Categories: Keagamaan

Haji, Simbol Perjuangan Kemanusiaan (2)

Menarik sekali untuk diperhatikan, mengapa Tuhan memilih Hajar sebagai simbol. Hajar diindentifikasi dengan sejumlah identitas sosio-kultural-politik. Hajar adalah perempuan, berkulit hitam, budak dan berkasta (kelas) rendah. Seluruh identitasnya adalah rendah dalam pandangan masyarakatnya ketika itu. Akan tetapi ia adalah seorang perempuan yang bertanggung jawab. Ali Syari’ati mengatakan: “Ia seorang ibu yang mencinta, sendirian, mengelana, mencari dan menanggungkan penderitaan dan kekhawatiran, tanpa pembela dan tempat berteduh, terlunta-lunta, terasing dari masyarakatnya, tidak mempunyai kelas, tidak mempunyai ras dan tidak berdaya. Ia seorang yang kesepian, seorang korban seorang asing yang terbuang dan dibenci”.(Ali Syari’ati, Haji, hlm.47)

Melalui Hajar, Tuhan tengah memperlihatkan pembelaan dan perhatian kepadanya, justru manakala masyarakat manusia mencampakkannya hanya karena jenis kelaminnya yang perempuan. Tuhan juga membelanya karena dia dilekati identitas-identias sosial yang juga sering dipandang rendah, kelas dua, tak berharga, oleh masyarakatnya. Tetapi tidak bagi Tuhan. Dia justru menghargainya. Melalui Siti Hajar, Tuhan sedang menunjukkan bahwa manusia adalah sama di hadapan-Nya, dan harus dihormati, apa pun jenis kelamin dan apa pun identitas sosialnya. Allah menyatakan :”Dan Sungguh, Kami (Allah), memuliakan Anak-anak Adam”.

Yang menarik lagi adalah bahwa Siti Hajar, istri nabi Ibrahim, bapak para Nabi itu, sungguh, tidak berjuang hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk seorang anak manusia yang tidak berdaya, seorang bayi, yang kelak menjadi Nabi dan utusan Tuhan dan demi keluarganya.

Maha Suci dan Maha Agung Allah, sangat menakjubkan, karena sampai hari ini air zam-zam terus mengalir deras tanpa pernah kering. Ia adalah air yang bersih dan jernih. Bermiliar orang dari seluruh dunia telah meminumnya. Zam-zam melambangkan sumber kehidupan yang bersih, sehat dan halal. Ini sesungguhnya mengarahkan manusia agar mencari sumber kehidupan yang bersih dan halal. “Tuhan adalah Maha Bersih dan hanya merestui makanan yang bersih (halal)”, kata Nabi.

Wuquf di Arafah. Makna harfiahnya adalah berhenti, berdiam diri sejenak di area tanah yang maha luas dan kering, di Arafah. Konon di situ tempat bertemunya kembali nabi Adam dan Siti Hawa. Dalam ibadah haji, wuquf berarti berada di Arafat untuk berzikir, berdoa dan berkontempelasi. Ini adalah kegiatan yang paling utama. “Al Hajj Arafah”, kata Nabi. Begitu utamanya sehingga para jamaah yang tidak sempat berada di tempat ini, belum dianggap telah melaksanakan haji. Dia harus mengulangi hajinya pada kesempatan yang lain.

Prosesi ini merupakan contoh atau gambaran keberadaan manusia yang dicita-citakan Allah. Di tempat ini semua manusia dari berbagai pelosok dunia dengan berbagai bahasa, suku, warna kulit, tradisi, aliran keagamaan, kebangsaan, jabatan, pangkat dan lain-lain bersatu dan bersama-sama menghadap Allah sebagai Penguasa alam semesta Satu-satunya. Kedudukan mereka di hadapan Allah adalah sama. Orang yang paling dimuliakan dan dihargai Allah adalah orang yang paling taqwa, orang yang paling ikhlas mengesakan Allah dan paling banyak amal baiknya.

Arafah juga merupakan gambaran di dunia bagaimana kelak di hari kiamat semua manusia akan dikumpulkan dan menunggu keputusan Allah akan nasib sesudahnya. Apakah akan dimasukkan ke dalam surga atau ke neraka. Sama seperti di tempat ini, semua manusia di padang Mahshyar kelak, dalam keadaan tanpa membawa apa-apa dan hanya akan membawa iman dan amalnya masing-masing sekaligus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah SWT. Di Mahsyar kelak, tidak ada lagi harta, kekuasaan, kekerabatan, pertemanan dan keluarga yang bisa menolong atau membantunya. Allah berfirman :

يوم ما لا ينفع مال ولا بنون الا من اتى الله بقلب سليم وأزلفت الجنة للمتقين وبرزت الجحيم للغاوين

“Hari di mana harta dan anak-anak tak akan berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Dan di hari itu didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertaqwa, dan diperlihatkan dengan jelas neraka kepada orang-orang yang sesat) [Q.S.al Syu’ara: 88-89].

(Bersambung)

This post was last modified on 10 September 2015 4:01 PM

K.H. Husein Muhammad

Pengasuh Pondok Pesantren Dar al-Tauhid, Cirebon. Beliau adalah ulama yang aktif menulis dan penggiat isu-isu sosial dan hak-hak perempuan, dan pernah menjabat sebagai Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Ia menerima penghargaan Bupati Kabupaten Cirebon sebagai Tokoh Penggerak, Pembina dan Pelaku Pembangunan Pemberdayaan Perempuan (2003), penerima Award (penghargaan) dari Pemerintah AS untuk “Heroes To End Modern-Day Slavery” (2006). Namanya juga tercatat dalam “The 500 Most Influential Muslims” yang diterbitkan oleh The Royal Islamic Strategic Studies Center, tahun 2010, 2011-2012.

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

3 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago