Narasi

Membincang Peran Ulama dalam Paradigma Relasi Agama dan Politik di Indonesia

Ulama memiliki peran penting dalam konteks negara Indonesia, terutama mengingat banyaknya kebijakan negara yang terkait erat dengan aspek keagamaan. Posisi ulama juga sangat terkait dengan paradigma relasi hubungan agama dan negara. Setiap negara tentu mempunyai corak yang berbeda dalam relasi agama dan politik.

Menurut Ali Machsan Moesa, ada tiga paradigma utama yang menggambarkan relasi agama dan politik termasuk dalam peran ulama dalam negara: integratif, simbiotik, dan sekuler. Ketiga paradigma ini, meskipun berbeda, memiliki keunggulan tersendiri dalam konteks masing-masing.

Paradigma integratif melihat ulama sebagai bagian integral dari struktur negara. Dalam model ini, ulama dan institusi negara bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu kesejahteraan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip agama. Di Indonesia, hal ini terlihat dari keterlibatan ulama dalam berbagai institusi pemerintahan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Adanya Kementerian Agama sebagai bentuk rekognisi negara terhadap agama. Banyak kebijakan negara yang mengatur kehidupan umat beragama. Dan banyak pula ulama dan tokoh agama yang terlibat dalam negara.

Paradigma simbiotik menggambarkan hubungan yang saling sinergis antara ulama dan negara. Dalam konteks ini, negara dan agama saling mendukung untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Ulama memainkan peran penting dalam membentuk moral dan etika masyarakat, sementara negara menyediakan kerangka hukum dan kebijakan yang memungkinkan penerapan prinsip-prinsip agama dalam kehidupan sehari-hari.

Di Indonesia, hubungan simbiotik ini tampak dalam berbagai aspek, seperti kebijakan pendidikan agama di sekolah-sekolah negeri dan peraturan yang mengatur perayaan hari-hari besar keagamaan. Hubungan yang saling mendukung ini memastikan bahwa nilai-nilai agama tetap relevan dan diaplikasikan dalam kehidupan bernegara.

Paradigma sekuler, memisahkan agama dan politik. Peran ulama juga berada posisi terpisah dari negara dan kekuasaan. Ulama tetap berperan penting dalam membimbing masyarakat dari aspek moral dan spiritual tanpa campur tangan langsung dalam politik. Agama menjadi ranah pribadi umat beragama yang tidak beririsan dengan negara.

Di Indonesia, ulama tidak bisa dipisahkan dari negara karena banyak kebijakan yang terkait dengan agama. Kebijakan-kebijakan tersebut mencakup berbagai bidang, mulai dari pendidikan, hukum, hingga kebijakan sosial. Misalnya, masuknya semangat dan aturan hukum syariah dalam perundang-undangan dan peraturan di beberapa daerah, pengaturan hari libur keagamaan, dan peran ulama dalam memberikan masukan terhadap legislasi yang berhubungan dengan moral dan etika.

Peran ulama di Indonesia juga meluas ke ranah sosial dan politik, di mana mereka tidak hanya berurusan dengan doktrinal keagamaan, tetapi juga merumuskan bentuk ideologis negara. Hal ini merupakan akibat dari dialog yang intens antara ulama dengan lingkungan sosial, politik, dan budaya masyarakat. Ulama di Indonesia sering terlibat dalam diskusi publik dan memberikan pandangan mereka tentang isu-isu kontemporer, seperti korupsi, hak asasi manusia, dan keadilan sosial.

Salah satu prinsip utama yang mengarahkan hubungan ulama dengan penguasa di Indonesia adalah amar ma’ruf nahi munkar, yang berarti memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dalam kerangka ini, ulama memiliki tanggung jawab untuk mengingatkan penguasa agar tetap berjalan di jalan yang benar dan adil. Mereka berfungsi sebagai pengawas moral yang memastikan bahwa kebijakan dan tindakan pemerintah sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran.

Sebagai contoh, ulama di Indonesia sering kali berbicara menentang korupsi, narkoba, terorisme dan kejahatan lainnya seperti penyalahgunaan kekuasaan. Mereka menggunakan mimbar dan forum-forum publik untuk mengadvokasi transparansi, kejujuran, dan integritas dalam pemerintahan. Dengan demikian, peran ulama tidak hanya terbatas pada bidang keagamaan, tetapi juga mencakup pengawasan sosial dan politik untuk memastikan pemerintahan yang bersih dan berkeadilan.

Peran ulama dalam negara Indonesia sangatlah penting dan tidak dapat dipisahkan dari konteks kebijakan dan politik. Ulama di Indonesia tidak hanya fokus pada aspek doktrinal keagamaan, tetapi juga berperan dalam merumuskan ideologis bangsa melalui dialog dengan lingkungan sosial, politik, dan budaya. Dengan orientasi amar ma’ruf nahi munkar, ulama terus menjaga hubungan yang dinamis dan kritis dengan penguasa, memastikan bahwa prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran selalu ditegakkan dalam kehidupan bernegara.

This post was last modified on 29 Juni 2024 3:15 PM

M Nimah

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago