Peradaban

Enam Tahun Arab Spring

Tahun 2011 merupakan tahun bersejarah di kawasan dunia Arab karena tiba-tiba kawasan ini menjadi sorotan dunia dan menjadi bahan perbincangan di masyarakat internasional. Peristiwa yang berawal dari kisah kecil itu telah mengubah potret dunia Arab dari kunkungan otoriter dan diktator menuju ke arah kekebasan dan demokratisasi.

Tunis, Mesir, Libya, Yaman, Suriah, Irak dan negara-negara monarki  secara tiba-tiba tersentak dengan gerakan massa yang tidak dapat dibendung oleh siapapun bahkan pada akhirnya membuat pemimpim-pemimpin Arab itu harus turun tahta dan menyerahkan kekuasaan secara terpaksa. Hingga saat ini dampak dari people uprising itu masih sangat terasa di Libya, Suriah, Irak, Yaman dan Mesir. Bahkan negara-negara monarki terus mengantisipasi dan menghindari terjadinya peristiwa dimaksud walaupun mereka terkesan aman namun pada dasarnya mereka terus berupaya menghindari munculnya gerakan serupa yang terjadi di negara-negara tetangganya.

Arab Spring yang bermula dari Tunis yang dilatarbelakangi oleh peristiwa pengusiran seorang penjual buah-buahan oleh aparat keamanan karena tidak mematuhi peraturan kota dalam hal pedagang kaki lima sehingga mengakibatkan kemarahan massa karena simpati dan solidaritas terhadap pedagang kaki lima yang telah membakar dirinya akibat keputus asaan atas tindakan aparat keamanan. Kemarahan massa ini bukan saja telah berhasil menggeser penguasa-penguasa diktator akan tetapi juga telah berhasil membuka pikiran masyarakat Arab untuk turut berdemokrasi sebagaimana dengan negara-negara demokrasi lainnya di belahan dunia ini.

Namun, gerakan massa yang begitu murni untuk mendapatkan kebebasan, perlakuan secara adil dan bermartabat dan hak-hak sebagai warga negara telah ditumpangi kelompok-kelompok tertentu yang selama ini tidak mampu mendobrak kekuasaan dan tidak mendapat dukungan dari massa untuk menjadi pemimpin di negara masing-masing. Di Mesir misalnya, gerakan massa yang murni digerakkan oleh anak anak muda yang tidak memiliki kepentingan politik ditunggangi oleh kelompok-kelompok Islam yang selama ini anti pemerintah. Demikian pula di Tunis, Libya, Yaman, Suriah dan Irak semuanya ditunggangi kelompok-kelompok tertentu yang memiliki agenda politik namun tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk menggeser kekuasaan  selama ini.

Pemilu Pertama di Mesir, Tunis, Libya dimenangkan oleh kelompok Islam walaupun kemenangan itu tidak begitu berarti karena kemenangan kelompok Islam tidak jauh berbeda dengan kelompok-kelompok nasionalis yang  ikut bertarung dalam pemilu dimaksud. Kemenangan itu justru semakin memperburuk situasi di kawasan dunia Arab. Mesir, Tunis, Libya kembali kacau dan justru semakin terpuruk baik secara politik maupun ekonomi. Demikian pula di negara-negara lain  seperti Suriah, Irak  justru semakin parah akibat munculnya ISIS yang merupakan kekuatan baru dan menjadi ancaman semua negara.

Harapan rakyat untuk hidup dalam suasana demokrasi, kebebasan semakin jauh dari harapan bahkan harapan itu terkubur akibat munculnya gejolak di mana-mana yang tiada henti. Kelompok-kelompok Islamist terus menjadi ancaman bagi kelompok nasionalist dan demikian pula sebaliknya. Dua kekuatan ini yang muncul sejak awal di kawasan Arab ini merupakan kekuatan historis yang akan terus mewarnai pergolakan politik di kawasan Timur Tengah. Kelompok Islamist didukung oleh mayoritas activist dan para ahli-ahli hukum serta profesinlist sementara kelompok nasionalist didukung oleh militer dan rakyat biasa. Yang menjadi korban adalah rakyat kecil yang harus menjadi pengungsi di mana-mana untuk mencari kehidupan yang lebih baik bukan saja ke kawasan Eropa, Amerika akan tetapi juga ke Australia dan negara-negara maju lainnya.

 

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Share
Published by
Suaib Tahir

Recent Posts

Membumikan Hubbul Wathan di Tengah Ancaman Ideologi Transnasional

Peringatan hari kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus bukan hanya sekadar momen untuk mengenang sejarah perjuangan…

21 jam ago

Tafsir Kemerdekaan; Reimajinasi Keindonesiaan di Tengah Arus Transnasionalisasi Destruktif

Kemerdekaan itu lahir dari imajinasi. Ketika sekumpulan manusia terjajah membayangkan kebebasan, lahirlah gerakan revolusi. Ketika…

21 jam ago

Dari Iman Memancar Nasionalisme : Spirit Hubbul Wathan Minal Iman di Tengah Krisis Kebangsaan

Ada istilah indah yang lahir dari rahim perjuangan bangsa dan pesantren nusantara: hubbul wathan minal iman —…

1 hari ago

Merayakan Kemerdekaan, Menghidupkan Memori, Merajut Dialog

Setiap Agustus, lanskap Indonesia berubah. Merah putih berkibar di setiap sudut, dari gang sempit perkotaan…

2 hari ago

Menghadapi Propaganda Trans-Nasional dalam Mewujudkan Indonesia Bersatu

Sebagai bangsa yang beragam, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan persatuan di tengah globalisasi dan…

2 hari ago

Penjajahan Mental dan Ideologis: Ujian dan Tantangan Kedaulatan dan Persatuan Indonesia

Indonesia, sebagai negara yang merdeka sejak 17 Agustus 1945, telah melalui perjalanan panjang penuh tantangan.…

2 hari ago