Narasi

Asian Games dan Semangat Persaudaraan

18 Agustus 2018 menjadi momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena pada tanggal ini, secara resmi pesta olahraga terakbar se-Asia dibuka. Ini artinya, Indonesia, untuk kedua kalinya dipercaya masyarakat Asia menjadi tuan rumah. Menjadi tuan rumah kompetisi di ranah Asia bukanlah sesuatu yang mudah, terlebih kawasan Asia ini memiliki banyak keragaman, baik dari segi agama, ras, budaya dan politik. Namun, kita harus yakin seyakin-yakinnya bahwa Asian Games 2018 di Indonesia ini menjadi bukti bahwa perbedaan itu adalah sumber kekuatan dan menjadi dasar hidup harmonis.

Perhelatan akbar Asia yang berlangsung pada tanggal 18 Agustus sampai 2 September 2018 di Jakarta dan Palembang ini, sekali lagi, juga harus dijadikan sebagai bukti bahwa perbedaan bukan menjadi alasan untuk bertengkar, saling sikut, menjatuhkan dan lain sejenisnya, melainkan harus dijadikan sebagai alasan untuk mempererat tali persaudaraan lintas negara sehingga melahirkan sinergitas, harmoni dan kebersamaan yang diliputi oleh kasih sayang.

Dalam Asian Games, dikenal dengan istilah atau jargon “tiada hari tanpa kompetisi/medali emas.” Jargon ini menjadi pegangan utama setiap atlet yang berlaga dalam setiap lomba.

Bisa dibayangkan bahwa aura “rivalitas” pasti sangat kental. Meskipun demikian, tak lantas dijadikan sebagai alasan untuk tak saling sapa dan kenal. Justru dari momentum inilah, mereka belajar arti persaudaraan yang sesungguhnya.

Spirit Persaudaraan

Spirit persaudaraan dalam perhelatan Asian Games sangat kentara dan ada di mana-mana. Salah satunya terlihat dalam official song Asian Games, Meraih Bintang. Theme Song Asian Games 2018 yang dinyanyikan oleh pedangdut yang lagi nge-hits, Via Valen, ini menyimpan sejuta makna, khususnya bagi persaudaraan.

Pertama, solidaritas. Solidaritas merupakan pra-sayarat terciptanya sebuah keharmonisan. Asian Games bukan soal meraih medali mas. Lebih dari itu adalah menggalang solidaritas antar atlet, bahkan antar negara anggota Asian Games. Tak ayal jika Official Song Asian Games 2018 menekankan pada menunjung tinggi solidaritas, seperti dalam lirik:“kalau memang berprestasi/kalau kalah jangan frustasi/kalah-memang solidaritas.

Dari solidaritas inilah nantinya akan melahirkan sebuah hubungan emosional maupun sosial sampai di luar laga, bahkan juga di luar agenda Asian Games. Tentu semua ini bisa terjadi jika solidaritas dalam setiap kompetisi benar-benar dijunjung tinggi.

Kedua, sportifitas. Siap menang, siap kalah adalah jargon yang tak boleh diabaikan oleh para atlet dan pihak yang terlibat dalam Asian Games 2018. Selain sudah ditegaskan dalam theme song, sportifitas juga menjadi tujuan utama dalam menjalankan permainan. Meskipun terkadang sportifitas itu menyakitkan, namun tetap harus dipegang teguh. Karena sportifitas bukan semata-mata soal-kalah atau menang, melainkan bagaimana menjunjung tinggi etika dan moral. Menang tetapi dengan cara tak sportis sama saja cacat. Oleh sebab itu, kemenangan sejati harus menjunjung tinggi sportifitas; tetap rendah hati, lapang dada, menampilkan yang terbaik, tak saling menjatuhkan, apalagi mencederai lawan.

Sikap sportis; menerima hasil dengan lapan dada, merupakan pemupuk persaudaraan. Inilah raihan paling berharga daripada sekedar medali emas. Tentu sangat tak ada gunanya meraih medali emas namun tak diraih dengan sportif dan menegasikan persaudaraan. Dan kita bangga sekaligus bahagia karena hampir semua atlet ketika usai bertanding melakukan pelukan dan jabat tangan.

Ketiga, kebersamaan. Secara umum, theme song Asian Games 2018 hendak memantik semangat para atletik yang berkompetisi dalam ajang olah raga terbesar di Asia. Namun jika ditelisik lebih dalam, lagu ini juga mengandung semangat kebersamaan. Hal ini terlihat dari lirik demi lirik yang syarat dengan nilai-nilai agung nan positif yang muaranya adalah mempererat kebersamaan dalam sebuah perbedaan.

Semnagat persaudaraan dalam Asian Games sesungguhnya tak terbatas pada lirik demi lirik dalam Official Song, namun juga tercermin melalui berbagai jenis lomba; seperti sepak bola dan lain sebagainya. Dalam suatu kesempatan, supporter Indonesia membuat koreografi untuk Palestina. Koreografi tersebut memiliki makna bahwa Palestina adalah saudara kita. Ini hanya satu contoh saja dari sekian banyak contoh lainnya.

Dari sini menyadarkan kita semua bahwa Asian Games bukan semata-mata soal bagaimana meraih medali, namun memberikan pelajaran luar biasa, yakni menjalin persaudaraan dan persatuan di tengah tajamnya perbedaan antar anggota Asian Games. Kalah atau menang, yang penting solidaritas dan sportifitas!

This post was last modified on 27 Agustus 2018 12:17 PM

M Najib

Presiden Direktur Abana Institute, Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Recent Posts

Pentingnya Etika dan Karakter dalam Membentuk Manusia Terdidik

Pendidikan memang diakui sebagai senjata ampuh untuk merubah dunia. Namun, keberhasilan perubahan dunia tidak hanya…

2 hari ago

Refleksi Ayat Pendidikan dalam Menghapus Dosa Besar di Lingkungan Sekolah

Al-Qur’an adalah akar dari segala pendidikan bagi umat manusia. Sebab, Al-Qur’an tak sekadar mendidik manusia…

2 hari ago

Intoleransi dan Polemik Normalisasi Label Kafir Lewat Mapel Agama di Sekolah

Kalau kita amati, berkembangbiaknya intoleransi di sekolah sejatinya tak lepas dari pola normalisasikafir…

2 hari ago

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

3 hari ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

3 hari ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

3 hari ago