Narasi

Hoax Free Day: Menumpas Hoax dengan Gerakan Connect

Transformasi logika dalam network society dewasa ini tidak luput dari pengamatan Hermawan Kartatajaya, seorang ahli marketing Indonesia. Dia menunjukkan munculnya fenomena connect sebagai kebiasaan baru yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. Pepatah “makan tidak makan yang penting kumpul” telah berevolusi menjadi “makan tidak makan yang penting connect”. Media sosial kiranya menjadi perantara utama pesatnya fenomena connect tersebut. Media sosial memungkinkan interaksi sosial yang lebih cepat dan lebih baik bagi para pengguna, dari kaum profesional, anak muda penggiat internet, atau sekedar orang biasa yang ingin berbagi ide dan keprihatinan kepada kelompoknya.

Bisa dikatakan sekarang ini semakin banyak orang menjadi penggiat media sosial. Pada diri mereka seolah muncul kebutuhan untuk tetap terhubung dan ingin selalu diketahui keberadaannya, baik oleh orang yang dikenal ataupun oleh publik. Singkatnya, untuk merasa eksis, seolah ada kewajiban untuk selalu connect Transformasi tersebut kemudian menjadi bagian dari perubahan yang disebut new wave culture atau gelombang budaya baru.

Dari asumsi tersebut sudah seharusnya jejaring sosial media menjadi alternatif yang sangat cepat dan akurat untuk menjegal penyebaran berita hoax di dunia maya. Hal ini dikarenakan aktivitas connect ini sudah menjadi kebiasaan bagi setiap masyarakat. Dan sudah seharusnya dijadikan sebuah gerakan untuk mengimbangi penyebaran hoax yang berakibat pada kemajuan bangsa.

Dari situ bisa dipahami, bahwa, penggunaan media sosial memperlihatkan seberapa besar potensi pengaruh teknologi informasi terhadap masyarakat. Dewasa ini, media sosial sudah digunakan untuk melakukan perang opini dengan tujuan mempengaruhi persepsi masyarakat demi kepentingan tertentu. Di Indonesia, akhir-akhir ini masyarakat digegerkan dengan beredarnya informasi palsu atau hoax secara luas dan meresahkan. Pengaruh hoax beredar tersebut dipandang dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara, sampai-sampai pemerintah merasa harus turun tangan  untuk mengatur peredaran hoax di masyarakat. Belum lagi peredaran konten-konten kekerasan dan pornografi yang sangat mudah diakses seluruh lapisan masyarakat. Kemudahan akses terhadap konten-konten tersebut pasti membawa efek-efek logis pertimbangan moralitas dan perlu terus dipikirkan cara pengelolaannya untuk mereduksi pengaruh negatif terhadap masyarakat.

Baca juga : Skeptis: Kontra Narasi Wabah Hoax di Media Sosial

Pengaruh teknologi informasi dalam masyarakat dapat dilihat seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, teknologi informasi dapat digunakan sebagai sarana manipulasi terhadap orang lain dan penyebaran konten-konten yang menantang pertimbangan moralitas dan kemanusiaan. Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi juga dapat dimanfaatkan untuk menjadikan kinerja manusia lebih efisien dan menjadikan informasi dapat diakses lebih cepat oleh lebih banyak orang.

Di satu sisi kita juga perlu sadar bahwa interaksi di dunia maya/digital bersifat bebas dan demokratis. Pengajaran yang satu arah tidak akan laku. Orang bisa mengutarakan pendapatnya dengan bebas. Banyak orang muda yang tidak pernah bersentuhan langsung dengan tradisi pengalaman iman secara fisik/perjumpaan tatap muka sudah biasa menjalani hidup sehari-harinya secara always on line. Umat/audiens masa kini membutuhkan data yang kuat sebagai acuan bagi hidup mereka. Mereka tidak mau digurui, tetapi minta data yang meyakinkan. Dengan kata lain, mereka menuntut demokratiasasi.

Dari sinilah seharusnya, aktivitas connect itu dijadikan salah satu jalan pintas untuk menguatkan solidaritas dalam bersosial media. Dari sini generasi millennial diajak untuk memahami positif dan negatif dari sebuah dunia maya. Dengan memanfaatkan sistem connect ini, seorang akan memahami betapa pentingnya menjaga Indonesia dari Hoax dan beberapa kejahatan yang sering kali terjadi di sosial media. Agar kebebasan dalam dunia maya tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang bertanggung jawab.

Bersatu Perangi Hoax

Bangsa ini besar dan sudah sepatutnya kita menjaganya bersama. Jangan pernah mau dipisahkan oleh segelintir orang, yang sebenarnya hanya ingin mengambil keuntungan dari perpecahan ini. Kita berdiri dalam asas perbedaan, dan sudah seharusnya perbedaan ini dijadikan alas untuk memerangi kejahatan tersebut. Dan bersatu dalam sosial media menjadi solusi utama untuk meruntuhkan kedigdayaan penyebar hoax yang merugikan bangsa ini.

Menjadi millennial cerdas menjadi keharusan bagi setiap orang. Selain mengikuti kemajuan zaman, kita juga harus menjadi pribadi yang kritis. Menjadi manusia yang pandai memilih dan memilah mana yang layak di konsumsi di publik dan mana yang harus dihilangkan dalam publik. Dan ketika kita sudah menemukan sesuatu yang layak di publikasikan maka sebarkan, agar masyarakat tercerahkan dan tidak terpengaruh oleh pemahaman yang melunturkan kegagahan bangsa. di sisi lain, kita juga harus siap untuk menghapus pemahaman yang bersifat negatif, seperti hoax, ujaran kebencian, dan kejahatan lainnya.

Inilah yang seharusnya dijadikan rujukan. Bahwa kerukunan di Indonesia juga harus di jaga melalui sosial media. Melalui sistem connect tersebut kita bisa membangun komunikasi yang membangun dan siap untuk membangun bangsa di era digital.

Suroso

View Comments

Recent Posts

Pentingnya Etika dan Karakter dalam Membentuk Manusia Terdidik

Pendidikan memang diakui sebagai senjata ampuh untuk merubah dunia. Namun, keberhasilan perubahan dunia tidak hanya…

5 jam ago

Refleksi Ayat Pendidikan dalam Menghapus Dosa Besar di Lingkungan Sekolah

Al-Qur’an adalah akar dari segala pendidikan bagi umat manusia. Sebab, Al-Qur’an tak sekadar mendidik manusia…

5 jam ago

Intoleransi dan Polemik Normalisasi Label Kafir Lewat Mapel Agama di Sekolah

Kalau kita amati, berkembangbiaknya intoleransi di sekolah sejatinya tak lepas dari pola normalisasikafir…

5 jam ago

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

1 hari ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

1 hari ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

1 hari ago