Deradikalisasi kembali popular setelah isu terorisme di tanah air marak, dimana hal itu kerap dianggap sebagai efek dari pemahaman yang ekstrim di kalangan umat beragama terhadap teks-teks suci agama. Aksi terorisme yang umumnya dilakukan oleh umat Islam beberapa tahun terakhir juga telah menyeret asumsi kita yang sering mengidentikkan Islam sebagai terorisme, padahal Islam sangat menentang kekerasan dan perusakan di muka bumi.
Ide deradikalisasi sendiri muncul sebagai upaya membendung arus radikalisme, sebagai sebuah gagasan dengan cakupan yang besar, tentu kehadirannya menuai banyak reaksi, ada yang setuju namun ada pula yang menolak.
Suara sumbang terkait deradikalisasi kebanyakan muncul karena kekurang pahaman terhadap konsep yang dimaksud, sehingga deradikalisasi kerap dipahami secara salah sebagai upaya untuk mengikis habis pemikiran dan khazanah Islam yang kini sedang berkembang dan tumbuh subur di tanah air. Bahkan tidak sedikit yang menilai bahwa implementasi deradikalisasi telah menumbuhkan bara permusuhan karena menjadikan kelompok ekstrim sebagai sasaran penangkapan.
Kasalahan dalam memahami deradikalisasi akhirnya berujung pada munculnya wacana untuk menghentikan upaya deradikalisasi ini.
Terdapat beberapa hal yang perlu digaris bawahi terkait dengan deradikalisasi agar untuk mendapat pemahaman yang utuh dan komprehensif terkait deradikalisasi, yakni;
Ketiga hal di atas merupakan latar dari munculnya fenomena radikalisme dalam beragama, akibatnya pemahaman tersebut bukan saja menimbulkan tindak kekerasan terhadap lawannya tetapi juga telah memecah belah umat. Lebih parah lagi karena sikap mereka yang sudah terkontaminasi dengan pemahaman yang eksklusif, menganggap pemahamannya adalah yang paling benar dan menilai orang lain yang tidak sejalan dengan pemikirannya adalah salah.
Fenomena ini, bukan saja berdampak negatif terhadap agama, tetapi juga telah menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat yang terus-terusan diadu domba dengan ajakan-ajakan permusuhan dan penghancuran.
Deradikalisasi karenanya memiliki point yang sangat penting dalam mengembalikan pemahaman yang hakiki tentang sebuah keyakinan. Islam misalnya, sebagai agama yang mengajarkan kebaikan, kedamaian, dan kesejahteran serta kerukunan dan toleransi, sudah barang tentu bahwa pemeluk Islam adalah orang yang melakukan ajaran-ajaran agung itu, bukan sebaliknya.
Dalam konteks itu, deradikalisasi di sini tidak lebih dari upaya menuju pemahaman terhadap teks-teks suci agama yang lebih original, atau dalam istilah lain تأصيل القيم الإسلامية (ta’silu alqiyami al islami) atau upaya untuk memurnikan nilai-nilai asli agama tanpa dengan menonjolkan sisi-sisi kemaslahatan bersama dan menghindari sisi-sisi kemudharatan yang berakibat fatal bagi semua orang. Tujuannya agar agama yang kita yakini mampu memberikan kemaslahatan umum atau menjadi rahmat bagi setiap mahluk Tuhan di muka bumi ini.
Wallahu’a’lam
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…