Narasi

Mengukuhkan Solidaritas Asia, menciptakan Jembatan Perdamaian untuk Bangsa-Bangsa

Perdamaian menjadi nilai utama dalam setiap kehidupan. Dengan sikap damai, seseorang akan mengerti pentingnya kebersamaan, menjaga, dan juga melindungi. Dari situ kemudian seseorang akan diantarkan menuju gerbang kerukunan dan selalu mengutamakan sikap cinta damai.

Pada kesempatan kali ini, negara Indonesia menjadi tuan rumah dalam panggung Asian Games. Yang merupakan sebuah perhelatan/perlombaan untuk mengajak bangsa-bangsa Asia untuk bersatu, menunjukkan sebuah perdamaian yang nyata. Kita bersaing untuk mengharumkan nama bangsa serta menemukan pengalaman baru.

Selain itu, ini juga menjadi salah satu cara terbaik untuk mengukuhkan persaudaraan. Di mana ada bermacam suku, bahasa, dan bangsa yang datang di negeri ini. Menjadi tamu, lawan untuk bermain, hingga menjadi saudara. Hingga pada titik tertentu, acara ini mengajarkan kepada seluruh manusia untuk saling menghargai dan sikap saling menerima.

Misalnya, dalam sebuah game ini, apabila ada yang kalah maka yang menang akan merangkul untuk menguatkan agar bangkit kembali. Dan yang kalah juga harus terima dengan lapang dada, serta memberikan selamat kepada pemenangnya. Ini adalah salah satu hal sederhana yang mengajarkan perdamaian dalam Asian Games. Karena dengan sikap yang demikian, seseorang akan bisa mengerti pentingnya kebersamaan dan sikap saling mencintai, meskipun tidak sebangsa.

Dalam hal ini, solidaritas kerukunan keagamaan juga ditekankan dengan baik. Ada Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan juga Konghucu mampu berdampingan untuk menebar senyum kebersamaan. Hingga, itu menjadi modal penting untuk menunjukkan negara Asia kaya dengan keragaman.  Meskipun banyak perbedaan, tapi masih selalu menegakkan kerukunan.

Inilah yang kemudian menjadi nilai tambah bagi negara tersebut. Bagaimana seluruh masyarakat diajarkan untuk menjunjung nilai-nilai kerukunan sejak dini. Masyarakat diberikan sebuah energi untuk tumbuh menjadi orang yang berguna kepada orang lain, dengan sikap saling menghargainya. Hingga semua orang akan paham, menjadi manusia yang selalu menjunjung nilai-nilai perdamaian yang ada.

Untuk sudah seharusnya kita bersama-sama merayakan hari yang membahagiakan ini. Karena perkumpulan yang penuh dengan keakraban ini sangat sulit untuk kita jumpai. Di mana kita diajarkan untuk bersaing, tetapi kita juga diajarkan untuk merangkul. Sebab, ini adalah sebuah perlombaan yang mengajak setiap insan yang mengikuti harus memiliki jiwa yang nasionalis, tetapi juga memiliki nurani untuk mengenal arti kemanusiaan.

Membangun sebuah kerukunan adalah kewajiban setiap orang. Bangsa akan menjadi indah, apabila masyarakatnya mau berbaur dan ringan tangan untuk membantu. Karena sikap tolong-menolong mengajarkan kepada setiap orang untuk berdiri dengan tegas untuk sebuah kebaikan. Di mana ia akan senantiasa menyuarakan sebuah kebaikan. Sebuah tindakan yang bisa berguna untuk orang-orang ang ada di sekitarnya.

Menjadikan Kebersamaan sebagai Simbol Perdamaian

Kebersamaan ini, akan menjadi sejarah sekaligus hal yang akan tertular kepada generasi selanjutnya. Apabila hal ini memberikan dampak positif kepada generasi-generasi kecil, pertemuan yang akan datang ia juga akan memberikan yang terbaik untuk bangsa. Inilah yang seharusnya tertanam dalam diri setiap orang. Bahwasanya sikap nasionalisme akan mengantarkan perdamaian bagi setiap orang.

Banyak cara untuk menyuarakan perdamaian, tetapi amat sedikit mereka yang dengan ikhlas untuk menyuarakannya. Hanya dengan senyum sebenarnya masyarakat bisa menyuarakan perdamaian. Karena melalui senyum tersebut seseorang diajarkan untuk sikap menyapa, mengenal, dan bentuk cinta terhadap sesama.

Kuatkan kebersamaan sejak dini, ajarkan anak-anak untuk mengenal dunia luar. Agar ketika tumbuh dewasa dirinya mengerti pentingnya toleransi. Selain itu, ia juga akan bisa mengerti pentingnya nasionalisme. Hingga nilai-nilai kerukunan akan tersampaikan dengan baiknya.

Sudah seharusnya, ini menjadi pendidikan kita bersama. Dengan mengajarkan nilai kebersamaan sejak dini. Maka akan menumbuhkan energi cinta dan mencintai antara sesama manusia, tidak hanya dalam golongannya sendiri. Sebab, di negeri ini teramat banyak perbedaan yang butuh cinta, agar senantiasa terjaga keindahannya.

Sudiyantoro

Penulis adalah Penikmat Buku dan Pegiat Literasi Asli Rembang

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

1 hari ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago