Narasi

Mengaplikasikan Zakat Fitrah sebagai Kerukunan Bersosial

Pada makna sederhananya zakat merupakan salah satu media untuk berbagi dengan sesama. Memberikan sebagian harta yang dimiliki untuk orang-orang yang lebih membutuhkan. Atau bisa diartikan sebagai media untuk tolong –menolong, mempererat tali silaturahmi dengan memberikan barang yang dimilikinya.

Dalam Islam zakat seringkali diartikan sebagai salah satu pemerataan ekonomi. Hal ini dikarenakan zakat seringkali dijadikan sebagai salah satu implementasi keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Dalam rukun Islam sendiri zakat di tempatkan pada poin ke tiga, di mana seseorang yang memiliki rezeki yang lebih, maka dirinya harus memberikan zakat sekitar 2,5% untuk orang yang membutuhkan.

Berangkat dari sinilah, kemudian lahir sebuah konsep pemerataan sosial. Ada konsep keadilan yang diberikan oleh orang-orang yang senantiasa berzakat. Karena, dirinya memahami betul, bagaimana keadaan orang-orang yang ada di bawahnya tersebut (orang-orang yang membutuhkan zakat). Di lain sisi zakat ini juga menjadi kewajiban untuk dirinya, sebagai prinsip keyakinan keagamaan. Di mana membayar zakat adalah bagian dari manifestasi keyakinan agamanya.

Zakat sebagai alternatif untuk membangun kerukunan, hidup berdampingan dan mempererat persaudaraan. Pada titik tertentu akan menumbuhkan interaksi yang baik, dan membangun pendekatan yang awalnya biasa, akan menjadi seperti sistem persaudaraan.

Hal-hal sederhana, seperti saling memberi zakat bisa kita lihat ketika orang Islam merayakan hari kemenangan, ataupun merayakan hari raya Idul Fitri. Dari malam takbir sampai dengan sebelum melakukan shalat Idul Fitri, setiap orang akan melakukan zakat. Dan zakat itu seringkali disebut dengan zakat fitrah.

Dari sinilah kemudian tumbuh interaksi-interaksi yang membangun seseorang untuk senantiasa hidup rukun perdamaian. Senyum-senyum kebahagiaan akan senantiasa terlihat dengan apa adanya, hingga cerita-cerita sederhana yang akan mengakrabkan orang yang berzakat dan yang memberikan zakat. Tidak hanya itu, buih-buih kasih sayang pastinya juga akan tertanam. Dirinya akan benar-benar memahami betapa pentingnya memberi dan berbagi untuk sesama.

Kenyataannya memang demikian, hidup akan terasa indah apabila kita senantiasa berbagi dengan sesama. Bahkan, pepatah sendiri mengatakan, setiap kemarahan akan terhapuskan dengan adanya senyum yang tulus dari hati. Dengan kata lain berbagilah meskipun itu hanya sebuah senyuman. Karena berangkat dari senyuman itulah, maka tidak menutup kemungkinan akan tumbuh perdamaian, kerukunan dan kesejahteraan.

Sudah seharusnya zakat dijadikan sebuah media untuk menciptakan perdamaian yang sehat. Perdamaian yang bisa dijadikan akar untuk mempererat jalinan kasih, uluran tangan untuk berbagi dengan sesama. Sebuah perdamaian yang bisa mengantarkan seseorang untuk saling mencintai. Agar seseorang bisa mengerti bagaimana dicintai oleh orang lain.

Zakat-mu yang akan menentukan kebahagiaanmu. Karena dengan berzakat sudah menunjukkan cinta kita terhadap tetangga, teman, dan orang-orang yang ada di sekitar. Untuk itu, janganlah merasa kehilangan dengan apa yang telah di zakat-kan. Karena sejatinya, sesuatu yang diberikan orang untuk sebuah kebaikan. Maka, akan ada kebaikan yang lebih besar untuk pemberinya.

Menjaga Perdamaian Melalui Zakat Fitrah

Bagi mereka yang senantiasa berbagi, atau berzakat fitrah, akan senantiasa mendapatkan ketenangan dalam hidupnya. Selain mendapatkan ketenangan ruhani, seseorang juga akan senantiasa mendapatkan kesenangan dalam jasmani. Hidupnya akan dikelilingi dengan kebahagiaan-kebahagiaan yang tidak dirasakan oleh orang lain, terkhusus bagi mereka yang tidak berzakat.

Sebagaimana yang dibahas dalam buku-buku Islam yang menyinggung soal zakat. Pasti di dalamnya, ada sebuah kaidah kebaikan yang mengajak seseorang untuk menyuarakan zakat sebagai media untuk bersosialisasi dan membangun kerukunan bersama, hingga terbentuklah perdamaian yang hakiki. Perdamaian yang lahir dari hari dan aplikasikan sesuai dengan jalan kebaikan yang ada.

Untuk itu, sudah seharusnya zakat fitrah dijadikan sebuah wadah untuk menampung aspirasi dalam membangun masyarakat yang berjiwa sosial, peduli terhadap orang lain, dan senantiasa mencintai dan mengasihi. Karena setiap kebencian tidak akan menemukan titik kebahagiaan, kecuali ia kembali pada jalan mencintai itu. Zakat-lah agar diri kita memahami pentingnya menghargai dan mencintai sesama.

Suroso

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

3 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

3 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

3 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago