Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pernah mengatakan, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Dari ungkapan tersebut, terlihat jelas bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam sejarah peradaban dari masa ke masa. Dalam setiap fase sejarah NKRI, selalu ada peran penting generasi muda sebagai agent of change pembawa angin segar menuju perbaikan dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perlu dipahami, generasi muda yang tumbuh dan berkembang saat ini dibesarkan dalam dominasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Atau meminjam istilah Don Tapscott dalam bukunya Grown Up Digital, generasi ini bisa juga disebut sebagai generasi internet (net generation) atau generasi milenial (saat ini berusia kisaran 14-34 tahun). Tentu saja, tantangan yang dihadapi oleh pemuda-pemuda sekarang berbeda dengan era sebelumnya. Di era sebelumnya, generasi muda dihadapkan dengan perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan NKRI, maka generasi muda sekarang dihadapkan dengan perjuangan mempertahankan persatuan, kedamaian, dan kedaulatan NKRI.
Harus dipahami, bahwa hadirnya dunia digital yang ditawarkan oleh kemajuan TIK tidak hanya membawa dampak positif. Justru jika dikalkulasi banyak pula dampak negatifnya. Banyak orang bertikai dan masuk dalam jeruji besi hanya karena apa yang di-posting di dunia digital dianggap meremehkan orang lain. Bahkan, tak sedikit pula postingan-postingan hoax berbau SARA mewarnai dunia digital. Dalam kondisi ini, tentulah kebhinnekaan NKRI berada dalam ancaman besar. Dan, kalau tidak segera diatasi, bisa jadi NKRI dalam kondisi darurat dan terancam bubar.
Maka, generasi milenial sebagai generasi muda yang fasih dengan teknologi TIK perlu menjadi sosok terdepan dalam menebarkan pesan-pesan perdamaian agar tetap menjaga keharmonisan NKRI yang bhinneka. Jangan sampai kebhinnekaan NKRI terpecah-belah.
Manfaatkan Medsos
Caroline Tyan (2017), dalam tulisannya Nationalism in the age of social media, menjelaskan bahwa media digital merupakan penguat dari nasionalisme. Generasi milenial sebagai generasi yang akrab dengan media sosial tentu bisa mengambil peran sebagai agen-agen penguat nasionalisme dengan menjadi penebar pesan-pesan perdamaian. Media massa, baik cetak dan digital, keduanya memiliki peran penting dalam persebaran gagasan negara-bangsa di berbagai komunitas masyarakat dunia. Media cetak menjadi sarana penyebaran ide dari beberapa pihak ke banyak pihak, sementara media online/internet menghubungkan secara bersamaan dari banyak pihak ke banyak pihak. Kedua jenis media ini menjadi alat konektivitas yang dikendalikan secara emosional, dimana komunitas politik bisa dikonstruksi ulang ataupun dihancurkan melalui pengaruh yang diberikan dalam pikiran para netizen.
Medsos mempunyai karakter yang tak dimiliki media konvensional, yang membuatnya demikian populer di era sekarang. Selain bisa disebarkan ke banyak pihak, pesan media sosial tidak terkontrol. Penerima menentukan sendiri kapan membuka informasi dan berinteraksi. Sementara itu, media konvensional, kendati memiliki kebebasan pers, harus memperhatikan berbagai keterbatasan seperti penyaringan berita (gate keeper), kode etik dan regulasi, serta tanggung jawab sosial yang di Indonesia dirumuskan sebagai bebas bertanggung jawab (Margana, 2017).
Karena keterbatasan itulah medsos, dalam pembentukan opini publik, mulai menggeser peran media massa konvensional. Medsos tidak memiliki pembatasan, tanpa kontrol, bisa lebih cepat, mudah diakses dan bisa berinteraksi langsung dengan khalayak. Hanya saja, apabila fenomena tren medsos sebagai tidak digunakan secara bijak, maka solidaritas sosial perlahan akan terkoyak. Bermula dari solidaritas siber yang renggang, hingga berakhir pada perpecahan di dunia real kehidupan manusia.
Fakta ini menjadikan pemanfaatan medsos secara bijak oleh generasi milenial menjadi demikian penting dalam rangka memupuk persaudaraan di dunia maya. Karenanya, kesadaran menjadi netizen yang baik dengan hanya menebarkan konten-konten damai dan berkomentar-komentar bijak di medsos perlu dirawat di lingkungan keluarga dan institusi-institusi pendidikan, agar kesadaran tersebut tumbuh di setiap diri para generasi milenial. Hal ini penting dalam upaya mewujudkan medsos yang damai dan sejuk tanpa hoaks dan ujaran kebencian.
Harus Berjejaring
“Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, ucap pepatah mengabarkan betapa pentingnya makna sebuah persatuan, perdamaian, dan bekerjasama. Para Founding Fathers Republik Indonesia telah membuktikan, dengan bersatu dan berjejaring, mereka bisa mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan Indonesia.
Untuk itu, guna memasifkan upaya menebar pesan-pesan perdamaian, berjejaring merupakan keniscayaan yang harus dilakukan oleh generasi mileneal. Mustahil membuat dunia maya penuh dengan narasi sejuk dan damai apabila upaya-upaya menebar pesan perdamaian tidak dilakukan secara gotong-royong. Upaya yang dilakukan secara individual akan sulit mencapai target yang diharapkan, justru semakin menjauhkan dari tujuan yang diinginkan.
Lagipula, konektivitas atas hadirnya media digital juga akan mempermudah upaya kolaborasi membumikan pesan-pesan damai di dunia maya. Jika semua generasi milenial berkolaborasi menebar pesan-pesan kedamaian, bukan hanya dunia maya yang terbebas dari narasi hoaks, ujaran kebencian dan provokasi, tetapi dunia nyata juga terbebas dari segregasi sosial yang diakibatkan penggunaan medsos yang tidak bijak oleh para netizen. Dari medsos oleh generasi milenial untuk perdamaian global. Wallahu a’lam.
This post was last modified on 29 April 2019 12:03 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
View Comments