Narasi

Lawan Penjajah di Dunia Maya

73 tahun Indonesia merdeka, jasa dan keringat juang pahlawan kita telah berhasil memerdekan anak-anak bangsa dari penjajahan. Kini kita berdaya mengelola bangsa sendiri, berdaya secara politik, berdaya secara sosial-ekonomi, dan berdaya secara kebudayaan. saat ini, tugas kita adalah menjaga semangat kemerdekaan itu, agar Indonesia tetap berkibar dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan, berupa nasionalisme, saling menghargai, dan kerja-kerja kreatif untuk negeri.

Para pejuang kita dahulu telah mewariskan nama Indonesia kepada kita. Kini Indonesia telah benar-benar menjadi bangsa maju dan berkembang. Indonesia memiliki sumber kekayaan alam dan potensi manusia yang luar biasa. Belum lagi di negeri ini terdiri dari berbagai keragaman kehidupan, itu adalah anugerah yang tiada terhingga, bahwa negeri ini indah, negeri ini pantas menjadi contoh bagi-bagi negara-negara lain tentang bagaimana merdeka dan merawat keberagaman.

Tapi, perjuangan menjaga kemerdekaan itu belum usai. Perjuangan oleh para pahlawan dahulu harus dilanjutkan sampai sekarang. Estafet perjuangan bangsa ini terus berjalan dinamis bagi generasi anak-anak bangsa. Musuh negeri ini kini lebih berbahaya lagi. Di negeri ini dilanda krisis moral kebangsaan. Sehingga muncul terorisme dan radikalisme di mana-mana. Kemuncula radikalisme di negeri ini tidak hanya secara fisik, melainkan secara ideologis, bahkan penyebarannya juga melalui teknologi.

kita harus menjadi pahlawan-pahlawan baru hari ini. Mari kita jaga negeri ini dari kelompok-kelompok penebar kebencian. Mari kita kerja keras utuk menyingkirkan terorisme di negeri ini. fitnah dan adu domba terus meneru menjadi wacana yang mengerikan di berbagai media. Itu tugas kita bersama untuk tidak pernah bosan dan lelah melakukan perlawanan dengan konten-konten perdamaian.

Penjajahan di dunia maya cukup signifikan. Pengaruh paham radikalisme di dunia maya dapat menggeser cara berpikir orang. Di mana awalnya dia seorang nasionalisme sejati, karena terpengaruh oleh paham radikal, dia pun berubah melawan negerinya sendiri. Maka, inilah waktunya kita juga “mengangkat”senjata kembali untuk melawan para penjajah yang seenaknya merusak persatuan dan kesatuan kita sebagai anak negeri.

Berjuan saat ini kita tidak terlalu membutuhkan peluru dan senjata laras panjang. “senjata” kita adalah konten-konten kreatif. Perangkatnya ideologi pancasila yang selalu kita maknai dalam inovasi kekinian. Pelurunya sudah pasti nilai-nilai kebangsaan, kita benturkan, kita lawankan dengan narasi-narasi radikalisme dan ujaran kebencian di dunia maya. Dengan begitu saya yakin, penjajah di dunia maya pasti kalah, pasti mundur, karena kita telah bekerja bersama untuk kemajuan bangsa ini.

Jangan pernah sekali-kali anggap remeh hoax di dunia maya. Satu konten kebencian itu bisa merusak persatuan kita. Konten di dunia maya hanya dalam hitungan detik bisa tersebar keberbagai penjuru, bahkan kepada semua usia. Maka dengan kecepatan teknologi itu, mari kita tidak diam diri untuk negeri ini. mari kita sebarkan kebaikan-kebaikan, mari kita kenalkan Indonesia ini negeri yang dipenuhi dengan  perdamaian kepada seluruh dunia.

ayo, kita kibarkan merah putih di dunia maya. Mari tebarkan konten keindonesiaan melalui sosial media. Dengan begitu sebenarnya kita telah menjadi pahlawan baru bagi negeri ini.

This post was last modified on 16 Agustus 2018 2:01 PM

Febri Hijroh Mukhlis

Alumni pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Pendiri Yayasan Umm al-Bilaad

Recent Posts

Euforia Kemerdekaan Rakyat Indonesia Sebagai Resistensi dan Resiliensi Rasa Nasionalisme

Kemerdekaan Indonesia setiap tahun selalu disambut dengan gegap gempita. Berbagai pesta rakyat, lomba tradisional, hingga…

11 jam ago

Pesta Rakyat dan Indonesia Emas 2045 dalam Lensa “Agama Bermaslahat”

Setiap Agustus tiba, kita merayakan Pesta Rakyat. Sebuah ritual tahunan yang ajaibnya mampu membuat kita…

11 jam ago

Bahaya Deepfake dan Ancaman Radikalisme Digital : Belajar dari Kasus Sri Mulyani

Beberapa hari lalu, publik dikejutkan dengan beredarnya video Menteri Keuangan Sri Mulyani yang seolah-olah menyebut…

11 jam ago

Malam Tirakatan 17 Agustus Sebagai Ritus Kebangsaan Berbasis Kearifan Lokal

Momen peringatan Hari Kemerdekaan selalu tidak pernah lepas dari kearifan lokal. Sejumlah daerah di Indonesia…

2 hari ago

Dialog Deliberatif dalam Riuh Pesta Rakyat

Di tengah riuh euforia Kemerdekaan Republik Indonesia, terbentang sebuah panggung kolosal yang tak pernah lekang…

2 hari ago

Pesta Rakyat, Ritual Kebangsaan, dan Merdeka Hakiki

Tujuh Belasan atau Agustusan menjadi istilah yang berdiri sendiri dengan makna yang berbeda dalam konteks…

2 hari ago