Narasi

Kritik, Provokasi, dan Politik Kebencian

Dalam beberapa hari terakhir nama Rocky Gerung menjadi sorotan publik. Isi pidatonya di acara buruh pada 29 Juli lalu dianggap menghina dan mendiskreditkan sosok Presiden Jokowi. Meski Presiden Jokowi sendiri menganggap isi pidato Rocky Gerung itu sebagai hal kecil, namun ketegangan di masyarakat tetap tak terhindarkan. Sebagian kelompok masyarakat merasa tidak terima martabat Presiden Jokowi direndahkan sehingga membuat mereka turun ke jalan, menuntut agar Rocky Gerung diadili secara hukum.

Nama Rocky Gerung sebenarnya bukanlah hal baru dalam lanskap politik Indonesia. Selama ini, ia dikenal sebagai seorang intelektual dan dosen yang dikenal karena pandangannya yang tajam dan kontroversial, telah menjadikannya salah satu figur yang menarik perhatian dalam dunia politik dan publik Indonesia. Namun, pandangannya yang seringkali kritis dan keras terhadap berbagai isu politik telah memunculkan kekhawatiran tentang dampak politik kebencian dalam masyarakat seperti yang tengah terjadi sekarang.

Secara definitif, politik kebencian adalah strategi licik yang digunakan oleh beberapa aktor politik untuk memanfaatkan sentimen negatif atau emosi seperti kebencian, kemarahan, dan ketakutan dalam rangka menggalang dukungan atau mengalahkan lawan politik. Ini melibatkan penyebaran informasi palsu, pemutarbalikan fakta, serangan pribadi, dan retorika merusak yang bisa memicu konflik dan memperburuk polarisasi dalam masyarakat.

Dalam konteks Indonesia, Rocky Gerung sering kali dikritik karena pandangan dan komentarnya yang kontroversial, terutama di media sosial. Meskipun beberapa orang menganggap pandangannya sebagai bentuk kebebasan berbicara, ada juga kekhawatiran bahwa retorikanya bisa memperkuat politik kebencian. Bahkan, beberapa pernyataannya pernah menjadi bahan perdebatan panas dan memicu kontroversi yang memecah belah masyarakat.

Salah satu bahaya politik kebencian yang dihadirkan oleh Rocky Gerung adalah potensi untuk menciptakan ketegangan sosial dan mengganggu kerukunan nasional. Pernyataannya yang tajam dan kontroversial bisa memicu reaksi emosional dan merusak hubungan antar kelompok dalam masyarakat. Ketika pendekatan retorika seperti ini mendominasi diskusi publik, risiko konflik dan kekerasan pun meningkat.

Selain itu, politik kebencian yang dihidupkan oleh Rocky Gerung dapat merusak demokrasi dan proses politik yang sehat. Diskusi yang dipenuhi dengan serangan pribadi dan pemutarbalikan fakta tidak hanya mengaburkan isu-isu penting, tetapi juga mengalihkan perhatian dari substansi politik yang seharusnya menjadi fokus utama. Ini bisa menghambat perkembangan masyarakat yang berpendidikan politik tinggi dan menghalangi kemajuan demokrasi.

Tidak kalah pentingnya, politik kebencian juga memiliki dampak jangka panjang terhadap budaya diskusi dan toleransi dalam masyarakat. Ketika retorika yang merusak dan beracun dibiarkan terus berkembang, norma-norma komunikasi yang sehat dan rasa saling menghormati dapat terkikis. Ini dapat menciptakan lingkungan di mana perbedaan pendapat tidak lagi dihargai, dan konflik menjadi lebih sulit untuk diselesaikan.

Oleh karena itu, perlu ada kesadaran yang lebih besar tentang bahaya politik kebencian dan tanggung jawab semua pihak, termasuk tokoh publik seperti Rocky Gerung, dalam mempromosikan diskusi yang sehat dan konstruktif. Walaupun kebebasan berbicara adalah hak yang penting, itu juga harus disertai dengan tanggung jawab untuk tidak merusak masyarakat dan proses politik.

Selama ini, Rocky Gerung memang memiliki peran penting dalam merangsang diskusi dan mengajak masyarakat untuk berpikir kritis. Namun, penting bagi kita semua untuk menghindari politik kebencian yang dapat membahayakan kerukunan sosial, mengancam demokrasi, dan melemahkan budaya diskusi yang sehat dalam masyarakat. Dengan memahami dan mengatasi bahaya politik kebencian, kita dapat menjaga Indonesia tetap menjadi negara yang beranekaragam, inklusif, dan damai.

This post was last modified on 8 Agustus 2023 5:21 PM

Rusdiyono

Recent Posts

Sangkan-Paran, Kebudayaan, dan Mata Air Keagamaan

Sejauh mana pada dasarnya lokalitas dalam ungkapan “kearifan lokal” ketika ternyata kearifan itu telah melewati…

2 jam ago

Kearifan Lokal Menumbuhsuburkan Syariat Agama

Sangat disayangkan manakala ada anggapan bahwa kearifan lokal merupakan musuh bagi syariat agama. Kearifan lokal…

2 jam ago

Pintu Masuk Radikalisasi adalah Antipati terhadap Kearifan Budaya

Radikalisasi merupakan proses yang menyebabkan seseorang jatuh dalam pemikiran radikal dan ekstrem. Salah satu pintu…

2 jam ago

Benarkah Budaya Lokal Mendangkalkan Akidah ?

Dalam beberapa tahun terakhir, diskusi tentang hubungan antara Islam dan kearifan lokal semakin sering mencuat,…

2 jam ago

Kerapuhan Khalid Basalamah dalam Menyikapi Islamisasi Tradisi Lokal

Salah-satu sosok penceramah yang sangat gencar menolak islamisasi tradisi lokal adalah Khalid Basalamah. Bahkan, beberapa…

24 jam ago

Anggapan Keliru Kearifan Lokal dan Tradisi Menodai Akidah

Akidah mana yang tercemari oleh pujian-pujian kepada nabi, bunyi rebana, wewangi kemenyan, atau bahkan ziarah…

1 hari ago