Narasi

Menahan Diri adalah Ajaran untuk Mengembalikan Fitrah Manusia

Manusia mempunyai potensi besar salah dan lupa. Keburukan, kejelekan dan kerusakan menjadi sangat dekat dengan manusia. Itulah mengapa malaikat dalam cerita penciptaan manusia memprotes Tuhan dengan mengatakan potensi manusia akan menyebabkan kerusakan di muka bumi.

Tuhan tentu saja lebih mengetahui dengan apa yang akan terjadi. Manusia memang memiliki potensi kerusakan dan kejelekan. Tetapi manusia mempunyai cara dalam mengelola potensi itu. Agama menjadi salah satu cara mengembalikan fitrah manusia. Dalam agama, Tuhan memberikan satu ajaran penting agar manusia senantiasa menahan diri.

Sebagaimana dalam perayaan Hari Raya Nyepi di Bali, umat Hindu menjalankan tradisi berdiam diri di rumah. Pada hari tersebut, hampir tidak ada aktivitas yang dilakukan di pulau ini, kecuali rumah sakit yang tetap beroperasi. Di sisi lain, umat Islam merayakan bulan suci Ramadan dengan cara menahan untuk tidak makan dan minum dari fajar hingga matahari terbenam.

Memang berbeda dengan Nyepi yang dijalankan dalam keheningan, ibadah dan perayaan Ramadan seringkali berlangsung tanpa henti, terutama di malam hari dengan shalat tarawih dan tadarus Al-Quran. Tetapi dua ajaran agama tersebut mengajarkan untuk menahan diri. Nyepi dan Puasa mengajarkan bagaimana manusia mengelola ego, kemauan dan kehendak.

Kerusakan umat manusia adalah dimulai dengan mereka tidak bisa mengelola keinginan mereka. Merasa dirinya lebih berhak dan lebih benar dari yang lain. Manusia menjadi superior di hadapan yang lain. Padahal ketika manusia menjadi lapar dan haus, membuktikan sesungguhnya manusia itu lemah. Manusia sangat tergantung kepada makanan. Jika manusia itu lemah buat apa mereka merasa diri sombong terhadap yang lain.

Nyepi mempraktikkan larangan beraktivitas dan menjaga keheningan sebagai bagian dari ibadah. Memberikan pelajaran penting agar manusia berefleksi dan intropeksi diri atas sikap dan perilaku terhadap alam dan sekitarnya. Umat Muslim menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas lain selama bulan puasa dan terpenting menahan nafsu dan ego.

Menahan diri pada akhirnya akan mengajarkan pada sikap saling menghormati dan tidak menggangu. Meningkatkan pemahaman antarumat beragama menjadi kunci dalam memperkuat toleransi. Sikap toleransi dan saling menghormati membutuhkan sikap kepedulian terhadap yang lain. Semuanya sama-sama menyadari bahwa perbedaan adalah pilihan dari berbagai jalan dengan tujuan yang sama.

Tidak perlu ada yang diributkan dari perbedaan dalam beragama. Semua jalan peradaban memberikan cara yang berbeda bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan. Jalan kebahagiaan itu dimulai dengan cara manusia belajar menahan diri dari berbagai hal yang dapat merusak.

Esensi agama adalah sebagai jalan kebahagiaan. Dan menahan diri yang terdapat dalam semua agama adalah ajaran untuk mencapai kebahagiaan dengan cara menyingkirkan ego, nafsu dan kepentingan diri yang dapat merusak diri dan orang lain. Selamat Merayakan Nyepi bagi Umat Hindu dan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa bagi Seluruh Umat Islam.

Septi Lutfiana

Recent Posts

Disintegritas Khilafah dan Inkonsistensi Politik Kaum Kanan

Pencabutan izin terhadap Hizbut Tahrir Indonesia dan Front Pembela Islam ternyata tidak serta merta meredam propaganda khilafah dan wacana…

7 menit ago

Kritik Kebudayaan di Tengah Pluralisasi dan Multikulturalisasi yang Murah Meriah

Filsafat adalah sebuah disiplin ilmu yang konon mampu menciptakan pribadi-pribadi yang terkesan “songong.” Tempatkan, seumpamanya,…

2 jam ago

Spirit Kenaikan Isa Al Masih dalam Menyinari Umat dengan Cinta-Kasih dan Perdamaian

Pada Kamis 9 Mei 2024, diperingati hari Kenaikan Isa Al Masih. Yakni momentum suci di…

2 jam ago

Pembubaran Doa Rosario: Etika Sosial atau Egoisme Beragama?

Sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) yang sedang berdoa Rosario dibubarkan paksa oleh massa yang diduga diprovokasi…

1 hari ago

Pasang Surut Relasi Komitmen Kebangsaan dan Keagamaan

Perdebatan mengenai relasi antara komitmen kebangsaan dan keagamaan telah menjadi inti perdebatan yang berkelanjutan dalam…

1 hari ago

Cyberterrorism: Menelisik Eksistensi dan Gerilya Kaum Radikal di Dunia Daring

Identitas Buku Penulis               : Marsekal Muda TNI (Purn.) Prof. Asep Adang Supriadi Judul Buku        :…

1 hari ago