Narasi

Harmoni Agama dan Bangsa dalam Dakwah Habib Luthfi bin Yahya

“Jika Anda kehilangan emas, bisa dibeli di toko emas.
 Jika Anda kehilangan kekasih, tahun depan Anda bisa mendapatkannya kembali.
Tapi jika Anda kehilangan Tanah Air, kemana hendak Anda mencari?”

(Habib Luthfi bin Yahya)

Habib Luthfi bin Yahya, adalah seorang Sayyid, mursyid, habib, ulama, sekaligus tokoh bangsa yang tak diragukan lagi keilmuannya. Baik dalam hal agama maupun tentang kebangsaan. Beliau adalah Rais ‘Aam Idarah Aliyah Jam’iyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (Jatman). Dalam dakwah-dakwahnya, beliau sering memberikan pesan-pesan keindonesiaan yang sangat penting untuk sama-sama kita renungkan.

Kutipan tersebut di atas menunjukkan betapa besar cinta beliau kepada Tanah Air Indonesia. Beliau menyadari bahwa Tanah Air begitu berharga, tak bisa dibandingkan dengan emas atau kekasih yang jika hilang bisa dibeli dan dicari lagi. Tanah Air Indonesia adalah nikmat dan anugerah tak tergantikan yang harus selalu disyukuri. Maka, Indonesia adalah tempat kita lahir dan dibesarkan, sehingga harus terus dijaga keutuhan dan kedaulatannya.

Belum lama ini, Habib Luthfi bin Yahya menerima gelar doktor kehormatan (doctorhonoriscausa) dari UNNES. Gelar tersebut menjadi bentuk penghormatan, memuliakan ilmu, dan bangga kepada guru, ulama, sekaligus tokoh bangsa yang telah berkontribusi terhadap bangsa dan negara melalui seni berdakwah yang menyejukkan dan mendamaikan. Habib Luthfi bin Yahya dinilai memiliki gaya berdakwah yang natural dan elegan dan bisa mengemas tiga pilar pemberdayaan umat: agama, kebangsaan, dan pertumbuhan ekonomi (Republika.co.id, 9/11/2020). 

Komitmen Habib Luthfi bin Yahya terhadap nasionalisme dan persatuan tak diragukan lagi. Ketika bangsa ini baru saja menggelar pilpres dan situasi politik sedang memanas dan masyarakat rawan dipecah belah, beliau adalah salah satu tokoh yang tampil menyuarakan komitmen tentang persatuan, kesatuan, dan perdamaian bangsa. Di berbagai pengajian dan forum-forum keagamaan, beliau sering mengingatkan masyarakat untuk selalu menjaga persaudaraan , semangat persatuan, demi keutuhan NKRI. Di berbagai acara atau momentum keagamaan yang beliau pimpin sering dihiasi dan diiringi orasi-orasi kebangsaan.

Mengikuti dan menyimak ceramah atau dakwah-dakwah Habib Luthfi bin Yahya adalah menyimak dan mengalami indahnya beragama sekaligus optimisme dalam berbangsa. Kita dibuat bangga sekaligus tawadu’, optimis sekaligus bersyukur sebagai bangsa Indonesia. Kita disadarkan agar bangga sebagai bangsa besar yang punya sejarah perjuangan, punya kekayaan alam sekaligus keanekaragaman budaya. Oleh karena itu, kita harus optimis menatap masa depan bangsa ke depan.

Namun, di saat bersamaan kita juga harus selalu menjaga komitmen akan persatuan dan kesatuan, agar tidak gampang dipecah belah oleh kepentingan atau egoisme kita sendiri. Kita harus selalu mengingat komitmen para pendiri bangsa yang telah mengesampingkan ego kelompok masing-masing untuk bersatu mendirikan sebuah bangsa yang menerima perbedaan. Oleh karena itu, untuk meneruskan perjuangan para pendahulu, kita harus selalu menjaga keutuhan bangsa ini dan membawa bangsa ini menuju kemajuan, keadilan, dan kesejahteraan.

Pesan-pesan seperti itulah yang sering kita dapatkan dari sosok Habib Luthfi bin Yahya. Semua pesan-pesan tersebut disampaikan dengan didasari spirit religius, sehingga menjadi harmoni dakwah keagamaan dan kebangsan yang mengalun indah di telinga kita sebagai bangsa Indonesia. Spirit beragama disalurkan untuk membangun kerukunan dan mengatasi berbagai persoalan bangsa. Bukan dijadikan alat untuk menumbuhkan kebencian pada sesama.         

Jelas, sosok seperti Habib Luthfi bin Yahya adalah salah satu contoh ulama yang sangat dibutuhkan bangsa ini. Sosok ulama pendakwah yang komplet dalam keilmuan agama maupun kesadaran kebangsaan. Sosok ulama yang bisa menjadi penyejuk di tengah panasnya pertikaian dan pengingat persatuan di tengah perselisihan. Sosok ulama yang memberikan solusi bagi berbagai macam persoalan di masyarakat, tanpa harus menyebarkan provokasi, kebencian, dan kecurigaan kepada pihak atau kelompok mana pun.

Di tengah kemunculan sosok-sosok berpenampilan ulama namun bersikap provokatif akhir-akhir ini, Habib Luthfi bin Yahya memberikan keteladanan penting yang menyadarkan kita kembali tentang pentingnya dakwah keagamaan yang santun, bersahabat, dan damai. Sebab hal inilah yang lebih kita butuhkan sebagai bangsa Indonesia yang masyarakatnya beragam ini. Yakni dakwah yang bisa membangun sikap beragama yang damai, toleran, dan ramah di tengah masyarakat. Bukan dakwah agama yang menyebarkan kegelisahan, kebencian, dan permusuhan. Wallahu a’lam     

This post was last modified on 26 November 2020 7:13 PM

Al Mahfud

Lulusan Tarbiyah Pendidikan Islam STAIN Kudus. Aktif menulis artikel, esai, dan ulasan berbagai genre buku di media massa, baik lokal maupun nasional. Bermukim di Pati Jawa Tengah.

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

9 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

9 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

9 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

9 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago