Narasi

Islam Mengajarkan Kita Saling Menghormati Sesama Melampaui Perbedaan Agama

Seperti sudah menjadi ritual tahunan, perayaaan Hari Raya Natal selalu menuai keributan. Demikian juga dengan Natal tahun ini, juga menuai keributan. Jika tidak karena adanya teror dari kelompok radikal, mestilah karena adanya kecaman dari segelintir orang Islam yang mengobok-obok umat Muslim lainnya dengan menyebarkan narasi kafir dan syirik bagi umat Muslim yang mengucapkan selamat natal kepada umat Kristiani. Hal itu terjadi secara terus menerus setiap tahunnya. Narasi-narasi provokatif terus saja di produksi.

Secara tidak langsung, dengan begitu bisa dikatakan umat Muslim kini tak lebih dari sekadar pengacau di tengah kebahagiaan umat Kristiani dalam merayakan hari natal. Mengatakan bahwa umat Muslim sebagai umat pengacau memang terlalu tendensius, akan tetapi begitulah fakta dan kenyataannya. Kita selalu menciptakan keributan dan kekacauan di tengah kebahagiaan umat Kristiani dalam merayakan Natal.  

Padahal, jika kita telusuri, rasanya tak pernah umat Kristiani mengacau hari-hari raya yang dirayakan umat Muslim. Malahan, justru mereka ikut bereuforia dan berbahagia merayakan hari-hari keagamaan umat Muslim. Tak satu pun di antara mereka yang menebar aksi teror dan menyebarkan narasi-narasi miring yang merusak keharmonisan sesama umat beragama dan sesama warga bangsa.

Harus Saling Menghormati

Beragama adalah hak. Begitupun dengan merayakan hari-hari besar keagamaan. Karena itu, untuk itu sudah selayaknya bagi kita untuk turut serta menghormati perayaan hari natal yang dilakukan oleh umat Kristiani dengan cara tidak membuat keributan dan kekacauan serta teror.

Jika memang ada persoalan di internal Islam sendiri, seperti soal hukum mengucapkan selamat natal kepada umat Kristiani oleh umat Islam, sebaiknya itu tidak usah diumbar ke publik sehingga tidak menimbulkan keributan dan kekacauan. Seperti umat Islam, umat Kristiani juga punya hak untuk merayakan Natal secara aman dan damai.

Karena itu, dalam konteks ini umat Islam harus mampu menghormati Natal yang dirayakan oleh umat Kristiani. Menghormati itu bisa dengan beragam cara, bisa dengan berpartisipasi menyukseskan acara Natal seperti yang dilakukan Banser NU, atau bisa juga dengan cukup menciptakan suasana yang kondusif, tidak riuh dan penuh dengan keributan.

Islam telah mengajarkan setiap umatnya untuk saling menghormati dan saling menghargai. Bukan hanya terhadap sesama muslim, tetapi juga kepada non muslim. Jadi, dengan demikian, sama sekali tidak ada alasan bagi umat Muslim untuk tidak menghormati perayaan Natal yang dilakukan oleh umat Kristiani.

Budaya saling menghormati antara Muslim dan non Muslim itu penting. Salah satunya adalah untuk menjaga hubungan baik antar keduanya agar tidak timbul perselisihan dan konflik keagamaan. Misi Islam adalah menciptakan kedamaian dan keharmonisan. Oleh sebab itu, sudah selaiknya bagi umat Islam untuk melakukan tindakan dan langkah-langkah yang mengarah pada terwujudnya misi perdamaian tersebut. Tidak membuat kekacauan dan keributan sendiri di acara perayaan natal umat Kristiani.

Peran Tokoh Agama

Dan, penulis kira, dalam rangka menumbuhkan budaya saling menghormati itu, para tokoh agama penting untuk ikut terlibat memberikan pencerahan kepada umat Islam. Artinya, di tengah keributan-keributan tahunan menjelang natal itu, para tokoh agama haruslah hadir memberikan jalan tengah bagi umat Islam.

Misal, jika hukum mengucapkan selamat natal itu memang merupakan diskursus yang belum selesai di internal umat Islam sendiri, maka adalah penting bagi para tokoh agama untuk mengambil peran menyelesaikan diskursus tersebut. Akan tetapi, jika persoalan itu merupakan narasi provokatif yang disebarkan oleh kelompok tertentu, maka tugas dan kewajiban para tokoh agama adalah memberikan pencerahan kepada umat Islam sehingga tidak menjadi keributan berkepanjangan.

This post was last modified on 23 Desember 2022 1:42 PM

Farisi Aris

Recent Posts

Pesan Damai yang Dirawat Pasca Kunjungan Paus Fransiskus

Dalam era di mana keberagaman sering kali menjadi sumber ketegangan, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia…

21 jam ago

Sebuah Kajian Teks Al-Qur’an: Mengapa Indonesia yang Mayoritas Muslim Selalu Jadi Perhatian Paus?

Pada Jum’at 6 September 2024, Paus Fransiskus resmi mengakhiri kunjungan apolistiknya di Indonesia. Setelah ini,…

21 jam ago

Ibrah Bersejarah di Balik Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

September 2024 mungkin layak dikenang sebagai bulan cukup bersejarah tahun ini. Ya, Paus Fransiskus datang…

21 jam ago

Pemetaan Narasi Azan Menjadi Running Text : dari Islamofobia, Penistaan Islam hingga Negara Kafir

Pagi ini, Kamis, 5 September 2024, muncul broadcast dengan mengatasnamakan Gerakan Mematikan TV dari Pukul…

2 hari ago

Deklarasi Istiqlal: Komitmen Paus Fransiskus dan Indonesia Cegah Dehumanisasi dan Eksploitasi Agama

Pada Kamis (5/9/2024) Masjid Istiqlal Jakarta menjadi saksi dialog lintas agama. Momen ini ditandai dengan…

2 hari ago

Refleksi Kesuksesan Kunjungan Bersejarah Paus Fransiskus di Indonesia : Bukti Indonesia Miniatur Dunia yang Multikultural

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi momen bersejarah yang menandai komitmen kuat Vatikan dalam membangun…

2 hari ago