Narasi

HUT 14 BNPT : Refleksi Agenda Penanggulangan Terorisme di Masa Depan

Tanggal 16 Juli 2024, BNPT merayakan ulang tahunnya yang ke-14 dengan tema “Gelorakan Anti Kekerasan, Indonesia Damai Menuju Indonesia Emas”. Di usia yang tentu masih belia tersebut, tema ini tidak hanya mencerminkan komitmen untuk menghadapi tantangan radikalisme dan terorisme saat ini, tetapi juga membangun fondasi kuat bagi generasi yang akan membawa Indonesia ke masa depan yang lebih baik.

Sejak berdirinya, BNPT telah menjadi pilar utama dalam menjaga keamanan nasional. Di tengah perubahan dinamis dalam teknologi dan geopolitik, peran BNPT semakin mendesak untuk mengatasi ancaman baru, seperti radikalisme digital dan ekstremisme online. Penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) sebagai alat untuk menganalisis dan merespons konten radikal secara cepat dan efektif menjadi krusial dalam era digital ini.

Pentingnya sinergi antara pemerintah, akademisi, industri, masyarakat sipil, dan media (pentahelix) juga menjadi faktor penting dalam menanggapi tantangan keamanan yang kompleks. Kolaborasi lintas-sektor ini tidak hanya meningkatkan koordinasi dalam penanggulangan terorisme, tetapi juga memperkuat pendekatan yang holistik dalam mencegah dan mengatasi radikalisme dari akar permasalahannya.

3 Pendekatakan Anti-kekerasan pada Gen Z dan Gen Alpha

Generasi Z dan Alpha, yang tumbuh dalam era digital, dihadapkan pada tantangan unik dalam memahami dan menanggapi informasi yang mereka terima. Mereka adalah generasi yang akan membentuk wajah Indonesia pada tahun 2045, dan mempersiapkan mereka dengan pemahaman yang benar tentang kekerasan dan radikalisme sangat penting.

Pendekatan menggunakan platform online mutakhir untuk menyampaikan ajaran kasih dan toleransi, didukung oleh kecerdasan buatan untuk mendeteksi dan mengurangi konten radikal, menjadi langkah proaktif dalam mendidik generasi muda tentang nilai-nilai keamanan dan perdamaian.

Pendekatan pertama dalam strategi ini adalah melalui edukasi berbasis teknologi yang menggabungkan elemen-elemen interaktif dan partisipatif. Program edukasi yang dirancang untuk Gen Z dan Gen Alpha harus memanfaatkan aplikasi dan platform digital yang mereka gunakan sehari-hari. Misalnya, penggunaan video pendek dan konten visual menarik di media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube untuk menyampaikan pesan-pesan anti-kekerasan dan toleransi.

Konten-konten ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak hanya informatif tetapi juga mampu menarik perhatian dan membangkitkan rasa ingin tahu mereka. Dengan cara ini, pesan-pesan penting dapat disampaikan dengan cara yang sesuai dengan gaya hidup dan preferensi media generasi ini.

Kedua, integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam platform pendidikan dan media sosial memainkan peran krusial dalam strategi ini. AI dapat digunakan untuk memonitor aktivitas online dan mendeteksi konten-konten yang berpotensi mengandung unsur radikalisme atau kekerasan.

Algoritma AI dapat membantu dalam mengidentifikasi pola perilaku yang mencurigakan dan memberikan peringatan dini kepada pihak berwenang atau platform yang bersangkutan. Selain itu, AI juga dapat digunakan untuk mempersonalisasi pengalaman belajar, memberikan rekomendasi konten yang relevan, dan membantu pengguna memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Dengan adanya sistem yang proaktif ini, risiko paparan terhadap ideologi radikal dapat diminimalkan, dan generasi muda dapat diarahkan untuk lebih kritis dalam menilai informasi yang mereka terima.

Terakhir, pendekatan pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, industri, masyarakat sipil, dan media harus dioptimalkan untuk menyemai komitmen anti-kekerasan pada Gen Z dan Gen Alpha. Kolaborasi ini memungkinkan terciptanya program-program yang komprehensif dan terintegrasi. Pemerintah dapat menyediakan kerangka kebijakan yang mendukung, sementara akademisi dapat melakukan penelitian yang relevan untuk mengembangkan metode edukasi yang efektif. Industri, terutama sektor teknologi, dapat menyediakan platform dan teknologi yang diperlukan, sedangkan masyarakat sipil dan media dapat berperan dalam menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran publik.

Dengan merangkul teknologi dan kolaborasi lintas-sektor, serta membangun pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai keamanan dan perdamaian, Indonesia dapat memimpin dalam upaya global untuk mengatasi tantangan radikalisme dan terorisme. Di usia Emas nantinya, Indonesia tidak hanya akan menjadi negara yang makmur secara ekonomi, tetapi juga sebagai model dalam menciptakan masyarakat yang aman, inklusif, dan berkeadilan bagi semua warganya.

Dengan demikian, peringatan HUT ke-14 BNPT bukan hanya sebagai momen untuk merayakan pencapaian, tetapi juga sebagai panggilan untuk terus bersatu dan bekerja sama dalam menjaga keamanan dan kedamaian Indonesia untuk masa depan yang lebih baik.

Rufi Taurisia

Recent Posts

Bahaya Pemahaman Tekstual Al Wala’ wal Bara’ Untuk Perdamaian Antar Agama

Secara etimologi, al Wala' berarti kesetiaan. Sedangkan al Bara' artinya terlepas atau bebas. Istilah ini…

2 hari ago

Cinta dan Kasih Mempertemukan Semua Ajaran Agama

Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, kasih sayang dan persaudaraan antar umat beragama menjadi salah satu…

2 hari ago

Lebih dari Sekadar Salaman dan Cium Tangan, Telaah Gestur Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal

Momen simbolis penuh hangat antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar bukan…

2 hari ago

Membaca al Wala’ wal Bara’ dalam Konteks Ke Indonesiaan

Yang harus ditegaskan adalah, apakah al wala' wal bara' kontradiktif dengan ajaran Islam? Tidak. Selama…

3 hari ago

Regenerasi Kepala BNPT dan Agenda Penanggulangan Terorisme di Era AI

Rabu, 11 September 2024, Presiden Joko Widodo secara resmi melantik Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol)…

3 hari ago

Risalah Rasulullah kepada Kristen Najran; Dokumen Perdamaian Berharga Islam-Kristen di Abad ke-7 M

Ada semacam paradoks di tengah kultur sosial keagamaan kita, yaitu munculnya kelompok-kelompok yang mengaku mengikuti…

3 hari ago