Narasi

Mengisi Kemerdekaan 4.0, Sterilisasi Dunia Maya dari Radikalisme-Terorisme

Tujuh dekade lebih tonggak awal sejarah negara Indonesia ditancapkan dan diproklamasikan. Gegap gempita kemerdekaan kala itu, terdengar bergemuruh Indonesia merdeka, berdaulat, dan terbebas dari belenggu penjajahan. Dan tahun ini, Indonesia genap menapaki tangga titian yang ke-78 Indonesia merdeka. Di usianya yang semakin matang ini, Indonesia terus tumbuh berbenah meski bergelut dengan berbagai problem bangsa, termasuk lepas dari belenggu radikalisme dan doktrin terorisme di dunia maya seperti hoax, konten-konten anti-Pancasila, dan narasi provokasi.

Beberapa fase telah kita lewati, mulai dari Orde Lama, Orde baru, hingga Orde Reformasi. Pastinya, dengan beragam kendala dan tantangan yang berbeda-beda. Dalam mengisi kemerdekaan Indonesia ini juga patut mengikuti denyut nadi perubahan zaman. Oleh karenanya, bangsa ini harus terus menerus berjuang dalam rangka menjadi Indonesia seutuhnya. Adapun yang dimaksud Indonesia seutuhnya, ialah menjadi satu nusa, satu bangsa, serta satu bahasa kita, yakni Indonesia. Menjadi Indonesia ialah menjadi kesatuan di dalam perbedaan; toleran dalam keragaman; dan juga damai dalam kebhinnekaan. 

Kita juga harus menyadari bahwa kemerdekaan itu bukanlah akhir dari perjuangan. Kemerdekaan, tidak lain merupakan tonggak awal perjuangan bangsa Indonesia, dalam menata negara melalui pembangunan. Kemerdekaan ini harus kita syukuri, kemudian kita rawat, dan kita isi. Di era digital ini juga kiranya patut mengisi kemerdekaan di ruang-ruang maya. Berbagai bentuk radikalisme dan doktrin terorisme wajib kita perangi. Spirit kemerdekaan harus kita gelorakan di jagat maya melalui konten-konten positif penggugah kesadaran nasionalisme, energi persatuan dan kesatuan bangsa, serta menangkal segala bentuk radikalisme, doktrin terorisme, dan turunannya yang ada di ruang digital seperti hoax dan ujaran kebencian. Karenanya kita harus menjadi generasi cerdas digital natives

Demikian juga, semangat juang para pahlawan, para pejuang kemerdekaan, dan pendiri bangsa (founding father) harus senantiasa kita kobarkan di manapun kita berada, termasuk di dunia maya. Nilai-nilai keteladanan dan semangat juang para pahlawan patut dita kampanyekan lewat internet dan media sosial. Artinya, para generasi muda yang sekarang ini digempur oleh budaya bangsa lain bahkan menyasar pada idolanya seperti K-Pop, sepatutnya sadar bahwa kita punya banyak idola bangsa para pahlawan kemerdekaan. Merekalah yang harus kita teladani. 

Sebenarnya, salah satu kunci penting dalam mengisi kemerdekaan di dunia maya yaitu bagaimana menebar konten positif ujaran kasih sayang pemersatu bangsa, mengubur konten negatif seperti provokasi, hoax, dan ujaran kebencian (hate speech). Tanpa itu, kita akan sangat sulit mengatasi berbagai persoalan bangsa pasca-kemerdekaan yang kian pelik. Seperti halnya pepatah mengatakan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Pun demikian dalam mengisi kemerdekaan. Kita harus eratkan ukhuwah dan satukan langkah, termasuk dalam berinteraksi di dunia maya. Dalam mengisi kemerdekaan ini, kita juga harus memegang teguh empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. 

Kita tentu tidak ingin, spirit bangsa untuk senantiasa merawat dan mengisi kemerdekaan serta menjaga kebhinnekaan memudar atau bahkan terkoyak hanya karena egoisme kelompok, sikap intoleransi, dan permusuhan yang ada di dalam masyarakat. Oleh karenanya, dibutuhkan kesadaran nasional dalam meneruskan estafet perjuangan serta perang melawan berbagai bentuk tindakan anti-Pancasila. Generasi milenial yang mayoritas adalah digital natives harus kreatif dalam mengisi kemerdekaan di jagat maya. 

Harapannya dengan kita mengisi kemerdekaan baik di dunia nyata maupun di jagat maya kita akan terbebas dari berbagai kungkungan radikalisme yang saat ini sudah menjelma ke berbagai bentuk seperti hoax, konten anti-Pancasila, kelas-kelas online radikalisme, ujaran kebencian, dan lain sebagainya. Dengan menjadi bangsa Indonesia yang merdeka dari radikalisme itu semua, kita akan optimis menyongsong terus melaju untuk Indonesia maju. Merdeka! Merdeka! Merdeka!

This post was last modified on 18 Agustus 2023 3:06 PM

Suwanto

Penulis merupakan Peneliti Multiple-Representation Learning di PPs Pend.Kimia UNY, Interdisciplinary Islamic Studies di Fak. Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, dan Culture Studies di UGM

Recent Posts

Membumikan Hubbul Wathan di Tengah Ancaman Ideologi Transnasional

Peringatan hari kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus bukan hanya sekadar momen untuk mengenang sejarah perjuangan…

3 hari ago

Tafsir Kemerdekaan; Reimajinasi Keindonesiaan di Tengah Arus Transnasionalisasi Destruktif

Kemerdekaan itu lahir dari imajinasi. Ketika sekumpulan manusia terjajah membayangkan kebebasan, lahirlah gerakan revolusi. Ketika…

3 hari ago

Dari Iman Memancar Nasionalisme : Spirit Hubbul Wathan Minal Iman di Tengah Krisis Kebangsaan

Ada istilah indah yang lahir dari rahim perjuangan bangsa dan pesantren nusantara: hubbul wathan minal iman —…

4 hari ago

Merayakan Kemerdekaan, Menghidupkan Memori, Merajut Dialog

Setiap Agustus, lanskap Indonesia berubah. Merah putih berkibar di setiap sudut, dari gang sempit perkotaan…

4 hari ago

Menghadapi Propaganda Trans-Nasional dalam Mewujudkan Indonesia Bersatu

Sebagai bangsa yang beragam, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan persatuan di tengah globalisasi dan…

4 hari ago

Penjajahan Mental dan Ideologis: Ujian dan Tantangan Kedaulatan dan Persatuan Indonesia

Indonesia, sebagai negara yang merdeka sejak 17 Agustus 1945, telah melalui perjalanan panjang penuh tantangan.…

4 hari ago