Narasi

Membangun Demokrasi Indonesia dengan Pendekatan Kebudayaan

Pesta demokrasi yang kita saksikan di Indonesia belakangan ini menunjukkan perkembangan yang signifikan dibandingkan dengan periode lima tahun sebelumnya, khususnya pada tahun 2019. Salah satu aspek yang mencolok adalah berkurangnya sentimen agama dalam dinamika politik. Hal ini menandakan adanya peningkatan kualitas literasi dan pemahaman demokrasi di tengah masyarakat, yang menggambarkan sebuah perjalanan yang semakin matang dalam berdemokrasi. Fenomena ini menunjukkan bahwa situasi politik dan demokrasi di Indonesia senantiasa dinamis, sejalan dengan perubahan sosial dan nilai-nilai masyarakat yang menjadi ciri khas Indonesia.

Penting untuk dicatat bahwa keunikan ini juga mencerminkan budaya dan nilai-nilai yang hidup di dasar sanubari masyarakat Indonesia. Meskipun seringkali tidak mendapat sorotan yang cukup di media-media platform digital dan elektronik, nilai-nilai budaya ini tetap menjadi pilar yang kuat dalam membentuk identitas bangsa. Budaya mengajarkan tentang moralitas, integritas, dan rasa persaudaraan yang menjadi fondasi dalam membangun masyarakat yang harmonis dan beradab.

Namun, pada masa menjelang hari pencoblosan tanggal 14 Februari, netizen masih banyak disibukkan dengan pandangan moralitas yang terus digaungkan, terutama terkait dengan salah satu pasangan calon. Isu moralitas ini menjadi pusat perhatian opini publik, yang terkadang disandingkan dengan aspek hukum. Media, baik tradisional maupun digital, berperan penting dalam mengamplifikasi isu ini, sehingga moralitas seringkali menjadi fokus utama dalam perbincangan publik.

Pendidikan moral dan karakter menjadi hal yang penting untuk diperhatikan lebih lanjut. Program-program yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam Memperkuat Budaya Kampus Melalui Pendidikan Karakter (MBKM) perlu terus digalakkan di kalangan masyarakat. Pendidikan karakter dan moral tidak bisa dipandang sebelah mata, karena hal ini merupakan pondasi utama dalam membentuk kepribadian dan integritas individu, serta masyarakat secara keseluruhan.

Di sisi lain, perbincangan tentang budaya juga menjadi topik menarik dalam konteks ini. Budaya tidak hanya merujuk pada warisan sejarah dan tradisi, tetapi juga mencakup cara pandang dan pemahaman masyarakat terhadap kehidupan. Setelah pemilihan umum, kita dihadapkan pada tugas menatap ke depan dengan belajar dari pengalaman masa lalu. Konsep “Ngumpulake Balung Pisah” menjadi relevan dalam konteks ini, mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam membangun negara yang maju dan berdaya saing.

Pentingnya memahami nilai-nilai tradisi dan budaya dalam konteks perjalanan demokrasi Indonesia juga tidak boleh diabaikan. Budaya mengajarkan kita untuk menghargai keberagaman dan memperkuat rasa persatuan, serta membangun hubungan yang harmonis antarwarga negara. Dalam konteks globalisasi dan perkembangan teknologi, menjaga nilai-nilai budaya menjadi tantangan tersendiri, tetapi juga menjadi modal berharga dalam menjaga identitas dan martabat bangsa.

Sebagai sebuah bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan menjadi panutan dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi yang sehat dan inklusif. Dengan memahami dan menghargai perbedaan, serta membangun dialog yang konstruktif, kita dapat menciptakan lingkungan politik yang berkelanjutan dan berdaya saing. Hal ini tidak hanya akan memperkuat fondasi demokrasi, tetapi juga akan memperkuat kedudukan Indonesia sebagai negara yang bermartabat di mata dunia.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang lebih besar dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat sipil, maupun sektor swasta, untuk terus memperkuat literasi demokrasi, mempromosikan nilai-nilai budaya, dan memperkuat pendidikan moral dan karakter. Hanya dengan upaya bersama, Indonesia dapat terus maju menuju masa depan yang lebih baik, di mana nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan persatuan menjadi landasan utama dalam membangun bangsa yang lebih baik dan berdaya saing.

This post was last modified on 22 Februari 2024 5:00 PM

Septi Lutfiana

Recent Posts

Jaminan Hukum Kebebasan Beragama bisa Menjamin Toleransi?

Indonesia, dengan kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan yang beragam, seharusnya menjadi contoh harmoni antar umat…

21 jam ago

Mencegah Persekusi terhadap Kelompok Minoritas Terulang Lagi

Realitas kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan di Indonesia seharusnya menjadi fondasi untuk memperkaya keberagaman, namun…

21 jam ago

KH. Syukron Makmun: Singa Podium, Pelestari Akidah Ahlussunnah, dan Konter Wahabi

Di tengah ketegangan antarumat Islam akibat ikhtilaf mengenai hukum musik, yang diprakarsai oleh Wahabi dan…

21 jam ago

Gotong Royong: Menangkal Cacat Paham Individualisme Agama

Indonesia berdiri di atas keragaman sebagai salah satu pondasi utamanya. Oleh karena itu, keragaman itu…

21 jam ago

Noktah Hitam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Indonesia Dalam Kacamata Umat Beragama

Situasi kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) di Indonesia saat ini tidak dalam keadaan “baik-baik saja”.…

2 hari ago

Toleransi Bukan Sekedar Menghormati, Tetapi Menjamin Hak yang Berbeda

Egoisme beragama adalah salah satu penghambat dalam membangun harmoni sosial antar umat beragama. Fenomena ini…

2 hari ago