Faktual

Konferensi Sufi Internasional 2023 dan Signifikansi Tasawuf dalam Membentuk Peradaban yang Toleran dan Damai

Presiden Jokowi Widodo resmi membuka Konfrensi Sufi Internasional yang diadakan oleh World Sufi Assembly (WSA) di Pekalongan, Selasa (29/8/2033). Konferensi yang akan berlangsung hingga 31 Agustus itu diikuti oleh 57 ulama luar negeri dari 31 negara seperti Syeikh Dr. Muhammad Al-Syuhumi Al-Idrisy (Libya), Syeikh Muhammad Riyadh Bazo (Lebanon), Syeikh Dr. Yusri Jabr, Syeikh Dr. Usama Sayyid Al-Azhari (Mesir), Syeikh Dr. Ibrahim Niyas (Senegal), Syeikh Christoper Sulaiman (Prancis), Syeikh Ahmad Al-Tijani (Ghana) dan lainnya.

Konfrensi Sufi Internasional ini merupakan konfrensi internasional yang pertama yang diadakan oleh World Sufi Assembly (WSA) setelah organisasi sufi global itu didirikan pada tahun 2019 lalu. Konfrensi itu dengan sengaja diadakan antara lain untuk mengeksplorasi penyusunan sistem pendidikan yang berfokus pada tasawuf serta implikasi positifnya terhadap perkembangan karakter para peserta didik/siswa di masa modern.

Selain itu, konferensi ini juga akan membahas kontribusi tasawuf terhadap upaya reformasi sosial dan ekonomi, serta dalam mendorong pembangunan berkelanjutan. Diskusi juga akan difokuskan pada strategi penggabungan nilai-nilai tasawuf ke dalam media massa dan upaya membentuk pandangan masyarakat, selain juga untuk meningkatkan peran penting tasawuf dalam membentuk manusia dan pribadi-pribadi yang lebih baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Signifikansi Tasawuf dalam Membentuk Peradaban yang Harmonis

Upaya penyegaran ulang eksistensi tasawuf melalui Konfrensi Sufi Internasional itu patut kita apresiasi. Pasalnya, di tengah arus perkembangan zaman yang semakin materialistik, posisi tasawuf seringkali dilupakan. Padahal, sebagai dimensi spiritual dalam Islam, tasawuf memiliki relevansi yang kuat dalam membentuk peradaban kontemporer yang damai dan saling menghormati. Di tengah dinamika dunia saat ini yang seringkali diwarnai oleh ketegangan dan konflik, nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam tasawuf dapat menjadi pilar penting untuk menciptakan masyarakat yang harmonis.

Salah satu aspek utama dari tasawuf adalah penekanannya pada cinta dan kedamaian sebagai jalan menuju kehadiran Tuhan. Pemahaman ini mengajarkan bahwa untuk mencapai perdamaian di dunia, seseorang harus terlebih dahulu menemukan kedamaian dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendekatan tasawuf memandang perdamaian berasal dari batin individu, yang kemudian tercermin dalam hubungan dengan sesama manusia.

Tasawuf juga merangkul nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman. Konsep “Wahdat al-Wujud” mengajarkan bahwa Tuhan hadir dalam segala hal, menyatukan manusia dalam kesamaan spiritual. Pandangan ini memupuk pengertian dan penghormatan terhadap perbedaan agama, budaya, dan latar belakang, sehingga mendorong terciptanya lingkungan masyarakat yang saling mendukung.

Prinsip-prinsip tasawuf juga menekankan pentingnya introspeksi dan transformasi pribadi. Proses ini membantu individu untuk mengatasi ego dan emosi yang merusak, sehingga lebih mampu menghadapi konflik dengan kedamaian dan kebijaksanaan. Dalam konteks peradaban yang damai, kemampuan ini mendukung dialog yang konstruktif dan solusi yang lebih bijaksana.

Komitmen dalam berkhidmat kepada sesama manusia adalah aspek lain yang ditekankan dalam tasawuf. Konsep “khidmat” mengajarkan bahwa pelayanan kepada sesama adalah bentuk ibadah yang tinggi. Dalam mewujudkan peradaban kontemporer yang harmonis, semangat ini mendorong kolaborasi dalam upaya kemanusiaan, pembangunan berkelanjutan, dan peningkatan kesejahteraan bersama.

Namun, agar ajaran-ajaran tasawuf dapat bermanfaat dalam membangun peradaban yang damai dan rukun dalam konteks kontemporer, adaptasi yang tepat dan pemahaman kontekstual diperlukan. Dalam menghadapi tantangan zaman modern, nilai-nilai tasawuf harus diinterpretasikan dan diaplikasikan dengan bijak. Kolaborasi antara para cendekiawan, pemimpin agama, dan praktisi tasawuf dari berbagai latar belakang juga penting untuk menggerakkan perubahan yang signifikan.

Dalam era yang sarat dengan perpecahan dan kebingungan, relevansi tasawuf dalam membentuk peradaban kontemporer yang harmonis dan rukun semakin mendalam. Prinsip-prinsip tentang cinta, toleransi, pembersihan diri, dan pelayanan kepada sesama manusia yang diajarkan dalam tasawuf dapat memberikan pedoman berharga untuk menciptakan masyarakat yang damai, penuh pengertian, dan saling mendukung.

This post was last modified on 30 Agustus 2023 1:45 PM

Farisi Aris

Recent Posts

Kerapuhan Khalid Basalamah dalam Menyikapi Islamisasi Tradisi Lokal

Salah-satu sosok penceramah yang sangat gencar menolak islamisasi tradisi lokal adalah Khalid Basalamah. Bahkan, beberapa…

20 jam ago

Anggapan Keliru Kearifan Lokal dan Tradisi Menodai Akidah

Akidah mana yang tercemari oleh pujian-pujian kepada nabi, bunyi rebana, wewangi kemenyan, atau bahkan ziarah…

1 hari ago

Kearifan Tuhan dalam Kearifan Lokal

Peran “khalifah” adalah mandatory dari Tuhan yang Maha Kuasa yang dilimpahkan kepada manusia sebagai penduduk…

1 hari ago

Islam dan Kearifan Lokal : Jejak Dakwah Nabi Muhammad Mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin

Dalam sejarah Islamisasi di jazirah Arab, Nabi Muhammad SAW sangat bijak dalam memberdayakan tradisi lokal…

2 hari ago

Belajar Kearifan Lokal dalam Relasi Islam-Kristen di Desa Ilawe

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dikenal akan kekayaan budaya, tradisi, dan kearifan lokalnya…

2 hari ago

Gejala Inferioritas Beragama; Dari Puritanisme ke Romantisisme

Fenomena keberagamaan kita hari ini diwarnai oleh gejala inferiority complex. Sejenis sindrom rendah diri atau…

2 hari ago