Categories: Keagamaan

Haji, Simbol Perjuangan Kemanusiaan (1)

Ibadah haji seluruhnya adalah simbol perjuangan kemanusiaan. Mari kita memulai saja dari Thawaf. Secara harfiah ia berarti berkeliling atau mengitari sesuatu. Dalam haji ia berarti prosesi mengelilingi, mengitari bangunan kubus (Kabah) sebanyak tujuh kali. Kabah, menurut Alquran adalah rumah paling awal yang dibangun manusia. Ia sengaja dibangun sebagai simbol pusat rotasi kehidupan semesta. Kabah bagai matahari, menjadi pusat tata surya yang dikelilingi oleh planet-planet. Ini sesungguhnya hendak menggambarkan bahwa seluruh alam semesta berputar  dan tak pernah berhenti mengitarinya, sambil menyenandungkan pujian dan me-Maha-Sucikan Allah, Penciptanya. “Yusabbihu Lahu ma fi al Samawati wa al Ardh (bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) [QS Al-Hasyr: 24]”.

Thawaf juga adalah simbol perjuangan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, menyatukan langkah, pikiran dan hati manusia dalam nuansa hati yang sepenuhnya pasrah kepada dan menuju ke satu titik dari mana mereka berasal dan ke mana pula mereka akan kembali. Titik itu tidak lain adalah Allah. Dia adalah pusat eksistensi, kepada siapa seluruh alam semesta, termasuk manusia harus mengabdi dan menghambakan diri, karena Dialah penciptanya. Perjuangan hidup manusia seharusnya memang diarahkan dalam kerangka ini dan bukan ke arah dan dalam kerangka yang lain. Siapa yang mencari cara hidup selain menundukkan dan memasrahkan diri kepada Tuhan, maka tidak akan diterima, dan dia akan sengsara di hari kemudian.

Sa’i secara literal berarti berusaha dan bekerja keras. Dalam ibadah Haji ia berarti prosesi berjalan kaki dan kadang-kadang berlari kecil, dari bukit Shafa ke bukit Marwah. Ini adalah simbol perjuangan manusia untuk mempertahankan eksistensi (hidup) yang tak pernah berhenti. Ya, perjuangan bertahan hidup. Tujuh seringkali adalah angka kiasan untuk arti banyak dan tak terbatasi. Simbol ini pada mulanya ditampilkan melalui kisah seorang perempuan bernama Siti Hajar. Ia mencari air di lembah yang tandus untuk Ismail, seorang bayi yang baru saja dilahirkannya. Bayi ini anak hasil perkawinannya dengan Nabi Ibrahim. Kelahirannya sudah lama diidamkan ayahnya. Sayang begitu lahir, atas perintah Allah, Ibrahim harus meninggalkan sang anak dan ibunya. Ibrahim ke Palestina. Di tanah yang tandus, kering kerontang, tanpa tumbuhan itu, kedua anak manusia yang lemah itu harus berjuang untuk hidup. Sesuatu yang dicari sang ibu adalah air, karena air adalah sumber utama kehidupan, sekaligus kesuburan bagi manusia dan alam. Allah mengatakan:“Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu [QS.Al Anbiya: 30]”. Tuhan lalu menganugerahinya air Zam-zam. Ada bilang “Tham-Tham” (Tha’am = makanan).

(Bersambung)

This post was last modified on 10 September 2015 3:58 PM

K.H. Husein Muhammad

Pengasuh Pondok Pesantren Dar al-Tauhid, Cirebon. Beliau adalah ulama yang aktif menulis dan penggiat isu-isu sosial dan hak-hak perempuan, dan pernah menjabat sebagai Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Ia menerima penghargaan Bupati Kabupaten Cirebon sebagai Tokoh Penggerak, Pembina dan Pelaku Pembangunan Pemberdayaan Perempuan (2003), penerima Award (penghargaan) dari Pemerintah AS untuk “Heroes To End Modern-Day Slavery” (2006). Namanya juga tercatat dalam “The 500 Most Influential Muslims” yang diterbitkan oleh The Royal Islamic Strategic Studies Center, tahun 2010, 2011-2012.

Recent Posts

Agama dan Kehidupan

“Allah,” ucap seorang anak di sela-sela keasyikannya berlari dan berbicara sebagai sebentuk aktifitas kemanusiaan yang…

2 hari ago

Mengenalkan Kesalehan Digital bagi Anak: Ikhtiar Baru dalam Beragama

Di era digital, anak-anak tumbuh di tengah derasnya arus informasi, media sosial, dan interaksi virtual…

2 hari ago

Membangun Generasi yang Damai Sejak Dini

Di tengah perkembangan zaman yang serba digital, kita tidak bisa lagi menutup mata terhadap ancaman…

2 hari ago

Rekonstruksi Budaya Digital: Mengapa Budaya Ramah Tidak Bisa Membentuk Keadaban Digital?

Perkembangan digital telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, terutama pada masa remaja. Fase ini kerap…

3 hari ago

Estafet Moderasi Beragama; Dilema Mendidik Generasi Alpha di Tengah Disrupsi dan Turbulensi Global

Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka tidak hidup di zamanmu. Kutipan masyhur dari Sayyidina…

3 hari ago

Digitalisasi Moderasi Beragama: Instrumen Melindungi Anak dari Kebencian

Di era digital yang terus berkembang, anak-anak semakin terpapar pada berbagai informasi, termasuk yang bersifat…

3 hari ago