Categories: Narasi

Mencari Ilmu Manfaat

Menuntut ilmu adalah kewajiban semua manusia, karena dengan ilmu manusia dapat mengetahui dan mengembangkan berbagai hal yang nantinya dapat bermanfaat dalam kehidupan. Meski demikian, menuntut ilmu harus selalu dibarengi dengan nurani yang bersih, yang akan menuntun si pencari ilmu untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan menggunakan ilmu yang telah mereka peroleh hanya untuk tujuan kebaikan.

Sesuatu yang paling berhaga dari ilmu adalah manfaatnya, bukan banyaknya. Hal ini berarti terdapat pula keharusan untuk memastikan bahwa ilmu yang dipelajari adalah sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan peradaban manusia. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mengantar pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah berdoa, “Allahumma inni as’aluka ‘ilman nafi’an, wa a’udzu bika min ‘ilmin la yanfa’” (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat dan aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat). (HR. Ibn Hibban).

Tradisi keilmuan Islam membuktikan penekanan paling utama keilmuan terletak pada sisi kualitas, bukan hanya kuantitas. Imam al-Ghazali misalnya, menekankan pentingnya sisi manfaat dari sebuah ilmu, karena ilmu tanpa manfaat adalah sesuatu yang berbahaya. Ilmu jenis ini hanya akan menyibukkan manusia untuk terus menerus berkutat pada kepentingan duniawi, cenderung lalai terhadap amal baik yang akan menjadi bekal di akhirat kelak.

Dalam karya masterpiece-nya al-Ghazalli memastikan ilmu tanpa manfaat pada hakikatnya adalah kebodohan dan sumber kerusakan yang akan terjadi pada alam. Menurut al-Ghazali, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membuahkan ketaatan terhadap perintah Allah dan mencegah maksiat kepada-Nya. Alquran juga telah menegaskan bahwa orang-orang yang berilmu adalah mereka yang takwa kepada Allah (QS. Fathir: 28).

Al-Ghazali lantas merumuskan konsep ilmu yang bermanfaat lengkap dengan indikator-indikatornya. Dalam karyanya yang lain, Bidayah al-Hidayah, ia menjelaskan:

Ilmu yang bermanfaat adalah Ilmu yang membuatmu semakin takut kepada Allah, membuat mata hatimu semakin tajam terhadap aib-aibmu, menambah ma’rifatmu dengan menyembah-Nya, mengurangi keinginanmu terhadap dunia, menambah keinginanmu terhadap akhirat, membuka mata hatimu tentang rusaknya segala amalmu sehingga engkau menjaga diri dari kerusakan itu, dan membuatmu teliti terhadap perangkap dan tipu daya setan

Salah satu godaan paling berat bagi para pencari ilmu adalah sikap riya’. Seringkali seseorang yang telah belajar banyak hal terjerumus pada sifat riya’ dengan menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya. Karenanya al-Ghazali mengingatkan untuk selalu membuka mata hati terhadap aib diri sendiri, sebab seseorang yang merasa bebas dari aib adalah orang yang bodoh terhadap dirinya sendiri, dan hal itu sesungguhnya adalah aib yang terbesar.

Ia juga menjelaskan bahwa ilmu yang bermanfaat akan menuntun seseorang untuk semakin mengenal dan mencintai Allah, yang ditunjukkan dengan rajin melakukan ibadah dan beramal baik. Dalam pemikiran Islam, ilmu dan amal adalah satu entitas, namun sesuatu tidak akan disebut amal jika tidak ada ilmunya. Oleh karenanya menuntut ilmu harus dimaksudkan sebagai usaha awal untuk melakukan semakin banyak amal baik dikemudian hari.

This post was last modified on 16 Juni 2015 2:00 PM

Khoirul Anam

Alumni Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS), UGM Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Salafiyah Syafiyah, Sukorejo, Situbondo, Jatim dan Ponpes al Asyariah, kalibeber, Wonosobo, Jateng. Aktif menulis untuk tema perdamaian, deradikalisasi, dan agama. Tinggal di @anam_tujuh

Recent Posts

Cara Islam Menyelesaikan Konflik: Bukan dengan Persekusi, tapi dengan Cara Tabayun dan Musyawarah

Konflik adalah bagian yang tak terelakkan dari kehidupan manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan, keyakinan, dan bahkan…

19 jam ago

Beragama dalam Ketakutan: Antara Narasi Kristenisasi dan Persekusi

Dua kasus ketegangan umat beragama baik yang terjadi di Rumah Doa di Padang Kota dan…

20 jam ago

Bukti Nabi Sangat Menjaga Nyawa Manusia!

Banyak yang berbicara tentang jihad dan syahid dengan semangat yang menggebu, seolah-olah Islam adalah agama…

20 jam ago

Kekerasan Performatif; Orkestrasi Propaganda Kebencian di Ruang Publik Digital

Dalam waktu yang nyaris bersamaan, terjadi aksi kekerasan berlatar isu agama. Di Sukabumi, kegiatan retret…

2 hari ago

Mengapa Ormas Radikal adalah Musuk Invisible Kebhinekaan?

Ormas radikal bisa menjadi faktor yang memperkeruh harmoni kehidupan berbangsa serta menggerogoti spirit kebhinekaan. Dan…

2 hari ago

Dari Teologi Hakimiyah ke Doktrin Istisyhad; Membongkar Propaganda Kekerasan Kaum Radikal

Propaganda kekerasan berbasis agama seolah tidak pernah surut mewarnai linimasa media sosial kita. Gejolak keamanan…

2 hari ago