Categories: Kebangsaan

Melawan Paham Kekerasan Dengan Pendidikan

Paham kekerasan, sekalipun yang berlindung dibalik nama agama, tentu tidak dapat dibenarkan, karenanya paham yang mengarah pada permusuhan dan kehancuran ini harus dilawan. meski demikian, melawan kekerasan tidak bisa dilakukan secara sembarangan; perlu strategi dan pendekatan khusus agar paham tersebut tidak menyebar dan membuat kedamaian buyar. Salah satu tantangan terbesar dalam penanggulangan penyebaran paham kekerasan adalah penentuan starting point atau titik mula, jangan sampai perlawanan terhadap penyebaran paham kekerasan justru dilakukan dengan kekerasan pula.

Paham letaknya ada di pola pikir, karenanya perlawanan  terbaik untuk melumpuhkan pola pikir yang terus-terusan berorientasi pada kekerasan adalah dengan merubah pola pikir tersebut. Salah satunya melalui kontra narasi. Atas dasar itulah pendidikan masih menjadi salah satu strategi utama dalam menghadang laju paham radikal.

Kontra-narasi terhadap paham kekerasan merupakan bidang utama yang hanya bisa ‘digagahi’ oleh pendidikan, sebab pola dan materi ajar yang salah merupakan awal dari muncul dan berkembangnya paham kekerasan, karenanya paham ini hanya bisa dilumpuhkan dengan meng-counter narasi yang salah tersebut.

Belakangan ini isu agama seolah telah menjadi komoditi yang paling sering digunakan untuk menebar paham kekerasan (Istilah yang sering dipakai untuk menyebut hal ini adalah radikalisme), karenanya pendidikan yang berdasarkan pada pemahaman yang baik dan utuh terhadap segala hal terkait agama sangat diperlukan. Dengan menebarkan pemahaman yang baik dan utuh atas agama, masyarakat di segala usia akan semakin percaya bahwa kekerasan bertentangan dengan ajaran dan perintah agama.

Sudah seharusnya bagi kita semua untuk melakukan penguatan pada aspek pendidikan, bahkan pendidikan yang berorientasi pada hilangnya paham dan aksi kekerasan ini harus diberikan sejak tingkat pendidikan yang paling dasar, yakni tingkat taman kanak-kanak (TK). Anak-anak kita harus sejak awal diajari pentingnya menghormati perbedaan dan menjauhkan diri dari segala potensi kekerasan. Mereka harus mulai diajari tentang toleransi, dimana mereka bukan saja harus mengerti arti pentingnya, tetapi juga mampu bersikap toleran terhadap perbedaan.

Bila perlu, pemerintah harus segera merancang pentingnya memasukkan tema toleransi ini menjadi  subyek pembelajaran tersendiri, dengan porsi yang lebih banyak dan aplikatif tentunya. Harapannya tentu agar para siswa mampu meletakkan prinsip-prinsip agama dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

Begitu pentingnya peran pendidikan ini, hingga ia tidak boleh hanya dicukupkan pada tataran kognitif saja, tetapi juga pada tataran afektif. Artinya siswa bukan saja paham arti penting menghindari kekerasan, tetapi juga bersedia untuk secara nyata menolak setiap paham yang membolehkan kekerasan. Kita semua tentu percaya bahwa setiap bentuk kekerasan adalah kejahatan, dan kejahatan tidak akan pernah bisa mengalahkan kebenaran dan kebaikan. Kita bisa melawan paham kekerasan tersebut dengan terus menerus menanamkan serta mempraktekkan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.

Pemerintah sendiri tidak tinggal diam terkait bahaya radikalisme dan terorisme, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), pemerintah hingga kini tidak pernah berhenti membendung laju radikalisme dan terorisme, baik melalui Hard Approach maupun Soft Approach. Dimana pemerintah bukan saja melakukan penegakan hukum terhadap peredaran paham kekerasan, namun juga berusaha semaksimal mungkin untuk membentengi masyarakat dari pengaruh jahat radikalisme dan terorisme.

Brigjen Pol Drs. H. Herwan Chaidir

Direktur perlindungan BNPT, Lulusan Akabri Kepolisian angkatan 1987, PTIK angkatan 31 Thn 1994-1996, Sespimpol angkatan 40 tahun 2004, Lemhannas RI angkatan 47 tahun 2012.

Recent Posts

Zaman Disrupsi dan Bagaimana Pemuda Memaknai Sumpahnya?

Zaman disrupsi telah menjadi babak baru dalam perjalanan umat manusia. Dunia berubah dengan sangat cepat,…

3 hari ago

Resep Pemuda di Era Rasulullah Membangun Persatuan Madinah

Setiap 28 Oktober, bangsa Indonesia mengenang kembali ikrar agung para pemuda dari berbagai penjuru Nusantara…

3 hari ago

Menghayati Elan Kepemudaan, Dari Generasi Pendiam Hingga Generasi Z dan Alfa

Pernah pada suatu masa, mobilitas dan militansi orang tak pernah ditentukan oleh otoritas-otoritas agung, nama-nama…

3 hari ago

Kaum Muda Sebagai Game Changer; Masih Relevankah Sumpah Pemuda bagi Gen Z?

Di peringatan Hari Sumpah Pemuda, Alvara Institute merilis whitepaper hasil riset terhadap generasi Z. Riset…

4 hari ago

Sumpah Pemuda di Medan Juang Metaverse: Menjaga Kedaulatan Digital Menuju Indonesia Emas 2045

Dunia metaverse yang imersif, kecerdasan buatan (AI) yang kian intuitif, dan komunikasi interaktif real-time telah…

4 hari ago

Manusia Metaverse; Masihkah Gen Alpha Butuh Nasionalisme?

Beberapa tahun lalu, gambaran dunia virtual tiga dimensi seperti dalam film Ready Player One hanyalah…

4 hari ago