Narasi

Gus Baha’ Dan Nalar Publik yang Ingin Sembuh dari Kesimpulan Instan

Gus Baha’ atau KH. Bahauddin Nursalim menjadi salah satu dai yang populer lewat Youtube. Gaya ceramah beliau yang mendalam dan banyak mengulas hal-hal yang jarang diulas oleh dai-dai lain, menunjukkan fenomena baru umat Islam dalam menerima informasi dari dai-dai yang viral di media sosial. Dimana sebelumnya banyak dari mereka yang menerima serta merta tanpa nalar kritis terhadap pemikiran yang viral dan berlawanan dengan pemahaman umum. Kini bergeser pada kajian yang lebih ilmiah dan menguras nalar sehat.

Era kini banyak dinyatakan sebagai era post truth. Post Truth adalah suatu kondisi dimana hal-hal benar bukanlah faktor yang paling utama untuk menilai kebenaran. Kebenaran yang diyakini tidak bersifat faktual atau rasional. Tapi, berdasarkan keyakinan dan kesesuaian emosional (Wisnuhardana, 2018). Dan keadaan emosional yang umat Islam hadapi adalah munculnya berbagai permasalahan hidup yang ditengarai sebab adanya umat Islam yang mengamalkan ajaran Islam secara tidak tepat.

Gus Baha’ dalam beberapa kesempatan pengajiannya secara tidak langsung menyatakan bahwa kesimpulan yang mengatakan bahwa kini banyak muncul permasalahan hidup, dan itu disebabkan adanya umat Islam yang mengamalkan ajaran Islam secara tidak tepat, itu tidaklah sepenuhnya benar. Menurut Gus Baha’, permasalahan hidup bukanlah sesuatu yang harus segera diselesaikan untuk bisa segera beribadah pada Allah dengan lancar. Permasalahan hidup adalah sesuatu yang perlu dihadapi dengan sikap biasa-biasa saja. Sebab menghadapi permasalahan hidup dengan sikap sabar adalah bentuk ibadah, yang sebanding dengan bermacam-macam ibadah yang dilakukan orang yang tak memiliki permasalahan hidup.

Pernyataan Gus Baha’ tersebut menyadarkan publik umat Islam bahwa permasalahan hidup bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Apalagi sampai menjadikan orang yang diaggap mengamalkan ajaran Islam secara tidak tepat, sebagai biang keladi permasalahan tersebut. Kemudian memunculkan tradisi saling tuduh dan merusak nalar kerukunan. Bukankah dalam al-Qur’an Allah sudah memperingatkan akan memberi ujian pada orang-orang muslim yang taat? Justru orang yang tak memiliki permasalahan hidup lah yang harus khawatir. Jangan-jangan mereka bukan bagian orang muslim yang taat. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 155:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

 

Dalam beberapa pengajiannya, Gus Baha’ juga mengungkapkan ingin banyak mengulas beberapa hal yang sering tidak diketahui atau disadari oleh publik umat Islam. Terutama golongan orang-orang yang tampak terabaikan dalam berbagai diskusi keislaman dalam berbagai pengajian. Yaitu non muslim, orang miskin dan orang bodoh.

Non muslim dibela sebagai fihak di luar Islam yang tidak boleh diintimidasi sebab tak mau memeluk agama Islam. Hal itu disebabkan Islam memiliki cara pandang bahwa non muslim adalah pihak yang masih diharapkan keislaman keturunan-keturunannya. Dan dengan mengintimidasi mereka, justru akan membuat mereka jauh dari agama Islam. Orang miskin dibela sebagai pihak yang tak perlu berkecil hati sebab tak bisa berbuat kebaikan semacam bershadaqah. Bagi Gus Baha’, cara ibadah orang tidak selalu dengan semangat bekerja dan menshadaqahkan harta mereka. Tapi, bisa juga dengan bersabar akan kemiskinan mereka. Orang bodoh dibela sebagai pihak yang bila ingin masuk surga tak sesulit orang alim yang harus mempelajari berbagai ilmu. Orang bodoh cukup dengan mencintai orang alim dan berusaha melaksanakan pengetahuan agama yang mereka berikan.

Munculnya para penggemar Gus Baha’ atau yang biasa disebut muhibbin, menunjukkan arus baru penerimaan publik agama Islam. Mereka sadar bahwa nalar mereka yang tampak  sehat, ternyata belum final dalam mengambil kesimpulan akan pandangan Islam terhadap kenyataan yang mereka hadapi. Mereka mendapati dalam beberapa pernyataan Gus Baha’, ada beberapa hal yang menyentak kesadaran publik.

Beberapa pernyataan Gus Baha’ yang bisa dikatakan menyentak kesadaran publik adalah tentang bahwa setiap orang memiliki porsi ibadah sesuai keadaan mereka. Ibadah tak melulu berupa solat atau shadaqah. Tapi, bisa juga bekerja keras demi memenuhi kebutuhan keluarga, tidak keluar rumah agar diri tidak ikut berbuat maksiyat, dan lain sebagainya. Selainnya, beribadah kepada Allah tidaklah melulu dengan rasa takut kepada Allah. Tapi, dapat dengan gembira sebagai bentuk rasa gembira terhadap luasnya rahmat Allah.

Redaksi

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

6 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

6 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

6 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago