Narasi

Falsafah Keselarasan dan Pencegahan Radikalisme

Salah satu falsafah hidup para pendahulu kita adalah keselarasan. Keselaran dengan manusia, alam, dan Tuhan. Ketika ketiga komponen ini selaras, maka akan muncul kedamaian dan harmoni. Sebaliknya, jika tidak ada keselarasan, maka akan timbul dis-harmoni dan kekacauan.

Bagi nenek moyang kita dulu, keselarasan itu bukan diciptakan, melainkan dirawat. Sebab, keselarasan itu sudah ada sejak dari sono, maka yang diperlukan adalah sikap dan perbuatan untuk selalu menjaganya.

Falsafah hidup inilah yang tidak ada dalam tindakan radikalisme. Radikalisme selalu mengajarkan kekacauan, teror, ancaman, paling minim adalah aksi intoleransi. Radikalisme selalu menabrak keselarasan.

Dengan membunuh manusia, itu artinya kaum radikal sudah melanggar keselarasan dengan manusia juga Tuhan Sang Pencipta. Dengan meledakkan bom, sang radikalis sudah merusak alam dan mencabik-cabik hubungan harmoni dengan kosmis dan kosmos. Dengan menegasikan liyan, mereka sudah melanggar hukum alam.

Banyaknya tindakan terror tidak lain adalah hilangnya falsafah keselarasan itu di hati anak bangsa. Para pelaku tindakan terorisme sejatinya sudah mendeklarasikan, bahwa orang lain di luar diri/kelompoknya adalah musuh. Musuh yang wajib dimusnahkan. Pola pikir ini tentu sangat berbahaya. Sebab bisa merusak tatanan sosial.

Semua Kawan

Konsekuensi dari prinsip keselarasan, bahwa semuanya adalah kawan. Kawan yang harus disayangi, dihormati, dan dijaga martabatnya. Prinsip semua kawan tentu sangat efektif sebagai modal dalam menangkal radikalisme.

Sekalipun aktor radikalisme muncul dari pelbagai latar belakang: berpendidikan, orang kaya, atau mempunyai pemahaman agama yang mendalam, apabila masih ada rasa semua kawan, maka akan sulit sekali munculnya tindakan radikal-anarkis.

Baca Juga : Islam, Tradisi Nusantara, dan Indoktrinasi Radikalisme

Begitu juga tempat terror, sekalipun beragam, kalau masih ada jiwa bahwa semua adalah kawan, ia tidak tega melakukan tindakan terror, meskipun itu bukan di daerahnya.

Prinsip semua kawan ini sangat terejawantah dalam kehidupan orang para pendahulu kita dulu. Ini bisa dilihat dari sikap mereka yang memperlakukan di luar dirinya, sebagai makhluk hidup, yang sama dengan dirinya.

Pencegahan radikalisme harus dimulai dari falsafah hidup. Falsafah hidup yang anti-terhadap perselisihan, kekacauan, dan tindakan anarkis. Para pendahulu kita sudah mengajarkan, bahwa apapun yang ada di dunia ini harus dirawat, dan diperlakukan bak diri kita masing-masing.

Strategi Pembiasaan

Falsafah keselarasan ini tentu tidak bisa dilakukan jika tidak ada pembiasaan. Pembiasaan yang menekankan pentingnya kerukunan dan ketertiban sosial. Pembiasaan ini bisa dilakukan sejak dini, baik itu di institusi formal, seperti rumah tangga, pengajian, masjid dan tempat bermain, maupun di lembaga formal, seperti sekolah, rumah adat, institusi pemerintahan.

Selain itu, pembiasaan harus dilaksanakan sejak dini; dari diri kita, keluarga, hingga masyarakat setempat. Selama ini, banyak kearifan lokal yang sangat bagus sebab dilupakan dan tidak diajarkan kepada generasi berikutnya, lama-lama tergerus oleh gemerlap zaman.

Sekolah adalah salah satu kunci. Para pendidik harus bisa menularkan semangat kerukunan, keguyuban, dan kedamaian kepada para peserta didik. Hal yang sama juga harus dilakukan pemerintah.

Pemerintah harus memberikan porsi yang banyak terhadap muatan lokal. Muatan lokal yang menghargai sesama. Selama ini, pendidikan kita lebih banyak memberikan porsi terhadap kognitif anak didik.

Pencegahan radikalisme berbasis falasafah hidup keselarasan adalah upaya untuk tetap merawat dan meruwat nilai-nilai ideal dari para leluhur yang sudah berabad-abad lamanya.

Pencegahan dengan mewariskan nilai-nilai ini sangat ampuh untuk menangkal radikalisme sejak dini. Jika para pendahulu kita sudah melaksanakan dan mempraktekkan prinsip keselarasan ini dan mereka berhasil, maka kini saatnya tugas kita semua untuk melanjutkan tradisi adiluhung itu.

Nursaulina

View Comments

Recent Posts

Makna Jumat Agung dan Relevansinya dalam Mengakhiri Penjajahan di Palestina

Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…

22 jam ago

Jumat Agung dan Harapan bagi Dunia yang Terluka

Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…

22 jam ago

Refleksi Jumat Agung : Derita Palestina yang Melahirkan Harapan

Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…

22 jam ago

Belajar dari Kisah Perjanjian Hudaibiyah dalam Menanggapi Seruan Jihad

Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…

2 hari ago

Mengkritisi Fatwa Jihad Tidak Berarti Menormalisasi Penjajahan

Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…

2 hari ago

Menguji Dampak Fatwa Aliansi Militer Negara-Negara Islam dalam Isu Palestina

Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…

2 hari ago