Narasi

Euforia Hay’at Tahrir Al Sham; Waspada Kebangkitan Sel Teroris Lokal

Berita mengejutkan datang dari Suriah. Secara mengejutkan pemerintahan Bassar al Assad berhasil dikalahkan oleh milisi pemberontak. Bukan ISIS, melainkan Hay’at Tahrir Al Sham (HTS) yang dahulu bernama Jabal Al Nusra. Konon, HTS ini merupakan organisasi sempalan Al Qaeda. Karakteristiknya sama; mengusung agenda formalisasi syariah di Suriah dan melegalkan cara kekerasan untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan yang sah.

Kejatuhan pemerintah Bassar al Assad oleh HTS ini menimbulkan semacam euforia di kalangan para simpatisan gerakan radikal-ekstrem di Indonesia. Kelompok radikal bahkan mengklaim keberhasilan HTS merebut kekuasaan ini sebagai awal kebangkitan khilafah. Benarkah demikian?

Tentu terlalu dini, bahkan gegabah untuk mengklaim kemenangan HTS sebagai awal kebangkitan khilafah. HTS beda dengan ISIS. Misi HTS hanyalah menegakkan syariah Islam di negara Suriah dan tidak berambisi menegakkan khilafah secara global.

HTS memang memiliki misi yang berbeda dengan ISIS. Bahkan, sejumlah pengamat menilai HTS cenderung lebih moderat ketimbang milisi jihadis lainnya. Namun demikian, patut diingat bahwa HTS tetap dianggap sebagai organisasi teroris oleh mayoritas negara Barat.

Lagipula, sampai saat ini belum jelas siapa yang akan memegang kendali pemerintaha di Suriah. Sebagaimana diketahui, HTS hanyalah satu dari sekian banyak milisi jihadis yang ada di Suriah. Semua memiliki ambisi untuk mendirikan pemerintahan dan menguasai Suriah secara teritorial maupun politik. Bukan tidak mungkin, pasca lengsernya Bassar al Assad, konflik justru terjadi di antara milisi jihadis itu sendiri.

Kebangkitan Sel Teroris Lokal

Prediksi itu tentu bukan tanpa dasar. Kita patut berkaca pada negara di Timur Tengah yang juga dilanda konflik internal akibat perebutan kekuasaan politik yang dibalut isu keagamaan. Pasca pemerintahan yang sah lengser, konflik justru bergeser di antara sejumlah faksi pemberontak itu sendiri. Sampai akhirnya, imaji tentang kebebasan dari otoritarianisme itu justru berubah menjadi imajinasi kekerasan dan peperangan yang seolah tanpa batas.

Satu hal yang patut dikhawatirkan adalah euforia kemenangan HTS di Suriah itu bisa membangkitkan sel-sel teroris lokal untuk melakukan amaliyah. Seperti kita tahu, lebih dari setahun belakangan, kita berhasil mempertahankan kondisi zero attack terrorism. Prestasi ini tercapai karena pengaruh faktor internal dan eksternal.

Dari sisi internal, zero attack terrorism bisa terwujud karena kerja keras aparat keamanan dan stakeholder terkait dalam menutup ruang gerak para teroris. Kita harus akui peran aparat keamanan, terutama Densus 88 dalam memberangus gerakan terorisme. Akibatya, mereka kehilangan ruang gerak untuk bermanuver.

Di saat yang sama, pemerintah juga gencar membubarkan sejumlah organisasi yang menjadi penopang gerakan radikal ekstrem di Tanah Air. Pembubaran dan pelarangan HTI dan FPI tentu menjadi pukulan telak bagi gerakan radikal ekstrem di Indonesia. Meski bukan menjadi motor gerakan teroris, namun FPI dan HTI cukup berkontribusi mensuplai calon-calon teroris.

Sedangkan dari sisi eksternal, kekalahan ISIS ikut menyumbang andil pada kebangkrutan gerakan terorisme di Indonesia. Pasca berhasil dikalahkan, dan pemimpinnya yakni Abu Bakar al Baghdadi tewas terbunuh, para simpatisan ISIS di Indonesia seolah kehilangan figur idola dan mengalami semacam mental breakdown. Simpatisan ISIS di Indonesia seperti kehilangan inspirasi untuk melakukan aksi amaliyah.

Meredam Euforia HTS

Dari sisi internal, kondisi zero attack terrorism kiranya bisa dipertahankan. Kian ke sini, gerakan radikal ekstrem semakin kesulitan bermanuver karena ruang geraknya sangat terbatas. Apalagi, beberapa waktu lalu Jamaah Islamiyyah yang merupakan eksponen penting ekstremisme di Indonesia secara sukarela membubarkan diri. Pembubaran diri JI menjadi babak baru pemberantasan terorisme di Indonesia.

Yang patut dikhawatirkan adalah faktor eksternal, yakni perubahan konstelasi geopolitik global yang memungkinkan kelompok radikal kembali mendapat panggung untuk come-back. Kemenangan HTS di Suriah tentu berkaitan dengan perang Israel-Palestina yang belakangan melibatkan Iran dan Lebanon serta Rusia-Ukraina.

Iran, Lebanon, dan Rusia yang selama ini menjadi penyokong Bassar al Assad yang tengah sibuk dengan urusan internal mereka akhirnya membuat pertahanan Suriah melemah. Kondisi itulah yang dimanfaatkan oleh kelompok milisi jihadis untuk merebut kekuasan.

Faktor eksternal inilah yang patut diwaspadai. Gejolak politik global, dan konstelasi kekuasaan di Suriah yang selama ini menjadi lahan subur bagi organisasi teroris global patut diwaspadai. Semua itu berpotensi membangkitkan kembali sel teroris di Indonesia yang sempat tiarap. Maka, kita perlu mencegah agar euforia kemenangan HTS ini tidak menjadi inspirasi bangkitnya sel teroris di Indonesia.

This post was last modified on 16 Desember 2024 9:22 PM

Nurrochman

Recent Posts

Membaca Efek Domino Kemenangan Hayat Tahrir al-Sham di Suriah terhadap Kebangkitan Radikalisme di Indonesia

Kemenangan kelompok oposisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dalam menggulingkan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, telah memunculkan…

1 jam ago

Tidak Ada Alasan Syar’i untuk Jihad dan Hijrah ke Suriah

Konflik di Suriah telah memasuki babak baru dengan runtuhnya rezim Bashar al-Assad. Kemenangan ini diraih…

2 jam ago

Jangan Masuk Jebakan Hijrah Jilid 2 untuk Konflik Suriah: Belajar dari Kasus ISIS

Runtuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah pada 8 Desember 2024 yang lalu menjadi rentetan dari…

4 jam ago

Kesesatan Narasi Jihad Kebangkitan Khilafah Pasca Kemenangan HTS di Suriah

Presiden Suriah Bashar al-Assad berhasil digulingkan oleh kelompok oposisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Dari situ…

1 hari ago

Mewaspadai Kebangkitan Ideologi Transnasional di Tengah Euforia Kemenangan HTS Atas Rezim Bashar Al-Assad di Suriah

Euforia kemenangan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Atas Rezim Bashar Al-Assad di Suriah telah membuka ruang…

1 hari ago

Moderasi Beragama: Mazhab Beragama yang Paling Relevan dalam Konteks Indonesia

Di tengah gejolak sosial dan politik yang semakin memanas, radikalisasi agama menjadi isu yang tak…

4 hari ago