Seyogianya, infiltrasi paham radikalisme-terorisme di lingkungan kerja BUMN, ASN, atau-pun lingkungan kerja Swasta. Realitas itu semua pada dasarnya memiliki modus yang sifatnya mengalihkan orientasi berpikir yang dianggap “tujuan ideal” dalam hidup. Jadi, tidak peduli apa-pun profesi/jabatan-nya, jika pikirannya sudah terkontaminasi, maka niscaya akan sangat mudah menjadi teroris.
Jadi, di sinilah pentingnya mengenali modus radikalisasi. Sebagaimana, ada 4 modus radikalisasi di lingkungan kerja untuk kita kenali. Empat modus tersebut begitu sangat halus menggugah pikiran dan kebatinan seseorang. Oleh karena itu, perlu kiranya untuk mengenali, pahami dan hindari demi memutus mata rantai teroris kelas menengah itu.
Pertama, modus radikalisasi yang cukup reflektif di lingkungan kerja adalah; mengajak berpikir tentang tujuan hidup yang mulia dan abadi. Modus ini sering-kali membuat seseorang “buntu berpikir” untuk berkarier yang lebih bagus lagi. Karena modus ini membuat seseorang memiliki pikiran bahwa kerja sepanjang hari yang pada akhirnya tidak ada gunanya untuk kemuliaan dan keabadian nilai yang dianggap “dunia itu fana”.
Modus ini akan semakin menjalar ke dalam “hegemoni berpikir” yang dianggap idealistic. Yaitu diajak untuk melakukan hal-hal yang dianggap sebagai pahala dan kemuliaan di akhirat. Modus ini bisa saja diajak menyebarkan paham radikal-teroris di berbagai platform media sosial tentang jihad/berperang dan tentunya orang tersebut tanpa didasari telah masuk secara perlahan sebagai seorang propaganda paham radikal-teroris (terkontaminasi) modus radikalisasi.
Kedua, modus yang pertama begitu korelatif dengan modus kedua yaitu mengajak untuk menegakkan Amal Ma’ruf Nahi Mungkar. Modus perintah teologis ini semakin diarahkan ke dalam contoh pokok tentang menegakkan negara berbasis agama. Modus ini semakin diperkuat dengan fitnah dan kebohongan tentang bangsa ini yang dianggap penuh kemungkaran karena telah dianggap memelihara orang kafir, memilih pemimpin yang dianggap tidak adil dan prinsip bernegara yang dianggap tidak sesuai syariat agama.
Modus menegakkan kebaikan (amal ma’ruf) dengan menumpas kemungkaran (Nahi Mungkar) menjadi satu modus yang sangat menipu. Karena, akan ditambahkan dengan (narasi keagamaan) yang sifatnya mengacu ke dalam politisasi ayat untuk membunuh orang kafir dan memerangi bangsa yang dianggap tidak menjalankan perintah-Nya. Modus ini membuat siapa-pun terlena karena modus kebenaran teologis itu, jadi berhati-hatilah dan kenali serta jauhi jika ada modus yang membawa karakter semacam itu.
Ketiga, modus yang paling dianggap “ideal” dalam membangun radikalisasi di lingkungan kerja adalah tentang (values). Yaitu modus menjanjikan kesejahteraan dan kemapanan hidup yang lebih baik dari Sekarang. Modus ini diarahkan ke dalam satu korelasi etis dengan modus di atas seperti upaya untuk berjuang bergabung dalam komplotan ISIS Indonesia menegakkan negara Khilafah atau negara Islam.
Modus tentang (values diri) secara kualitatif yang mempertimbangkan pekerjaan yang sekarang dianggap tak ada artinya. Dibanding dengan tegaknya negara yang sesuai syariat Islam/Khilafah yang akan menjanjikan kemapanan jauh dari yang sekarang. Modus semacam ini banyak yang tergiur dan mampu mengubah pandangan idealis seseorang tentang kesejahteraan dan kemapanan dengan propaganda politik radikal itu.
Keempat, modus cahaya surga di depan mata. Modus ini sifatnya memperkuat dari 3 modus di atas dengan penekanan terhadap (nilai teologis). Cahaya surga di depan mata ini merobek kebatinan seseorang menjadi “berani” melakukan kezhaliman atau aksi-aksi radikal serta ikut serta menyebarkan propaganda radikal. Karena perilaku semacam ini dianggap bernilai surga dan kemuliaan cahaya Tuhan yang nyata.
Cahaya surga di depan mata layaknya “hipnotis” yang mengalihkan pikiran seseorang untuk menganggap non-muslim di depannya musuh untuk dibunuh. Melihat sistem bernegara kita yang dianggap jauh dari ajaran agama untuk dihancurkan, lalu digantikan dengan sistem bernegara ala mereka.
Jadi, di antara 4 modus radikalisasi di lingkungan kerja ini perlu kiranya sebagai bekal penting. Untuk kita pahami sebagai cara kita mengidentifikasi pola infiltrasi. Sehingga, kita bisa dengan mudah menghindari, mencegah sekaligus “memutus mata rantai” kontaminasi paham radikal-teroris di lingkungan kerja.
This post was last modified on 24 Agustus 2023 2:35 PM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…