Budaya

Media Dalam Tradisi Islam

Pada zaman Arab Jahiliyah, penyair menduduki posisi sangat penting di tengah-tengah masyarakat karena fungsi dan tugasnya cukup beraneka ragam. Selain ‘bertugas’ sebagai penghibur dalam pesta-pesta orang Arab, para penyair juga sering kali menjadi juru bicara seorang kepala suku untuk menyampaikan harapannya kepada warga. Kadang juga, penyair berfungsi sebagai wakil masing-masing pihak yang bertikai untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi antara keduanya.

Melalui bait-bait yang disampaikan seorang penyair, tujuan atau harapan seorang kepala suku dapat diterima oleh warganya. Demikian pula, melalui bait-bait penyair kedua pihak dapat menyelesaikan masalah yang dipertentangkan oleh masing-masing pihak. Dikarenakan posisi pentingnya ini, tidak sedikit di antara penyair yang kaya raya karena semakin indah baitnya, semakin tinggi bayarannya; dan ini dipastikan dapat memberi pengaruh langsung kepada masyarakat. Namun tidak sedikit pula penyair yang bernasib tragis, mati dengan cara digantung atau dibunuh karena syair-syairnya yang dianggap memojokkan.

Penyair dan sastrawan terus menduduki posisi penting di era-era keemasan Islam, khususnya pada masa khilafah Umayya dan Abbasiah. Hampir semua Khalifah memiliki penyair andalan yang mendampinginya di setiap saat. Kadang berfungsi sebagai juru bicara dalam kampanye atau memperkenalkan kebijakan Khalifah, kadang juga mereka berfungsi sebagai penghibur untuk menarik simpati rakyat. Hampir di setiap pesta atau acara-acara resmi yang diselenggarakan oleh para Khalifah, para penyair didatangkan untuk kemudian menjadi pusat perhatian dan tempat segala informasi yang akurat.

Popularitas penyair dan sastrawan di tengah-tengah budaya orang Arab disinyalir menjadi salah satu faktor di mana Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw memiliki nuansa syair yang kuat. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada orang Arab bahwa Muhammad bukanlah pencipta Alquran, tetapi adalah wahyu yang berasal dari Allah. Dalam Alquran sendiri disebutkan “Jika engkau mampu mendatangkan satu ayat atau satu surat seperti Alquran, maka datangkanlah. Dan niscaya engkau tidak akan mampu membuat seperti susunan Alquran.”

Sebagaimana halnya para penyair dan sastrawan yang menjadi perantara atau media antara penguasa dengan rakyatnya, Alquran juga menjadi media perantara antara Tuhan dan mahluknya.  Melalui Alquran, Tuhan menjelaskan perkara-perkara yang diinginkan agar umat hidup damai bahagia, di dunia dan akhirat. Oleh karena itu siapapun yang ingin mengetahui tentang kehidupan sebagaimana yang diinginkan oleh Allah, maka sebaiknya ia kembali kepada Alquran karena Alquran telah menjadi “Albayan” atau penjelasan tentang segala hal yang terkait dengan keagamaan dan kehidupan.

Di era sekarang, media komunikasi tersebut telah mengalami perubahan bentuk. Di tengah gegap gempitanya kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, komunikasi dapat dilakukan di manapun dan kapanpun. Pola komunikasi yang kemudian dikenal dengan istilah cybernet ini pun berfungsi sebagai “Albayan” di era sekarang, sehingga ketika seseorang ingin mengetahui sesuatu, maka ia tinggal membuka internet dan menelusuri apa yang mereka ingin ketahui.

Dalam fungsinya sebagai “albayan”, media komunikasi haruslah berisi hal-hal yang bisa menjelaskan. Yakni hal positif yang mampu memberikan penjelasan baik terkait sebuah informasi tertentu. Maka dalam konteks ini, media akan memberi manfaat bukan saja kepada kita sebagai pencari informasi, tetapi juga kepada banyak orang lainnya yang membutuhkan penjelasan akan suatu hal.

Sisi penting dari cybernet adalah sifatnya yang terbuka; siapa saja boleh turut andil dalam memberikan penjelasan terkait suatu hal. Karenanya kita dituntut untuk selalu bisa menggunakan cybernet ini dalam koridor kebaikan sebagaimana dimaksud di atas. Jikapun ada pihak lain yang sengaja mengisi dunia maya dengan konten-konten negatif, maka jadikan itu sebagai tantangan bersama untuk semakin bersemangat dalam membanjiri dunia maya dengan konten positif.

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Share
Published by
Suaib Tahir

Recent Posts

Pembubaran Doa Rosario: Etika Sosial atau Egoisme Beragama?

Sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) yang sedang berdoa Rosario dibubarkan paksa oleh massa yang diduga diprovokasi…

14 jam ago

Pasang Surut Relasi Komitmen Kebangsaan dan Keagamaan

Perdebatan mengenai relasi antara komitmen kebangsaan dan keagamaan telah menjadi inti perdebatan yang berkelanjutan dalam…

14 jam ago

Cyberterrorism: Menelisik Eksistensi dan Gerilya Kaum Radikal di Dunia Daring

Identitas Buku Penulis               : Marsekal Muda TNI (Purn.) Prof. Asep Adang Supriadi Judul Buku        :…

14 jam ago

Meluruskan Konsep Al Wala’ wal Bara’ yang Disimplifikasi Kelompok Radikal

Konsep Al Wala' wal Bara' adalah konsep yang penting dalam pemahaman Islam tentang hubungan antara…

2 hari ago

Ironi Kebebasan Beragama dan Reformulasi Hubungan Agama-Negara dalam Bingkai NKRI

Di media sosial, tengah viral video pembubaran paksa disertai kekerasan yang terjadi pada sekelompok orang…

2 hari ago

Penyelewengan Surat Al-Maidah Ayat 3 dan Korelasinya dengan Semangat Kebangsaan Kita

Konsep negara bangsa sebagai anak kandung modernitas selalu mendapat pertentangan dari kelompok radikal konservatif dalam…

2 hari ago