Narasi

Gotong Royong adalah Praktek Toleransi Sejati di Tengah Pandemi

Pandemi yang sudah dirasakan selama satu tahun lebih membuat tatanan kehidupan masyarakat ikut berubah seiring berjalannya waktu. Meski kini bangsa tengah berada di masa sulit, namun kita harus mampu mengedepankan kemanusiaan sebagai landasan dalam realitas sosial khususnya dalam menghadapi pandemi yang semakin lama semakin mengkhawatirkan.

Kini bangsa Indonesia tengah dilanda cobaan yang begitu berat karena semakin masifnya sebaran Covid-19 yang kita tahu hingga saat ini belum memberikan sinyal akan berakhir. Namun, Covid-19 bukan hanya masalah di Negara Indonesia saja, namun hal yang sama juga tumbuh subur dan menjadi permasalahan yang berat di seluruh negara di dunia.

Salah satu upaya Indonesia ialah dengan cara menghimbau kepada semua masyarakat untuk mengurangi kegiatan luar rumah yang dapat menyebabkan banyak terjadi kontak fisik dan menghindari kerumunan yang potensial menjadi sarana penyebaran. Tentu saja hal ini dilakukan untuk menekan angka penularan dan penyebaran virus Covid-19.

Salah satu problem dalam menghadapi bencana ini tidak sekedar persoalan kesehatan, tetapi juga kemanusiaan. Masalah kemanusiaan memang sangat rentan di kalangan masyarakat, bahkan di awal munculnya Covid-19 di Indonesia sempat terjadi permasalahan dengan penolakan jenazah yang menjadi korban meninggal Covid-19.

Dan pemberitaan yang baru-baru ini terdapat sekelompok orang yang mencoba mencari keuntungan dengan cara menimbun tabung oksigen yang kita tahu banyak korban yang sangat membutuhkan tabung tersebut untuk bertahan hidup. Selain itu, akibat penimbunan seperti ini, banyak rumah sakit yang hanya memiliki stok yang sangat terbatas. Belum lagi persoalan kartel kremasi korban covid-19 yang beberapa waktu lalu menjadi cukup hangat. Artinya, dalam persoalan mati pun masih bisa dikapitalisasi untuk kepentingan pribadi.

Gotong Royong : Implementasi Toleransi Tingkat Tinggi

Kita musti sadar, dalam menghadapi pandemi yang tak kunjung usai ini perlu adanya sikap solidaritas dengan cara mengamalkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yakni persatuan melalui cerminan gotong royong di antara seluruh masyarakat Indonesia. Bukan malah mencari keuntungan pribadi yang dapat merugikan banyak orang.

Masyarakat harusnya mampu bergotong royong dalam pandemi seperti saat ini. Gotong royong adalah cerminan toleransi tingkat tinggi.  Pada prakteknya, gotong royong dilaksanakan dengan berbagai kegiatan tanpa memandang ras, suku dan juga agama. Peran serta  dan juga keterlibatan seluruh elemen sangatlah penting seperti ahli kesehatan, pemuka agama, serta seluruh lapisan masyarakat lainnya.

Indonesia memiliki modal yang sangat bagus dengan semangat gotong royong ini. Dengan sikap seperti ini Indonesia akan mampu mengatasi segala bentuk permasalahan kemanusiaan yang timbul akibat Covid-19 serta di masa mendatang. Indonesia akan mampu menjadi pribadi yang memiliki wawasan kebangsaan yang disertai dengan nilai-nilai relijious dan humanis.

Gotong royong mendasarkan pada sikap saling memahami dan tolong menolong serta menanggung beban kesulitan orang lain untuk dipikul bersama-sama. Gotong royong cukup efektif di tengah pandemi yang mengubah tatanan interaksi seolah menjadi tersekat dan individualis.

Masyarakat juga musti mengubah pola pikir inividualis yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan mampu menerima perbedaan serta mampu berbaur untuk bersosialisasi dalam lingkungannya. Praktek gotong royong harus menjadi semangat sekaligus tindakan yang akan mampu mengatasi berbagai persoalan bangsa ini. Dengan gotong royong, masyarakat Indonesia tidak susah untuk mengembangkan sikap toleransi. Mengubah pola pikir dari memenuhi kebutuhan diri sendiri menjadi memenuhi kebutuhan orang lain, dan fokus pada pelaksanaan tanggung jawab bersama adalah bagian tingkat tinggi dari praktek toleransi.

Keganasan arus perubahan yang terjadi sejak adanya pandemi berlangsung begitu cepat dan simultan. Sejauh ini, bangsa Indonesia dinilai mampu melewati berbagai guncangan perubahan karena adanya sikap toleransi. Dan toleransi ini muncul dari kultur bangsa yang bernama gotong royong.

Tidak peduli apapun agamamu, etnismu, sukumu, dan bahasamu yang terpenting adalah visi kemanusiaan untuk membantu sesama dengan dipikul bersama. Itulah cerminan toleransi yang tinggi sebagai bagian dari semangat gotong royong yang telah lama dimiliki bangsa ini.

This post was last modified on 6 Agustus 2021 2:52 PM

Imam Santoso

Recent Posts

Genealogi Agama Cinta; Dari Era Yunani Klasik, Nusantara, Sampai Abad Digital

Agama cinta sebenarnya bukan gagasan baru, melainkan sebuah konsep lama yang terus-menerus diperbarui tafsirannya sesuai…

4 jam ago

Menggugat “Cinta Politis” Kaum Ekstremis dengan Kaca Mata Erich Fromm

Cinta, sebuah kata yang diklaim sebagai fitrah dan puncak aspirasi spiritual, ironisnya justru menjadi salah…

4 jam ago

Agama Lahir dari Cinta, Mengapa Umat Beragama Sering Menebar Luka?

Agama, dalam hakekat terdalamnya, lahir dari cinta. Cinta kepada Yang Maha Kuasa, cinta kepada sesama,…

4 jam ago

Polemik Bendera One Piece; Waspada Desakrasilasi Momen Hari Kemerdekaan

Belakangan ini, dalam beberapa hari media massa dan media sosial kita riuh ihwal polemik pengibaran…

1 hari ago

Mewarisi Agama Cinta dari Kearifan Nusantara

Indonesia, sebagai negeri yang kaya akan keanekaragaman budaya dan agama, memiliki akar-akar tradisi spiritual yang…

1 hari ago

Menghadirkan Agama Cinta di Tengah Krisis Empati Beragama

Rentetan kasus kekerasan atas nama agama menyiratkan satu fakta bahwa relasi antar pemeluk agama di…

1 hari ago