Narasi

Kemerdekaan dan Ancaman Krisis Kepahlawanan

Kemerdekaan Indonesia yang kita rasakan kini tak akan terjadi tanpa para pahlawan yang telah berjasa memberikan keringat, darah dan pikiran mereka untuk negeri ini. Perjuangan mereka tentunya tak mudah, tanpa mau melihat warna kulit, ras dan agama yang dianut. Mereka bersatu melawan penjajah yang telah lama merongrong kedaulatan bangsa kita. Mereka adalah pahlawan, lalu bagaimana kita?

Dulu rasanya kita menganggap tidak penting mengenal bahkan cuma menghafal nama para pahlawan. Dalam pikiran kita terlalu banyak untuk dihafalkan dan diingat. Padahal para pahlawan yang kita ingat pun belum sepenuh mewakili jutaan pahlawan yang tidak terlihat oleh sejarah kita. Mereka itulah sebenarnya para pahlawan sejati.

Sejatinya kita sebagai generasi penerus bangsa tidak perlu merasa keberatan untuk sekedar menghafal nama-nama tersebut. Perjuangan para pahlawan kita yang dikenal dan yang tidak dikenal jauh lebih berat dari sekedar menghafal nama-nama mereka. Melupakan para pahlawan walaupun sekedar nama adalah bagian dari melupakan sejarah bangsa ini. Bagaimana mungkin generasi saat ini mengingat sejarah dan mengapresiasi para pahlawannya jika satu pun tidak ada nama para pahlawan dalam ingatan kita.

Semantara itu, kita sungguh terpukau dengan para pahlawan di luar sana. Bukan hal itu tidak penting menambah wawasan kita. Namun, akan terasa aneh jika kita membanggakan pahlawan di luar sana, sementara pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan, tokoh yang berperan bagi kita menikmati perdamaian dan pendidikan tanpa perang seperti saat ini justru dikalahkan dengan kemilau pahlawan dari negeri seberang.

Pergerakan Nasional bangsa ini telah memunculkan tokoh-tokoh penting yang heroik dan intelektual. Para tokoh yang hanya mengandalkan senjata hingga yang terpelajar mulai terarah dalam memperjuangkan kemerdekaan. Mereka akhirnya memutuskan untuk bersatu dan membentuk pergerakan Nasional sebagai wujud perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dengan cara menyatukan seluruh organisasi yang ada di Indonesia untuk dapat terjangkau dalam setiap aksi mereka.

Selanjutnya pertanyaannya berapa banyak dari generasi saat ini mengetahui pergerakan nasional kita? Lalu, tanyakan berapa organisasi pergerakan dan perjuangan luar negeri yang mereka hafalkan?

Pergerakan nasional merupakan cikal bakal dari terbentuknya suatu semangat nasionalisme yang banyak mendorong organisasi yang terus bermunculan. Sikap nasionalisme inilah yang mampu mendorong sikap politik dan sosial dari kelompok organisasi tersebut dan dipererat oleh rasa ingin bebas dari kungkungan penjajah. Semua organisasi tersebut memiliki kesamaan cita-cita sehingga menimbulkan rasa cinta tanah air meskipun dari latar tradisi, sikap, warna kulit dan keyakinan yang berbeda.

Ketidakpedulian sejarah dan penghargaan terhadap pahlawan akan menjadi ancaman bagi generasi saat ini untuk mengalami krisis kepahlawanan. Generasi saat ini akan kehilangan pahlawan sebagai idola dalam diri mereka. Sangat wajar, jika mereka nantinya justru bisa dengan mudah mengidolakan tokoh-tokoh lain, bahkan yang memiliki pandangan yang bertentangan dengan semangat kebangsaan. Krisis kepahlawanan dalam diri generasi muda patut menjadi kewaspadaan kita bersama.

Karena itulah, semangat kepahlawanan harus didorong menjadi bagian dari gaya hidup generasi muda kita. Jiwa patriotisme, keberanian, rela berkorban, pantang menyerah, cinta tanah air, dan bergotong-royong harus menjadi nilai dan jati diri generasi saat ini. Caranya tentu saja dengan mempelajari sejarah, menghargai jasa hingga mengidolkan para pahlawan. 

Tentu butuh gerakan yang komprehensif dalam menanamkan idola kepahlawanan kita. Tirulah Amerika yang berhasil membangun patriotisme warga negaranya hingga saat ini dengan industri film. Kapten Amerika tidak hanya seolah menjadi pahlawan Amerika, tetapi idola seluruh negara. Film peperangan diproduksi massal yang seolah menggambarkan Amerika sebagai negara yang tangguh.

Indonesia harus pula menanamkan sebagai bangsa yang tidak terjajah. Indonesia bukan negara yang pernah dijajah, tetapi negara yang terus berjuang selama ratusan tahun dalam melawan penjajahan. Ingatan sejarah sebagai bangsa pejuang itu akan lebih menjadi semangat generasi saat ini dari pada bangsa yang dijajah.

Kepahlawanan harus terus ditumbuhkan dalam setiap perayaan kemerdekaan. Peringatan kemerdekaan bukan memperingati kita pernah dijajah, tetapi kita pernah berjuang dan tidak pernah berhenti berjuang melawan penjajahan. Butuh jiwa kepahlawanan sepanjang masa untuk terus menjaga kemerdekaan ini. Dan para pahlawan kemerdekaan harus menjadi idola yang akan terus membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme generasi muda saat ini.

This post was last modified on 20 Agustus 2021 2:42 PM

Inke Indah Fauziah

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

9 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

9 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

9 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

9 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago