Narasi

Idul Adha dan Spirit Toleransi Antaragama

Idul adha merupakan momen yang paling dinanti-nantikan oleh semua kalangan masyarakat, terlebih umat Islam. Perayaan Idul Adha selalu menciptakan momentum menarik di setiap tahunnya. Selain merupakan hari raya bagi umat Islam, Idul Adha menjadi hari kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat nonmuslim dikarenakan pada hari tersebut merupakan hari libur nasional. Libur Hari Raya Idul Adha kali ini telah ditetapkan oleh pemerintah selama 3 hari dimulai dari tanggal 28-30 Juni 2023.

Hari libur Idul Adha pada 2023 ini dimulai tiga hari dari Rabu sampai Jumat dan disusul hari libur Sabtu dan Minggu. Panjangnya hari libur Idul Adha kali ini membuat masyarakat Indonesia cukup bahagia. Selain untuk menunaikan ibadah hari raya, masyarakat juga punya waktu berlibur yang notabene akan meningkatkan pariwisata tanah air dan perekonomian masyarakat. Lebih dari itu, transportasi umum seperti bus dan travel juga akan banyak digunakan oleh masyarakat.

Perbedaan Dalam Kerukunan

Perbedan penetapan Hari Raya Idul Adha di Indonesia sudah menjadi hal yang lumrah di antara ormas keagamaan dan pemerintah. Dalam hal ini biasanya Muhammadiyah acapkali mempunyai pandangan berbeda dengan pemerintah dalam menetapkan Hari Raya Idul Adha. Muhammadiyah merupakan salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, menetapkan Hari Raya Idul Adha 2023 jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023. Sedangkan pemerintah menetapkan Hari Raya Idul Adha pada Kamis, 29 Juni 2023. Ketetapan pemerintah tersebut berdasarakan hasil pantauan dan keputusan sidang Isbat yang digelar oleh Kementerian Agama pada Minggu (18/6) kemarin.

Perbedaan di atas merupakan hal yang wajar di kalangan masyarakat tanpa sikap  arogansi bagi pengikutnya masing-masing. Menyikapi perbedaan merupakan hal yang lumrah bagi masyarakat Indonesia toh meskipun terdapat beberapa oknum yang selalu berusaha melakukan provokasi untuk memecah persatuan Indonesia. Indonesia merupakan negara yang beragam dari Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). Merdeka atas persatuan tanpa mempermasalahkan suatu perbedaan.

Masyarakat saat ini sudah tidak lagi mudah terpengaruh oleh provokasi negatif. Kita harus hidup rukun, menjaga kedamaian untuk menciptakan integrasi sosial. Kerukunan umat beragama dan harmonisasi merupakan syarat utama untuk mewujudkan masyarakat yang beradab dan bermartabat. Kerukunan merupakan proses sosial yang dilakukan untuk menciptakan kehidupan bersama atas dasar perbedaan, baik dari segi agama, pendidikan, politik, dan budaya. Maka demikian, konsep hidup rukun sangatlah diperlukan dalam masyarakat yang majemuk.

Pentingnya Toleransi

Perayaan Hari Raya Idul Adha selalu mampu menciptakan hal menarik dalam setiap tahunnya. Idul Adha bukan hanya sebatas hari kurban; persembahan dan pengorbanan untuk tuhan, lebih dari itu, Idul Adha sebagai momentum untuk menguatkan toleransi antaragama. Tidak sedikit di berbagai daerah, masyarakat nonmuslim membantu umat Islam melakukan pemotongan hingga ikut membagikan daging kurban kepada masyarakat. Sikap toleransi inilah yang akan memperkokoh persatuan dan kesatuan Indonesia. Tak bisa dipungkiri bahwa spirit toleransi akan membangun rasa nasionalisme.

Toleransi secara tersirat dijelaskan dalam Pasal 28J ayat (1) UUD 1945 yang menerangkan bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selaras dengan hal tersebut, Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengajak masyarakat untuk bertoleransi dalam menghadapi perayaan Hari Raya Idul Adha. Sikap toleransi tetap harus dibangun dalam memahami adanya perbedaan (Detiknews, 19/06/2023).

Oleh karena demikian, sebagai masyarakat harus tetap menjaga kerukunan dalam merayakan Hari Raya Idul Adha. Mempermasalahkan perbedaaan dalam beragama merupakan perspektif klasik destruktif yang tak akan ada habisnya. Sedangkan saling memahami dan saling mengerti dalam perbedaan merupakan bentuk toleransi yang akan membangun rasa nasionalisme. Toleransi dan nasionalisme merupakan syarat utama terwujudnya negara yang berdaulat dan bermartabat.

This post was last modified on 27 Juni 2023 11:21 AM

Taufiqullah Hasbul

Recent Posts

Pesta Rakyat dan Tafsir Lokalitas dalam Menjaga Imajinasi Kolektif Satu Bangsa

Setiap bulan Agustus, bangsa Indonesia seolah menemukan denyut kebersamaannya kembali. Dari istana hingga gang sempit…

1 hari ago

Sangkan-Paran, Ingsun, dan Kedaulatan

Tentang arti dari sebuah kedaulatan, barangkali Sri Sultan Hamengku Buwana I adalah salah satu sosok…

1 hari ago

Ekspresi Pengorbanan dan Cinta Tanah Air dalam Perayaan Kemerdekaan

Pesta rakyat merupakan sebuah ekspresi komunal yang tak hanya menandai perayaan, tetapi juga mencerminkan wujud…

1 hari ago

Euforia Kemerdekaan Rakyat Indonesia Sebagai Resistensi dan Resiliensi Rasa Nasionalisme

Kemerdekaan Indonesia setiap tahun selalu disambut dengan gegap gempita. Berbagai pesta rakyat, lomba tradisional, hingga…

2 hari ago

Pesta Rakyat dan Indonesia Emas 2045 dalam Lensa “Agama Bermaslahat”

Setiap Agustus tiba, kita merayakan Pesta Rakyat. Sebuah ritual tahunan yang ajaibnya mampu membuat kita…

2 hari ago

Bahaya Deepfake dan Ancaman Radikalisme Digital : Belajar dari Kasus Sri Mulyani

Beberapa hari lalu, publik dikejutkan dengan beredarnya video Menteri Keuangan Sri Mulyani yang seolah-olah menyebut…

2 hari ago