Narasi

Menggagas Kurikulum Anti Radikalisme

Ribuan perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta telah mendeklarasikan diri sebagai perguruan tinggi yang anti radikalisme. Deklarasi ini dilaksanakan di Bali pada September 2017, dengan mengusung penguatan ideologi Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Deklarasi ini dilaksanakan sebagai respon dari gejala-gejala radikalisasi yang menyasar civitas akademika di berbagai perguruan tinggi Indonesia. Radikalisasi ini sangat mengancam stabilitas pendidikan di perguruan tinggi, pasalnya radikalisasi hanya akan membuat civitas akademika antipati terhadap negara dan anti sosial.

Ada deklarasi seharusnya ada langkah-langkah implementasi anti radikalisme di perguruan tinggi. Sebelum mengimplementasikan gagasan-gagasan anti radikalisme lainnya, sebaiknya gagasan kurikulum anti radikalisme harus dikembangan dan diseriusi oleh akademisi dan praktisi pendidikan tinggi. Gagasan kurikulum anti radikalisme hari ini masih asing di telinga akademisi dan praktisi pendidikan, karena gagasan ini termasuk baru dalam ranah kurikulum pendidikan.

Ini artinya gagasan mengenai kurikulum anti radikalisme masih belum mendapatkan porsi keseriusan dalam penyusunan dan pengimplementasiannya. Padahal kurikulum pendidikan anti radikalisme menjadi salah satu komponen dari sistem pendidikan Indonesia yang juga  dapat menentukan proses pembelajaran dan menentukan profil lulusan. Adanya kurikulum anti radikalisme ini sangat dibutuhkan di era kontemporer ini, untuk mengarahkan pembelajaran dan lulusan yang anti radikalisme.

Kurikulum pendidikan anti radikalisme ini dianggap penting di zaman now, karena beberapa hal, yaitu pertama peran perguruan tinggi yang sentral dalam menentukan arah pendidikan di Indonesia. Kedua, adanya radikalisasi di perguruan tinggi perlu diperhatikan dengan memperkuat sistem pendidikan.  Ketiga, mendinamiskan pembelajaran agar mahasiswa dapat menghayati nilai-nilai negara dan agama. Keempat, sebagai tindak lanjut dari program pencegahan dan penanggulangan radikalisme dari program pemerintah. Kelima, menetapkan roadmap profil lulusan perguruan tinggi agar menjadi lulusan yang anti radikalisme. Keenam mengarahkan lulusan agar menjadi aktor dan kontrol dari gejala-gejala radikalisasi di berbagai jenjang serta jenis pendidikan.

Dari Gagasan ke Implementasi

Perguruan tinggi sebagai gerbong ilmu pengetahuan harus menjadi lembaga terdepan dalam menyuarakan gagasan ini, agar pendidikan di Indonesia dapat terarah dan meluluskan para sarjana, magisetar, dan doktor yang bebas dari radikalisme. Kebutuhan pada kurikulum anti radikalisme dalam dunia pendidikan sudah tidak dielakkan lagi. Kurikulum pendidikan ini jangan hanya sampai pada gagasan, tetapi juga harus disusun secara serius oleh para akademisi dan praktisi.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk menyeriusi kurikulum pendidikan anti radikalisme, yaitu pertama mendesain kembali kurikulum pendidikan yang berciri khas anti radikalisme. Kedua, menyeriusi dan memperkaya nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan agama dalam kurikulum yang sudah ada saat ini. Dengan dua hal ini, para akademisi dan praktisi dapat mengimplementasikan dengan baik kurikulum pendidikan di perguruan tinggi. Harapannya ialah, perguruan tinggi bersih dari radikalisme sekaligus menjadi aktor dari gerakan pencegahan dan penanggulangan radikalisme.

This post was last modified on 22 November 2017 9:04 AM

Arief Rifkiawan Hamzah

Menyelesaikan pendidikan jenjang magister di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Al-Hikmah 1 Benda, Sirampog, Brebes dan Ponpes Darul Falah Pare, Kediri. Saat ini ia sebagai Tutor di Universitas Terbuka.

Recent Posts

Agama dan Kehidupan

“Allah,” ucap seorang anak di sela-sela keasyikannya berlari dan berbicara sebagai sebentuk aktifitas kemanusiaan yang…

2 hari ago

Mengenalkan Kesalehan Digital bagi Anak: Ikhtiar Baru dalam Beragama

Di era digital, anak-anak tumbuh di tengah derasnya arus informasi, media sosial, dan interaksi virtual…

2 hari ago

Membangun Generasi yang Damai Sejak Dini

Di tengah perkembangan zaman yang serba digital, kita tidak bisa lagi menutup mata terhadap ancaman…

2 hari ago

Rekonstruksi Budaya Digital: Mengapa Budaya Ramah Tidak Bisa Membentuk Keadaban Digital?

Perkembangan digital telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, terutama pada masa remaja. Fase ini kerap…

3 hari ago

Estafet Moderasi Beragama; Dilema Mendidik Generasi Alpha di Tengah Disrupsi dan Turbulensi Global

Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka tidak hidup di zamanmu. Kutipan masyhur dari Sayyidina…

3 hari ago

Digitalisasi Moderasi Beragama: Instrumen Melindungi Anak dari Kebencian

Di era digital yang terus berkembang, anak-anak semakin terpapar pada berbagai informasi, termasuk yang bersifat…

3 hari ago