahkan ratusan orang di media You Tube yang membuat konten semacam dakwah yang hanya sekadar sebuah media untuk  mereka bisa terkenal dan mendapatkan penghasilan dari media tersebut melalui (Adsense). Jika mereka tidak memiliki kemampuan dan kualitas keilmuan yang baik dalam bidang agama. Maka konten yang mereka buat hanya memuat tentang komentar, fitnah serta kebencian. Karena dengan cara itulah dirinya bisa terkenal (panjatkan sosial) serta kepentingan-kepentingan finansial.

Perlunya penataan ulang terkait juru dakwah untuk membangun ruang media yang membawa kecerdasan adalah dengan benar-benar memahami dirinya serta kemampuan dalam bidang yang sudah dimiliki. Jika tidak memahami dengan penuh dalam bidang keagamaan. Maka tidak sepatutnya untuk terjun membuat konten tentang agama yang akan membawa kesesatan dan kerusakan sosial. Karena keterbatasan dirinya secara keilmuan tentang agama tersebut.

Jika kemampuan dirinya dalam bidang kesehatan, maka jadilah pendakwah yang memberikan informasi, tips serta solusi di dalam menyalurkan pengetahuan tentang kesehatan. Niscaya itu akan membawa manfaat yang sangat luar biasa dari pada berbicara atau menyampaikan sesuatu yang tidak dipahami atau pemahamannya terbatas akan membawa kesesatan. Pun juga jika kemampuannya dalam bidang seni, maka saatnya untuk berdakwah tentang kesenian dan pengenalan tentang kebudayaan. Agar masyarakat mampu memahami tentang identitas dan kebudayaan bangsanya yang dimiliki.

Sejatinya, menjadi “Juru Dakwah” di platform media, entah media You Tube, Facebook, Twitter, Instagram dan media-media lainnya. Tentu tidak harus atau bahkan dikhususkan dalam persoalan agama. Saya kira setia orang memiliki skill dan kemampuan dalam keilmuan yang berbeda-beda untuk dijadikan jalan berdakwah dengan sistem (penataan). Artinya berdakwah dan memberikan pesan yang bermanfaat serta memberikan kecerdasan kepada khalayak banyak dengan membuat konten yang berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

Penataan kembali ruang dakwah adalah menempatkan kemampuan, keilmuan serta kreativitas yang dimiliki untuk bisa berdakwah dalam bidangnya masing-masing. Jika kemampuannya dalam bidang hiburan seperti comedy dan acara-acara hiburan lainnya, sehingga membuat orang bisa terhibur dan senang serta bahagia. Maka ini satu jalan bagaimana berdakwah untuk bisa menjadi bermanfaat bagi orang lain degan cara menghibur.            

Karena sesuatu yang bermanfaat dan mencerdaskan tidaklah hanya pada satu ranah. Semua bidang dan keahlian positif yang dimiliki akan mampu membawa manfaat dan kecerdasan bagi bangsa ini untuk ditampilkan. Maka menjadikan media digital sebagai platform di dalam berdakwah yang tidak hanya sekadar kepentingan finansial (adsense) dan (popularitas). Tetapi menyalurkan kemampuan yang beragam, untuk dijadikan media berdakwah dan bisa memberikan manfaat bagi bangsa ini dengan kemampuan dan kreativitas positif yang dimilikinya.

This post was last modified on 8 September 2020 5:30 PM

Saiful Bahri

Recent Posts

Pesantren, Moderasi, dan Sindikat Pembunuhan Jati Diri

Dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, pesantren bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga penjaga moralitas dan peradaban. Dari masa perjuangan…

3 hari ago

Dari Khilafah ke Psywar; Pergeseran Propaganda ISIS yang Harus Diwaspadai

Gelombang propaganda kelompok teror ISIS tampaknya belum benar-benar surut. Meski kekuasaan teritorial mereka di Suriah…

3 hari ago

Framing Jahat Media terhdap Pesantren : Upaya Adu Domba dan Melemahkan Karakter Islam Nusantara

Islam di Indonesia, yang sering kali disebut sebagai Islam Nusantara, memiliki ciri khas yang sangat…

3 hari ago

Belajar dari ISIS-chan dan Peluang Kontra Radikalisasi neo-ISIS melalui Meme

Pada Januari 2015, sebuah respons menarik muncul di dunia maya sebagai tanggapan atas penyanderaan dan…

4 hari ago

Esensi Islam Kaffah: Menghadirkan Islam sebagai Rahmat

Istilah Islam kaffah kerap melintas dalam wacana publik, namun sering direduksi menjadi sekadar proyek simbolik:…

4 hari ago

Kejawen, Kasarira, dan Pudarnya Otentisitas Keberagamaan

Menggah dunungipun iman wonten eneng Dunungipun tauhid wonten ening Ma’rifat wonten eling —Serat Pengracutan, Sultan…

4 hari ago