Baru-baru ini, ada salah satu “you-tuber” yang bernama Jozeph Paul Zhang tengah viral di jagat maya. Dia viral bukan karena prestasinya yang gemilang dan membanggakan. Tetapi karena tindakannya yang fatal dan tak bermoral. Dia adalah salah satu contoh di antara sekian banyak orang yang memiliki hasrat popularitas di dunia maya, tetapi menggunakan jalur instant. Melebarkan sensasi diri dan melancarkan narasi kebencian dan cacian. Agar dirinya mudah viral lalu terkenal.
Dinamika popularitas jalur instant yang semacam inilah sering-kali digunakan demi kefamousan diri di mata publik. Dia membuat konten di salah satu channel You-tube pribadinya, dengan sebuah narasi yang dibangun untuk meledek umat Islam yang sedang berpuasa. Menyatakan Tuhan umat Islam yang dikurung di Ka’bah. Serta mencaci Nabi Muhammad SAW yang dianggap sebagai Nabi cabul. Bahkan dia mengaku sebagai nabi yang ke-26,
Tentu sangat tidak pantas saya kira, jika dia disebut sebagai “konten kreator”. Dia hanyalah pembenci yang tidak memiliki daya skill apa-pun untuk menciptakan kreasi yang inovatif, edukatif dan positif di dunia maya. Dia hanya bisa memopulerkan dirinya dengan bermodalkan sebuah kebencian dan kebencian.
Dengan cara seperti itu, “mungkin” dia memiliki peluang besar untuk bisa populer dan terkenal di mana-mana. Walau-pun sebetulnya kefamousan yang telah dicapai akan menyulut api kemarahan banyak pihak yang siap membenci dirinya. Serta siap menjebloskan dirinya ke penjara.
Tentu kita paham, bahwa menjadi populer di dunia maya sejatinya menjadi kebanggaan tersendiri. Hal yang semacam itu haruslah berada dalam koridor prestasi positif yang membanggakan. Tetapi, untuk mencapai taraf semacam itu, kadang tidak semudah kita membalikkan telapak-tangan. Artinya, butuh proses di mana seseorang harus konsisten dengan konten-konten-nya yang kreatif, edukatif dan bisa menghibur khalayak umum.
Tetapi jalur panjang yang semacam ini sejatinya “tidak banyak” diminati oleh para calon konten kreator muda di Indonesia. Mereka kebanyakan justru lebih memilih ingin populer dan terkenal di mana-mana dengan cara yang instant. Seperti halnya membenci, menghina agama tertentu, mengganggu orang lain atau bahkan menyebarkan kebohongan.
Jozeph Paul Zhang sebetulnya bukan satu-satunya orang yang memilih untuk terkenal dan populer dengan jalur membenci atau mencaci. Ada begitu banyak orang-orang di luaran sana yang “stres” setelah atau mungkin harapan dirinya menjadi terkenal tetapi tidak kunjung kesampaian. Dinamika yang semacam ini akan membangun sebuah keputusan yang sangat fatal dan tak bermoral.
Seperti kasus lain, misalnya prank sembako sampah kepada waria yang pernah dilakukan oleh Ferdian Paleka. Dirinya mengaku “iseng” agar orang yang nonton banyak sehingga harapan besarnya dia bisa terkenal dan mendapatkan keuntungan besar dari channel Youtubenya. Dia tanpa memikirkan kembali bagaimana tindakan yang semacam itu sangat menyakiti, mengganggu atau bahkan merugikan orang lain.
Contoh di atas sebetulnya merupakan bagian dari fenomena “hasrat popularitas” yang tak tercapai yang berujung pada tindakan fatal dan tak bermoral. Seperti halnya yang dilakukan oleh Jozeph Paul Zhang. Dia mencoba untuk meledek umat Islam yang sedang puasa, menganggap Tuhan diikat di Ka’bah serta Nabi yang ke-25 yaitu Nabi Muhammad SAW dianggap nabi cabul Bahkan dia cukup menantang siapa-pun yang bisa melaporkan dirinya ke polisi atas penistaan agama tersebut akan diberikan uang.
Pernyataan-pernyataan yang membuat amarah dan menyinggung umat Islam ini sebetulnya bagian dari dinamika anak muda kita hari ini. Bagaimana hasrat popularitas yang tak tergapai akan menjadikan seseorang bisa melakukan tindakan yang merusak tatanan. Apa yang ada dalam pikiran Jozeph Paul Zhang tidak lagi sebuah pertimbangan apakah perkataan tersebut salah dan menyalahi hukum yang berlaku di negeri ini tentang larangan melakukan ujaran kebencian atau menodai agama tertentu.
Sehingga, apa yang dilakukan oleh Jozeph Paul Zhang sebetulnya bagian dari dinamika tadi. Yaitu dia hanya memikirkan bagaimana dirinya untuk bisa terkenal. Berharap agar video tersebut viral dan membuat geger jagat maya. Tentu hal itu bukan karena dipengaruhi oleh prestasi yang dicapai. Tetapi karena kebencian, cacian dan hinaan yang terlontar.
Oleh sebab itulah, Jadikan ini sebagai pelajaran untuk para generasi muda Indonesia yang memiliki hasrat untuk terjun aktif di dunia maya. Cobalah membuat sesuatu yang positif, kreatif, inovatif dan edukatif sebagai jalan untuk terkenal dan populer karena prestasi yang membanggakan. Bukan terkenal dan populer karena tindakan diri yang biadab dan tak bermoral di dunia maya.
This post was last modified on 20 April 2021 1:19 PM
Ada statment yang selalu diserukan oleh kelompok radikal. Bahwasanya: “Khilafah itu adalah bukti kegemilangan peradaban…
Perkembangan mengkhawatirkan terjadi di Suriah. Kelompok pemberontak Suriah menyerbu dan merebut istana Presiden Bashar al-Assad…
Pasca dibubarkan dan dilarang pemerintah pada medio 2019 lalu, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) telah melakukan…
Gawai besar pemerintah untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum Daerah (Pilkada) serentak telah usai dihelat 27 November…
Predikat zero terrorist attack di akhir masa pemerintahan Joko Widodo sekilas tampak menorehkan catatan positif…
Pilkada 2024 menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Ajang ini melibatkan…