Narasi

Damai dalam Bingkai Kebhinekaan

Alhamdulillah, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sampai detik ini masih selalu konsisten menjaga persatuan dalam bingkai kebhinekaan Indonesia dan memerangi tindak radikal. Maka, tak mustahil jika kita akan menemukan ujaran kebencian dari kelompok radikalis, bahkan dengan terang-terangan menganggap BNPT sebagai musuh. Mafhum mukhalafah atas kebencian kelompok radikalis ini adalah BNPT telah melakukan tindak nyata dalam memerangi tindak radikalis dan menjaga persatuan bangsa.

Membuka catatan sejarah, kekuatan bumi Nusantara tak lepas dari adanya persatuan dari seluruh penduduk yang beragam. Maka, bukan mustahil jika kata “Bhineka Tunggal Ika” yang akrab diterjemahkan “berbeda beda tetapi tetap satu juga” sudah dikenal sejak masa kerajaan, jauh hari sebelum Republik Indonesia didirikan. Kata-kata ini menjadi semboyan masyarakat Nusantara karena sejak awal sudah mengetahui bahwa keberagaman yang ada akan menjadi kekuatan yang besar manakala disatukan untuk membangun kekuatan baru.

Kebersamaan dalam perbedaan juga terbukti mampu membangun kekuatan juga terbukti manakala rakyat Indonesia memperjuangkan kemerdekaan yang ada. Jamak kita mengenal bahwa di masa perjuangan kemerdekaan, masyarakat Indonesia tidak memiliki peralatan perang yang memadahi. Pun demikian, penjajah yang memiliki berbagai macam senjata perang mampu ditaklukkan. Semua itu tak terlepas dari bangunan persatuan rakyat Indonesia dalam rangka menghadapi musuh bersama.

Persatuan masyarakat dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan bukan berarti persatuan yang seragam. Masyarakat kita adalah masyarakat yang beragam, baik agama, suku, ras, dan lain sebagainya. Kendati demikian, mereka bisa bersatu padu dalam rangka memperjuangkan cita-cita mulia bersama, yakni merebut dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Persatuan dalam perbedaan yang dilakukan masyarakat Nusantara (baca: sebelum Republik Indonesia diproklamirkan) dan para pejuang kemerdekaan merupakan teladan terbaik bagi seluruh masyarakat Indonesia saat ini. Kendati demikian, tidak semua masyarakat kita saat ini mampu mengamalkan teladan baik tersebut. Bahkan, akhir-akhir ini banyak sekali kelompok radikal yang justru mempegunakan perbedaan sebagai alat pemecah belah. Mereka adalah kelompok yang sangat anti perbedaan. Siapapun yang berbeda dengan dirinya dianggap sesat dan harus dibumihanguskan. Parahnya, cara yang mereka lakukan pun dengan kekerasan.

Kelompok radikalis yang anti perbedaan ini pun semakin berani muncul dipermukaan. Mereka dengan terang-terangan berusaha mengubah Ideologi bangsa yang sudah sekian lama digunakan. Dengan “mengambinghitamkan” agama (Islam), mereka dengan tegas mengatakan bahwa ideologi yang ada di Indonesia adalah salah. Mereka seakan tidak tahu (untuk tidak mengatakan “tidak mau tahu”) jika ideologi yang ada di Indonesia merupakan (juga) hasil ijtihad para ulama Nusantara yang tidak diragukan kealimannya.

Bermula dari sinilah, kita sebagai bagian dari Indonesia mesti mendukung upaya BNPT dalam memerangi kelompok radikalis serta menumbuh-suburkan virus-virus perdamaian. Karena, kebhinekaan yang ada di Indonesia akan menjadi modal perdamaian manakala dipupuk dengan rasa saling persatuan, memiliki visi bersama dalam menatap masa depan positif secara kolektif.

Ingatlah, setiap kita, baik secara personal ataupun kelompok, pasti memiliki cita-cita mulia. Dan, cita-cita tersebut belum tentu sejalan dengan cita-cita kolektif bangsa. Bagi seorang yang nasionalis, ia memiliki cita-cita kuat tentang kenegaraan. Bagi seorang yang agamis, ia akan dominan pada cita-cita kebahagiaan di akhirat. Begitu seterusnya. Hal ini adalah benar. Hanya saja, kita sebagai warga negara mesti menyelaraskan cita-cita pribadi dengan cita-cita bersama dalam rangka menggapai perdamaian bersama. Dengan begitu, kedamaian akan kita petik bersama. Wallahu a’lam.

Anton Prasetyo

Pengurus Lajnah Ta'lif Wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama (LTN NU) dan aktif mengajar di Ponpes Nurul Ummah Yogyakarta

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago